Rabu, 29 Januari 2014

Mendadak Peduli, Politisi Cari Simpati Di Lokasi Pengungsi


Mendadak Peduli, 

Politisi Cari Simpati Di Lokasi Pengungsi

Oleh : M Alinapiah Simbolon


Capres dan Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto saat
mengunjungi pengungsi banjir jakarta
(foto : wwwpresiden2014.com)
Sejumlah pristiwa bencana alam terjadi menjelang Pemilu Legislatif 2014 dan Pilpres 2014. Bencana Erupsi Gunung Sinabung yang berkepanjangan di Kabupaten Tanah Karo Sumatera Utara serta bencana Banjir musiman di Jakarta berikut bencana banjir ataupun banjir bandang di sejumlah daerah lainnya mengakibatkan terjadinya pengungsian besar-besaran.

Bencana Gunung Sinabung memang lebih tragis jika dibandingkan dengan Bencana Banjir di Jakarta dan banjir atau banjir di beberapa daerah lainnya. Letusan Gunung Sinabung belum juga terhenti dan sudah berlangsung sejak bulan September 2013 yang lalu. Hingga saat ini hampir 30 ribu orang  atau hampir 10 ribu keluarga yang berdomisili di sekitar Gunung tersebut terpaksa menjadi pengungsi, diantara 19 orang meninggal dunia. Karena sampai saat ini letusan gunung tersebut tak menjukkan penurunan aktivitas, maka diperkirakan jumlah pengungsi akan bertambah.

Banjir Jakarta merupakan bencana musiman yang sudah diprediksi kapan datangnya dan kapan berakhirnya, dan biasanya terjadi di bulan Januari hingga Februari setiap tahun, juga membuat sekitar 28 ribu warga Jakarta yang terpaksa harus tinggal untuk sementara di lokasi pengungsian, akibat bencana banjir jakarta sebanyak 23 jiwa meninggal dunia. Selain banjir Jakarta, bencana banjir ataupun banjir bandang di sejumlah daerah lainnya juga membuat ribuan bahkan puluhan ribu warga terpaksa mengungsi, dan tak sedikit tempat tinggal dan harta benda warga hanyut terbawa arus air.

Kehidupan pahit dan menyedihkan menjadi penderitaan puluhan ribu warga yang mengungsi akibat bencana ledakan Gunung Sinabung serta bencana-bencana banjir. Tidur bertumpuk di lokasi-lokasi dan tenda-tenda pengungsian, makan minum di jatah, penyakit rentan datang melanda, bahkan ada yang melahirkan saat dalam pengungsian. Anak-anak para pengungsi untuk  sementara tak bisa bersekolah, begitu juga rumah dan harta benda mereka yang tak bisa dibawa, tak tau bagaimana keadaannya.


Pengungsi korban bencana erupsi Gunung Sinabung
(foto :meterotvnews.com)

Pengungsi korban bencana banjir jakarta
(foto : merdeka.com)
Namun di balik penderitaan puluhan ribu pengungsi korban bencana, tak sedikit orang atau mereka yang menjadikan musibah bencana sebagai momen strategis untuk meraih ambisinya. Sebagian besar dari mereka adalah para politisi yang saat ini tengah berjuang meraih kursi kekuasaan di lembaga legislatif dan berjuang mencari simpati menuju pemilihan presiden.  Lokasi bencana dan lokasi-lokasi pengungsian merupakan bagian daerah pemilihan atau territorial garapan para politisi berstatus calon legislatif, menjadi daerah tujuan pencitraan mereka, dan hak suara warga yang mengungsi menjadi target untuk diraih.

Posko bencana dengan atribut caleg, atribut partai berupa spanduk dan  baliho ditambah, bahkan spanduk bakal capres bertebaran di sekitar lokasi bencana maupun di sekitar lokasi pengungsian.. Semua yang mereka lakukan di tengah berlangsungnya bencana, tak lain dan tak bukan, maksudnya untuk mencitrakan diri sekaligus mencari simpati para pengungsi korban bencana.


