Rabu, 20 Maret 2013

Elektabilitas Ical Naik, di Survei “Pesanan”




Elektabilitas Ical Naik, di Survei “Pesanan”

Oleh : M Alinapiah Simbolon


Lingkaran Survei Indonesia (LSI), menggelar survey Pasangan Calon Presiden - Wakil Presiden terkuat, serta Figur Capres Terkuat dan Figur CawapresTerkuat sejak tanggal 1-8 Maret 2013. Dengan hasil sebagai berikut : 

Pasangan Capres –Cawapres Terkuat : Aburizal Bakri - Joko Widodo (36 persen), Megawati Sukarnoputri – Jusuf Kalla (22,9 persen) dan Pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa  (10.1 persen). 

Figur Capres Terkuat  : Megawati (20.7 persen), Abu Rizal Bakri (20,3 persen), Prabowo (19,2 persen), Wiranto (8,2 persen),  Hatta Rajasa (6,4 persen), Ani Yudhoyono (2,4 persen), Surya Paloh (2.1 persen), Suryadhama Ali (1,9 persen), Muhaimin Iskandar (1.6 persen) dan Anis Matta (1,1 persen). 

Figur Cawapres Terkuat : Jokowi (35,2persen), Jusuf Kalla (21,2 persen), Hatta Rajasa (17,1 persen), Mahfud MD (15,1 persen), Suryadharma Ali (2,9 persen), Muhaimin Iskandar (2,2 persen) dan Anis Mata 1,9 persen)

Penetapan Pasangan Capres-Cawapres Terkuat, Figur Capres Terkuat dan Figur Cawapres Terkuat, menurut pihak LSI merujuk kepada dua indikator. Yang pertama, aturan dalam UU Pemilu mengenai syarat dukungan minimal partai atau koalisi partai dalam mengajukan capres dan cawapres. Yang Kedua, realitas perolehan suara partai itu sendiri dalam Pemilihan Legislatif.
Hasil survei itu, menimbulkan tanda tanya besar dan tergugatnya independensi LSI. Ketua Dewan Pembina Partai Gerinda, Prabowo Subianto, tanpa tending aling mengatakan kalau hasil survei yang dirilis oleh lembaga survei  tergantung pada siapa yang membayar.  Wajar Prabowo mengatakan demikian. Sebab sebagai orang yang dijadikan objek survei, dia merasa dirugikan oleh survei pasangan capres dan cawapres terkuat yang dibuat oleh LSI. Prabowo pasti berpikir hasil survei yang menempatkannya berada diurutan ketiga didua kategori survei LSI itu, sangat memicu rasa khawatir bagi dirinya bahwa akan terbangun opini publik yang menganggap elektabilitasnya memang rendah.

Kemungkinan tidak hanya Prabowo saja yang punya anggapan seperti itu. Kalangan masyarakat yang mendukung Jokowi dan mendambakan Jokowi sebagai Capres, tak menginginkan Jokowi diduetkan dengan Ical, dan tak menginginkan Jokowi diposisikan sebagai cawapres, seperti di survey yang dilakukan LSI. Kalangan pro Jokowi, diperkirakan tak sepakat dengan survey LSI dan menilai survei LSI telah jadi survei pesanan. Pasalnya Jokowi yang sudah jelas sebagai figur nomor wahid sebagai capres di sejumlah survei terakhir, kenapa dalam survei LSI tersebut, harus ditempatkan sebagai Cawapres dalam Pasangan Capres-Cawapres Terkuat ? Dan kenapa  pula Jokowi diposisikan sebagai pasangan Ical ?  Padahal Ical sebagai capres usungan Partai Golkar tak sekalipun merasakan tempat teratas. bahkan selalu di urutan bawah, selama ada survei terkait capres. 

Juga yang menjadi pertanyaan kenapa nama Jokowi, serta sejumlah nama lainnya seperti Mahfud MD dan Jusuf Kalla sengaja tidak dimasukan dalam survei Figur Capres terkuat tapi dimasukkan  sebagai Figur Cawapres Terkuat serta dalam survei Pasangan Capres - Cawapres Terkuat dengan posisi sebagai Cawapres. Disini juga menjadi tanda tanya, hanya Jokowi, Jusuf Kalla dan Mahfud MD yang tidak dimasukkan survei Figur Capres Terkuat Sementara ada sejumlah nama lainnya seperti  Hatta Rajasa,  Suryadharma Ali, Muhaimin Iskandar dan Anis Mata, dimasukkan oleh LSI untuk di survei sebagai Figur Capres Terkuat maupun  Figur Cawapres Terkuat. Bahkan nama Hatta Rajasa juga masuk dalam posisi Capres di Pasangan Capres-Cawapres Terkuat.

