Senin, 02 April 2012

Pak Hulman...... Mulutmu Harimaumu.....!!! (Tulisan)


Pak Hulman... Mulutmu, Harimaumu....!

Oleh : M. Alinapiah Simbolon


Antipati plus rasa alergi terhadap media dan LSM tampaknya tetap memendam di hati Walikota Pematangsiantar Hulman Sitorus.

Kendati selalu menuai cerca akibat kerapnya mendiskreditkan media dan LSM, Hulman tampaknya memang tak kapok. Dalam kata sambutan resminya di acara salah satu organisasi, kembali keluar ucapan dari "moncong" Hulman yang bernada arogan dan konyol mendiskreditkan media dan LSM. Ironisnya, dengan kapasitas sebagai Walikota, dia berani menuding media berbahaya bagi negara dan menghambat demokrasi.

Mengerikan sekali ! Mungkin bisa dimaklumi jika misalnya pernyataan itu keluar saat Hulman lagi kemasukan setan alias kesurupan. Tapi yang jelas tak ada setan yang masuk ke tubuh Hulman, karena saat pernyataan itu keluar dari "moncong" Hulman, dia dalam keadaan sadar diri dan saat itu juga melekat jabatan ke Walikotaan nya.

Sangat wajar memang kalau berbagai kalangan khususnya kalangan pers atau media kesal, geram dan muak atas pernyataan Walikota Siantar itu.
Sampai-sampai gerakan resistensi dalam bentuk unjuk rasa spontan digelar insan pers kota Siantar, dan balik menuding keberadaan Hulman lebih sangat membahayakan demokrasi dan kondusifitas ditengah-tengah masyarakat.

Kalau di kategorikan Hulman "Walikota Bodoh" sehingga membuat pernyataan yang tak normatif seperti itu, bisa jadi diterima akal, karena bukan hanya baru kali ini, tapi sudah berulangkali Hulman mendiskreditkan media dan mengeluarkan pernyataan konyol terhadap media.

Maaf.... Bisa saja parameter kebodohan Hulman dikiaskan dengan binatang bodoh yang bernama keledai. Soalnya keledai saja tak mau masuk ke lubang yang sama untuk kedua kali.

Artinya keledai yang sudah jelas binatang bodoh saja punya nalar antisipatif untuk tidak masuk ke lobang yang sama.

Tapi anehnya seorang Hulman yang merupakan makluk mulia serta berjabatan terhormat sebagai Walikota Siantar, ternyata tak punya nalar antisipatif seperti kedelai. Terbukti Hulman acap membuat kesalahan dalam persoalan yang sama.

Tak perlu dan tak pantas sebenarnya kalau diperbandingkan kebodohan Hulman keledai. Tapi yang jelas kebodohan Hulman karena Hulman tak mengetahui kalau sejak adanya pemerintahan dibelahan dunia ini, pers atau media sudah diakui sebagai salah satu pilar demokrasi.
Bahkan di negeri ini eksistnsi media diatur tersendiri dalam Undang-Undang.
Dan tak pernah ada yang (berani) mengatakan kalau pers atau media membahayakan demokrasi. Tak pernah ada itu, kalaupun ada hanya "moncong" Hulman dengan dibarengi arogansi dan kebodohannyalah yang mengatakan seperti itu

Kendati dikatakan Hulman Walikota bodoh, sebenarnya tak sepenuhnya dia bodoh. Bisa jadi Hulman bodoh dalam ilmu kepemimpinan atau bodoh dalam ilmu pengetahuan dan pemerintahan. Tapi harus kita ingat, di sisi lain Hulman termasuk sook yang pintar bahkan lihai, terutama dalam hal membodoh-bodohi orang banyak. Terbukti Hulman bisa membodoh-bodohi puluhan ribu orang dengan janji vouchernya sehingga dia berhasil jadi Walikota. Malah dalam kondisi dikecam sebagian besar kalangan pers pun, Hulman masih bisa membodoh-bodohi segelintir oknum wartawan untuk dijadikan tameng, sehingga segelintir oknum wartawan itu terkesan ikut serta membela Hulman dengan memojokkan insan pers kota Siantar yang mengecam Hulman.

Sebagian besar rakyat Siantar, yang didalamnya termasuk sebagian korban pembodohan Hulman, tak pernah menginginkan tak kondusifnya Kota Siantar. Korelasinya, bahwa sebagian besar rakyat kota ini menginginkan agar Hulman memposisikan diri jadi Walikota yang baik dan benar, serta peduli dengan rakyatnya. Untuk mengetahui apakah Hulman pemimpin yang baik atau tidak, itu diketahui rakyat via media, karena rakyat dan pemerintah memang butuh media.

Yang paling penting, yang perlu disadari Hulman (itupun kalau Hulman sadar), bahwa dalam memimpin pemerintahan dan sebagai pemimpin rakyat Siantar diperlukan niat baik dan karya nyata, serta tetap berpihak kepada rakyat, dan tahan kritik. Bukan banyak cakap dan gemar bicara konyol.

Yang tak kalah pentingnya, Hulman harus sadar dan bertobat agar tidak lagi mencerca media.

Ingat Pak Hulman... Mulutmu, Harimaumu.....! (***)




Running Teks ANTARA


Berita Terkini dari ANTARA