Posko banjir Jakarta yang didirikan caleg Partai Golkar
(foto : metrotvnews.com)

Posko banjir caleg PKS di Cikarang
(foto : www.pksciktim.org)

Posko banjir PDIP di Indramayu
 (foto : ciamanuk.com)

Rasa empati yang dikemas dengan gestur seolah ikut prihatin dan raut wajah seolah ikut merasakan penderitaan, serta dibarengi aksi sosial terutama pemberian bantuan, menjadi penunjang dan cara mencari menarik perhatian untuk memuluskan  agar nama dan tampang mereka diingat oleh para pengungsi korban bencana. Malah tak sedikit yang melakukan blusukan ditengah lokasi bencana. Tujuan akhirnya  tentu agar nama dan tampang mereka yang terdaftar dan terpampang  sebagai caleg,  menjadi pilihan di ajang pemilihan umum legislatif tanggal 9 April 2014.


Caleg Partai Hanura memberi sumbangan
kepada pengungsi bencana erupsi Gunung Sinabung
(foto : waspada.co.id)

Caleg PKS di Bekasi membantu evakuasi korban banjir
 (foto : gobekasi.com)

Caleg Partai Nasdem turun mengantar bantuan
di lokasi banjir Tanggerang
 (beta.partainasdem0250.org)

Tak hanya para caleg dengan partai politiknya. Sejumlah sosok yang berambisi menjadi presiden juga tak mau ketinggalan menyambangi lokasi bencana dan lokasi pengungsian, kehadiran mereka juga dibarengi aksi pemberian bantuan kepada para pengungsi. Tujuannya tak lain dan tak bukan untuk cari simpati sekaligus mencitrakan diri dan  meningkatkan  nilai elektabilitas kefigurannya. Sejumlah bakal capres yang ikut bertarung dalam seleksi capres sebuah partai politik besar, tak ketinggalan menyambangi para pengungsi di sejumlah lokasi pengungsian. Ada yagn sok akrab dengan pengungsi, malah ada pula yang nginap dan tidur bersama pengungsi di kamp pengungsian. Ada juga sejumlah tokoh yang digadang-gadang bakal mencapres, datang berkunjung ke lokasi pengungsi dengan mengatasnamakan dan memanfaatkan jabatan atau lembaganya.



Dahlan Iskan bersama anak-anak pengungsi
bencana erupsi Gunung Sinabung (foto :sumutberita.com)
Dahlan Iskan tidur di lokasi pengungsi
bencana erupsi Gunung Sinabung (foto : jpnn.com)
Hidayat Nurwahid blusukan di genangan banjir Jakarta
 (foto : pkssoko.org)
Hatta Rajasa, mengunjungi korban banjir Jakarta
(foto : shnews.com)
Jusuf kalla saat mengunjungi pengungsi
bencana erupsi Gunung Sinabung (foto : antaranwes.com)
Gita Wiryawan saat mengunjungi pengungsi Sinabung
 (foto : ayogitabisa.com)
Berbagai macam cara dilakukan para politisi untuk mencari simpati deengan mencitrakan dirinya dihadapan para pengungsi. Banyak diantara para politisi yang berstatus caleg yang terang-terangan menunjukkan identitas calegnya sekaligus mengkampanyekan dirinya saat menyambangi dan memberikan bantuan kepada para korban bencana. Atribut dan berbagai petunjuk tentang status mereka sebagai caleg lengkap dengan nomor urut dan daerah pemilihan serta partainya, mereka tunjukkan saat berkunjung kelokasi bencana maupu ke lokasi pengungsian. Gubernur DKI Jakarta Jokowi sempat terkejut, sebab saat blusukan menaiki perahu karet dengan sejumlah bawahannya untuk meninjau lokasi banjir, perahu yang mereka tumpangi sempat berpapasan dengan perahu karet yang bertuliskan nama sorang caleg yang masih satu partai dengan Jokowi. Caleg tersebut adalah Effendi Simbolon yang diketahui juga Caleg DPR RI yang diusung  PDIP untuk  Dapil DKI 3. Perahu karet tersebut berisi enam orang yang mengenakan kaos bergambar wajah Effendi Simbolon. Salah seorang dari penumpang perahu karet tersebut sempat meneriakkan yel-yel “ Hidup Pak Effendi Simbolon!”