Okelah,  kalau LSI melakukan survey tersebut berdasarkan dua indikator sebagaimana disebutkan diatas. Namun akan lebih fair dan lebih teruji dan lebih valid hasilnya  jika LSI tidak mem plot Ical diduetkan dengan Jokowi, begitu juga tidak seharusnya LSI memasang Megawati dan Jusuf Kala ataupun Prabowo dan Hatta Rajasa. Seharusnya LSI menempatkan setiap figur capres ataupun cawapres dalam kombinasi pasangan pilihan yang berbeda atau lebih dari satu pilihan.  Artinya setiap figur di Pasangan Capres -Cawapres namanya tidak hanya dijadikan di satu pasangan pilihan. Bisa saja figur cawapres dijadikan figur capres pada pasangan pilihan yang lain, atau figur  capres dipasangan dengan figur cawapres di pasangan pilihan yang lain, atau sebaliknya.   

Tak hanya itu Jokowi, Jusuf  Kalla dan Mahfud MD juga seharusnya dimasukkan dalam survei untuk Figur Capres Terkuat. Karena sosok tersebut, telah terwacana sebagai Calon presiden dan namanya masuk perhitungan, bahkan Jokowi disejumlah survei sebelumnya tetap berada diperingkat teratas.  Dan untuk diketahui hasil survei yang dilakukan Publica Research and Cndulting , Rabu 20 Maret 2013 (survei terbaru setelah survei LSI), Jokowi berada ditempat teratas sebagai kandidat presiden yang favoritkan oleh masyatakat kalangan menengah di Indonesia, disusul Prabowo, Mahfud MD, Jusuf Kalla, Dahlan Iskan, Abu Rizal Bakri, Megawati, Rhoma Irama dan Wiranto.

Pada dasarnya LSI bisa saja memposisikan Pasangan Capres-Cawapres terkuat dan Capres terkuat untuk disurvei dengan cara tidak paku mati seperti itu, tanpa melenceng dari indikator yang ditetapkan oleh LSI. Tapi karena survei telah diumumkan hasilnya oleh LSI, maka LSI pun harus menerima konsekwensinya kalau survei yang dilakukan dianggap survei pesanan atau survei bayaran. Bahkan akan disinyalir indikator yang dibuat LSI memang sengaja dibuat seperti itu untuk kepentingan pihak yang memesan.

Bukan bermaksud menuding siapa yang memesan dan membayar LSI melakukan survei Pasangan Capres dan Cawapres Terkuat. Tapi biasanya yang diuntungkan dari hasil survei itulah yang ditenggarai sebagai pihak yang memesan dan membayar. Memang tak bisa dibuktikan,  jika pihak Ical yang memang diuntungkan survei LSI itu, dianggap sebagai pihak yang memesan dan membayar LSI. Dan tak punya alasan kuat pula untuk mengkaitkan meskipun sebelumnya telah muncul wacana dari pendukung Ical untuk menduetkan Ical dengan Jokowi agar elektabilitasnya meningkat. 

Namun demikian, untuk survei kali ini indikasi adanya aura “pesanan”, sangat terasa, meskipun indikasinya dalam bentuk penilaian dan anggapan. Yang perlu digaris bawahi, pola paku mati memposisikan pasangan capres dan cawapres khususnya menduetkan pasangan Ical dan Jokowi oleh LSI untuk disurvei, dan tak menempatkan Jokowi, Jusuf Kalla dan Mahfud MD untuk disurvei sebagai Figur Capres terkuat, membuat elektabilitas Ical meningkat drastis. Nama Ical pun menempati posisi nomor satu di Pasangan Capres-Cawapres terkuat, dan nomor dua sebagai Figur Capres terkuat, sangat-sangat tidak fair dan jadi kecurigaan. Persoalannya, Elektabilitas Ical sebagai capres masih sangat rendah, berdasarkan hasil kali hasil sejumlah lembaga survei sebelumnya, dan survei terakhir waktunya juga belum begitu lama. Bahkan survei terbaru dari Publica Research and Consulting (beberapa hari setelah survei LSI), nama Ical berada di urutan bawah.

Selain itu, survei yang mensyaratkan kepada dua indikator yang dibuat LSI, sebenarnya kurang tepat dibuat sekarang ini, karena hasil pemilu legislatif belum berlangsung. Kaitannya, posisi kekuatan dan raihan suara masing-masing parpol baru diketahui setelah pemilu legislatif.  Makanya wajar sajalah kalau survei LSI yang membuat elektabilitas Ical Naik drastis tersebut dianggap sebagai survei “pesanan”.  (***)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Running Teks ANTARA


Berita Terkini dari ANTARA