Jumat, 15 Maret 2013

Ibas, Dilema Buat SBY dan Partai Demokrat




Ibas, Dilema Buat SBY dan Partai Demokrat

Oleh : M Alinapiah Simbolon


Anas Urbaningrum setelah mundur dari Partai Demokrat memang pernah mengatakan siap membongkar keterlibatan Ibas dalam proyek Hambalang. Tak lama setelah itu seleberan yang diduga dokumen rekap data keuangan PT Anugrah Nusantara milik Nazaruddin, beredar dikalangan wartawan di gedung DPR RI dua pekan lalu. Dalam dokumen tersebut nama Ibas tercatat menerima uang sebesar 900.000 dollas AS, yang diterima Ibas sebanyak empat kali. Lalu, Yulianis mantan Wakil Direktur Keuangan Grup Permai, usai bersaksi di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis 14 Maret 2013, mengatakan kalau Ibas pernah menerima 200.000 dolar AS dari perusahannya (Grup Permai) saat Kongres Partai Demokrat di Bandung Tahun 2013. 

Ungkapan Anas, selebaran yang beredar, dan pengakuan Yulianis,  membuka alur yang mengarah kepada kehancuran karir politik Edhi Baskoro Yudhoyono, Kalau itu alur itu ditelusuri, bukan tak mungkin nasib Ibas akan sama dengan nasib sejumlah elit Partai Demokrat lainnya yang terseret jadi pesakitan kasus korupsi, yang dimuasali oleh celotehan. Angelina Sondakh, Andi Malaranggeng, dan Anas Urbaningrum terah menjadi contoh barang dari celotehan moncong M Nazaruddin. 

Meski secara tak tegas, KPK pun tampaknya membuka diri untuk menelusuri keterlibatan Ibas, sebagaimana dikatakan Juru Bicara KPK Johan Budi, beberapa jam setelah pernyataan dari moncong Yulianis. Johan Budi mempersilakan jika memang ada informasi terkait tentang itu untuk dilaporkan kepada KPK, dan KPK siap memvalidasi atas informasi tersebut.
Memang bukan pekerjaan gampang mengungkapkan keterlibatan Ibas dalam proyek Hambalang. Pengakuan Anas, selebaran dan ungkapan Yulianis, mungkin hanya sekedar pintu masuk, yang masih perlu ekstra keras untuk menelusurinya. KPK bisa menyeret Ibas tentu harus berdasarkan pembuktian hukum. Namun, bukan tak mungkin KPK tak bisa mengungkapnya. Faktanya, celotehan Nazaruddin, bisa ditelusuri KPK, malah kemudian berhasil menyeret sejumlah nama kondang politisi Partai Demokrat.

Kalaupun Ibas bisa terjerat, mungkin proses waktu yang jadi penentunya. Namun saat ini, publik telah tahu bahwa Ibas terindikasi terlibat. Jangan menyalahkan media yang jor-joran mempublikasikan indikasi keterlibatan Ibas. Dan jangan salahkan penilaian publik yang terkesan prematur (mendahului putusan pengadilan), telah memvonis Ibas terlibat kasus Hambalang. Karena itu juga telah dialami Angelina Sondakh, Andi Malaranggeng dan Anas Urbaningrum, sebelum ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Jadi seorang Ibas harus siap mental lebih awal divonis terlibat korupsi oleh publik, dan siap jika karir politik hancur, sebelum dipastikan hancur oleh jeratan hukum. Dan satu hal lagi, publik sudah tak peduli dengan bantahan Ibas, maupun bantahan para politisi penjilat Partai Demokrat yang pro Ibas.

Posisi Ibas saat sekarang ini sama dengan posisi Anas ketika diisukan terlibat kasus Hambalang dan saat itu masih menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Isu dan wacana keterlibatan Anas saat itu, akhirnya bermuara kepada pelucutan kekuasaannya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat oleh SBY, dengan alasan penyelamatan Partai Demokrat. Nah, untuk Ibas yang sekarang masih menjabat Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, tentu isu dan wacana yang mengindikasikannya terlibat dalam kasus hambalang, dipastikan menghancurkan elektabilitas Partai Demokrat. 

Meski belum ada hasil survey yang menilai elektabilitas Partai Demokrat, pasca isu keteribatan Ibas dalam proyek Hambalang, namun posisi Ibas sebagai anak kandung Pendiri, Ketua Dewan Pembina dan Ketua Majelis Pertimbangan Partai Demokrat,  dan juga anak seorang presiden, jauh lebih berpotensi menghancurkan elektabilitas Partai Demokrat, ketimbang posisi Anas saat itu. 

Lalu bagaimana sikap SBY terkait isu yang mendera putra bungsunya itu ? Dipastikan SBY tak akan memperlakukan anak kandungnya sama seperti Anas. Apalagi waktu dan situasinya yang berbeda, sebab saat ini segala komponen dan kekuatan di Partai Demokrat termasuk SBY tengah konsen menghadapi KLB Partai Demokrat. Dan SBY pun tampaknya sedang mengatur strategi agar orang yang dipercayanya bisa menjadi Ketua Umum pada KLB yang akan digelar 30 Maret mendatang.  Namun demikian Ibas saat ini menjadi dilema buat SBY dan Partai Demokrat. Ibarat makan buah Simalakama. (***)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Running Teks ANTARA


Berita Terkini dari ANTARA