Ada juga caleg yang bertindak curang saat melakukan pemberian bantuan di lokasi banjir Jakarta.  Selain terang-terang mengkampayekan dirinya sebagai caleg, si politisi juga memberikan bantuan makanan yang ternyata milik pemerintah. Caleg tersebut adalah Dra Wirianingsih Msi, celeg Partai Keadilan Sejahtara (PKS) yang juga anggota DPR RI. Bantuan berupa biskuit susu untuk bayi yang diberikan politisi PKS itu kepada korban banjir ternyata biskuit dari Kementerian Kesehatan. Parahnya lagi di kemasan  biskuit dari kementerian Kesehatan tersebut ditempelkan striker foto Wirianingsih dengan tulisan “Bantuan ini diperjuangkan dan diusahakan oleh Drs Wirianingsih Msi, Anggota DPRRI Komisi IX, Fraksi PKS periode 2009-2014, Caleg DPRRI Dapil DKI 3. Cerdas, Ramah, Peduli”


Bantuan Biskuit dari Kementrian Kesehatan ditempel striker
gambar caleg PKS Drs Wirianingsih Msi , yang dibagikan
kepada korban banjir Jakarta (foto :tribunnews.com)
Memang kunjungan dan pemberian bantuan yang dilakukan para politisi yang mencaleg terkesan dadakan. Mereka mendadak bersikap peduli dan menunjukkan keprihatinan padahal sebelumnya tak terlihat kepedulian dan rasa keprihatinan mereka. Mereka mendadak bergaya merakyat padahal sebelum tak terlihat gaya merakyat mereka.  Kunjungan dan bantuan yang diberikan kepada korban bencana juga bukan karena ketulusan dan panggilan hati nurani melainkan karena adanya kepentingan politik menjelang pemilu legislatif ataupun adanya kepentingan pencitraan menuju pemilu presiden 2014.

Tak ada salahnya dan tak bisa disalahkan jika para politisi mengunjungi pengungsi dan memberi bantuan bagi pengungsi yang menjadi korban bencana.  Juga tak ada larangan, meskipun gaya dan tingkah para politisi tersebut sebagai bentuk kesengajaan dalam rangka  mencitrakan diri dengan tujuan untuk dipilih. Kalaupun ada kecurangan, misalnya bertindak sudah seperti kampanye atau memanfaatkan asset pemerintah, saat mereka mengunjungi dan memberi bantuan kepada korban bencana, itu hanya persoalan etis dan tidak etis, meskipun ada aturan yang melarangnya tapi tak satupun yang terdengar mendapat sanksi. 

Paling tidak ada hal yang patut disyukuri, yakni kehadiran mereka di tengah-tengah korban bencana dan ditimpali pemberian bantuan, sedikit banyak bermanfaat meringankan beban penderitaan para korban bencana. Tak apalah, mumpung bantuan itu memang dibutuhkan korban bencana, kendati pemberian bantuan dilakukan berketepatan menjelang pemilu legislatif, dan murni karena kepentingan politik. Sebab dapat diperkirakan kalaulah misalnya pristiwa bencana terjadi tak berdekatan dengan momen perhelatan politik, jauh kemungkinan akan terlihat para politisi beratribut beramai-ramai menunjukkan kepeduliannya terhadap korban bencana.memang itulah faktanya, dan memang sudah terbukti ketika terjadi banjir Jakarta tahun 2012 dan 2013, nyaris tanpa kehadiran dan tanpa mengalirnya bantuan dari politisi beratribut partai.

Pantas atau tidak,  etis atau tidak,  para politisi yang mencitrakan dirinya di lokasi pengungsi dan di lokasi bencana yang orientasinya mencari simpati, terpulang kepada penilaian. Persoalan apakah mereka akan laku di mata para pengungsi,  itu juga tergantung kepada penilaian, khususnya penilaian dari para pengungsi korban bencana. Yang penting para politisi yang mendadak peduli terhadap pengungsi korban bencana, harus rela ketika apa yang telah mereka berikan kepada pengungsi tak membuahkan imbalan sesuai harapan. Kalau itu terjadi mereka harus ikhlas dan jangan sampai merasa kesal dan menyesal, karena apa yang telah diberikannya tidak ada imbalan pahalanya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Running Teks ANTARA


Berita Terkini dari ANTARA