Jumat, 15 Maret 2013

SBY Geram Gara-Gara Bawang




SBY Geram Gara-Gara Bawang 

Oleh : M Alinapiah Simbolon


Mungkin untuk kali inilah dalam sejarah perjalanan bangsa, seorang Presiden sampai mengomentari persoalan bawang.  Tingginya harga bawang,  membuat Presiden SBY sewot dan setengah mencak-mencak. Betapa tidak, hanya gara-gara bawang ternyata bisa mencoreng wajah pemerintahan SBY. Sebab melambungnya harga bawang (bawang putih dan bawang merah) menembus kisaran Rp 60 ribu per kg  untuk bawang merah dan kisaran Rp 80 ribu per kg untuk bawang merah, sangat berdampak luas bagi masyarakat itu, memunculkan penilaian kalau kinerja Pemerintahan dibawa komando SBY ternyata bobrok.

Publik yang kebanyakan tak tahu bagaimana pemerintahan SBY mengelola perkenomian negara, termasuk diantara mengelola tata niaga dan kebijakan harga komoditas produksi pertanian. Namun dengan melambungnya harga bawang, akhirnya  membuat publik sedikit banyak menjadi paham dan bisa menilai kalau perekonomian negara, tak dikendalikan dengan baik oleh pemerintah. Tanya sebatas itu, klaim pemernitahan SBY yang katanya telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, juga jadi terbantah dengan terjadinya lonjakan harga bawang. 

Sejumlah pihak tak ragu menuding kalau lonjakan harga bawang terjadi karena ketidakberesan pemerintah. Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (APPI) mengakui kalau lonjakan harga bawang yang sangat tajam baru kali ini terjadi, dan itu karena pemerintah tidak dapat mengatur soal kebijakan pangan. Menurut APPI pemerintah kerap memberlakukan impor bawang saat musim panen, sehingga merusak harga bawang dan membuat petani bawang semakin lama semakin sedikit. Lalu, saat petani bawang tinggal sedikit, pemerintah menyetop import bawang putih dan bawang merah. Spekulan pun bermain dengan cara menimbun bawang. Alhasil harga bawang pun langsung melejit tinggi.Itulah salah satu kesalahan fatal dari kebijakan yang dilakukan pemerintah, padahal sejak dulu kalau tak ada kebijakan seperti itu, suplai bawang putih dan bawang merah lokal lebih dari cukup untuk memenuhi pasar dalam negeri.

SBY menyadari kalau yang disalahkan terkait kenaikan harga bawang, adalah dirinya selaku Presiden dan kepala pemerintahan. Karena imbas politiknya sangat besar dan berpotensi menghancurkan kredibilitas pemerintahannya, membuat SBY tak bias menutupi kegeramannya. Dua Menteri yang terkait dengan persoalan bawang pun jadi sasaran kegeraman SBY. Dan yang membuat SBY tambah geram ketika melihat dua menterinya yakni Menteri Pertanian Suswono dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan saling menyalahkan melalui media terkait melonjaknya harga bawang.  Kementerian Perdagangan mengatakan bahwa keterlambatan persetujuan impor terjadi lantaran lambannya rekomendasi impor dari Kementerian Pertanian, sebaliknya Kementerian Pertanian mengklaim proses rekomendasi berlangsung lama karena banyaknya permohonan rekomendasi impor  produk holtikultura dari Kementerian Pertanian yang harus ditandatangani.

Dalam Rapat Kabinet Terbatas di Kantor Presiden, Kamis 14 Maret 2013, SBY pun menyentil dua Menteri tersebut. Dan memerintahkan kedua menteri itu duduk bersama. “Jangan bersilat lidah di depan pers. Cari Solusi. Itu yang ingin saya sampaikan. Saya akan ikuti terus” kata Presiden SBY. 

Selanjutnya SBY juga menegaskan, jika harga komoditas naik dan tidak sesuai dengan teori ekonomi pemerintah jangan saling berdebat dan berbantah dengan data. Bahkan SBY meminta jika kedua kementerian tersebut tak kunjung bisa menemukan solusi bersama, harus segera dibawa kepadanya untuk diputuskan. “ Kalau memang saudara tak klop, bawa ketempat saya, saya putuskan. Tapi saya yakin sebenarnya masih bisa diatasi,” ujar SBY.

Wajar SBY sangat khawatir, dengan tingginya kenaikan harga bawang yang terjadi sekarang ini. Kegeraman SBY tersebut merupakan refleksi kekesalannya atas kinerja kementerian yang terkait persoalan itu. Selainitu SBY juga tampaknya menyadari tingginya lonjakan harga bawang karena kelemahan pemerintahannya, sehingga sangat berbahaya jika dibiarkan berlangsung lama, karena kebutuhan bawang menyangkut hajat hidup orang banyak. Yang pasti selain beresiko dalam segala aspek kehidupan, resiko politiknya juga sangat tinggi buat SBY jika harga bawang tidak segera mengalami stabilisasi.

Siapa yang menyangka bawang bisa menjadi dilemma besar buat sebuah pemerintahan, termasuk membuat geram pimpinan tertinggi republik ini. Ini adalah fakta yang terjadi,  SBY geram gara-gara bawang.  Sebenarnya, SBY juga harus menyadari kejadian lonjakan harga bawang, tak terlepas dari kesalahan politik yang dilakukan SBY awal pembentukan kabinet pemerintahannya, yang didominasi oleh orang-orang koalisi partai. Jabatan menteri kabinet yang kebanyakan diisi oleh figur-figur koalisi partai, kinerjanya ternyata jauh dari nilai profesionalitas. Menteri Pertanian Suswono yang merupakan politisi Partai Keadilan Sosial (PKS), terlihat tak mampu mengurusi masalah bawang, padahal itu merupakan urusan kementerian yang dipimpinnya. Tak hanya mengurus bawang, mengurus masalah sapi, Suswono juga tak becus dan terindikasi dikelolah secara kongkalikong untuk kepentingan partainya ataupun oknum kerabatnya di PKS. Terbukti urusan sapi jadi ajang permainan korupsi yang melibatkan kerabatnya di PKS  yaitu Lufthi Hasan Ishaak (Mantan Presiden PKS) dan melibatkan spekulan. Selain itu, konsentrasi Suswono juga tak fokus di kementerian yang dipimpinnya, karena sebagai politisi PKS, kepentingan PKS juga tak terlepas dari urusannya 

Gita Wirjawan, yang ditunjuk SBY sebagai Menteri Perdagangan, memang punya background sebagai pelaku ekonomi dan pengusaha sukses dibidang investasi. Namun figur Gita Wirjawan dinilai sangat kental sebagai seorang kapitalis, sehingga ketika mengurus persoalan perdagangan, yang lebih dominan dengan urusan perdagangan komoditi produk pertanian yang menjadikan kebutuhan orang banyak termasuk urusan bawang, tentu diragukan komitmennya. Malah tak salah kalau dicurigai lebih condong membela para spekulan.  Apalagi Gita Wirjawan, saat sekarang ini tengah diwacanakan sebagai salah satu kandidat Ketua Umum Partai Demokrat. (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Running Teks ANTARA


Berita Terkini dari ANTARA