Selasa, 27 September 2011

Rezim Pemerintahan Yang Tak Punya Arah (Tulisan)

Setahun Kepemimpinan Walikota Siantar Hulman Sitorus

Rezim Pemerintahan Yang Tak Punya Arah

Oleh : M Alinapiah Simbolon SH

Siantar Mantap, Maju dan Jaya adalah jargon pemerintahan dibawah kepemimpinan Walikota Siantar Hulman Sitorus dan Wakil Walikota Koni Ismail Siregar. Bagi penulis kata Mantap, Maju dan Jaya adalah tiga buah kata yang terangkai sangat sistemik yang begitu ideal dan terarah untuk program sebuah pemerintahan.

Itu menurut pemahaman penulis, entahlah kalau menurut Hulman dan Koni selaku empunya jargon. Apakah mereka mengerti makna dan maksud tiga rangkaian kata itu ? Hanya merekalah yang tahu. Yang pasti jargon itu adalah lead dari visi dan misi mereka saat mereka mencalonkan diri jadi Walikota dan Wakil Walikota Siantar, lalu kemudian digiring menjadi jargon pemerintahan saat mereka memimpin pemerintahan Kota Siantar, yang masih berjalan saat ini.

Namun kalau melihat kondisi kota Siantar, di usia setahun Hulman dan Koni mengemban tugas sebagai Walikota dan Wakil Walikota Siantar, tampaknya kepemimpinan Hulman dan Koni masih hanya sebatas menang di jargon. Untuk sementara hanya jargon Mantap Maju dan Jaya yang kerap terdengung dan terpampang. Patut diragukan kalau mereka memang mengerti arti dan tujuan jargon milik mereka tersebut. Atau jargon itu adalah visi dan misi tempahan alias buatan orang lain, yang digunakan hanya sekedar untuk melengkapi syarat ketika mereka maju sebagai calon Walikota dan Wakil Walikota Siantar tahun 2010 lalu, tanpa ada rasa tanggung jawab untuk mengaplikasikannya. Penulis prediksi demikian, sebab kebijakan dan sikap Hulman selama setahun memimpin pemerintahan, tak ada yang signifikan memberikan peluang untuk kemajuan dalam aspek apapun. Kenyataannya, dari awal roda pemerintahan sudah tidak lagi tersistem, karena sudah melanggar azas dan mekanisme pemerintahan yang baik dan ideal.

Diawal pemerintahan, Hulman Sitorus selaku Kepala Pemerintahan telah mengejewantahkan sebagian besar tugas dan fungsinya kepada oknum yang berada diluar sistem pemerintahan. Sehingga, sudah menjadi rahasia umum kalau para pejabat SKPD Kota Siantar, masih punya lagi atasan tak resmi selain Hulman dan Koni, yaitu Eliakim Simanjuntak.

Penulis dan sebagian masyarakat Siantar tak lagi merasa heran kalau Eliakim Simanjuntak yang telah diberi anugrah Staf Khusus yang tak pernah ada dalam sejarah tata pemerintahan daerah, punya kekuasaan yang begitu “sakti”, malah pada kenyataannya jauh lebih “sakti” dari kekuasaan deputi resmi Hulman yaitu Koni Ismail Siregar yang punya jabatan resmi sebagai Wakil Walikota Siantar. Kesaktiannya memang sudah teruji dan sudah menjadi rahasia umum. Konon menurut beberapa sumber dan hasil investigasi kalangan jurnalis, saat Eliakim "ngekos" di Lembaga Permasyarakatan Siantar sebagai tahanan, karena terganjal kasus judi, para SKPD juga terlihat keluar masuk LP membawa berkas, yang tujuannyan melakukan penghadapan kepada Eliakim.

Kalau pun sejak awal, kata Hulman, keberadaan Eliakim adalah untuk membantu tugasnya dan gajinya tak di tampung di APBD, tapi yang pasti Hulman telah mengacaukan sistem pemeritahan yang ada, karena telah mengeluarkan surat yang notabene surat pemerintahan yaitu SK Walikota untuk mengangkat Eliakim sebagai Staf Khusus. Dan kenyataannya Eliakim juga bukan sekedar Staf khusus Hulman, tapi sudah lebih dari itu, bahkan konon sampai urusan,proyek mutasi dan penempatan pejabat pun menjadi kompentensi Eliakim, meskipun semua itu diluar administrasi pemerintahan. Inilah hal-hal paling urgen yang merusak rangkaian sistem pemerintahan di kota Siantar.

Kondisi lain pemerintahan, adalah tak terlihatnya terobosan Walikota Hulman Sitorus untuk memajukan kota Siantar kearah yang lebih baik. Hulman masih berada pada level pimpinan yang bersifat kemaruk dengan tahkta atau jabatan ke walikotaanya, namun terkesan tak mau mengerti dan tanpa mau memahami, serta tak tersirat ambisi untuk belajar apa tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang kepala pemerintahan dan kepada daerah. Buktinya peran yang dijalankan Hulman selama memasuki setahun usia kepemimpinannya, hanya sekedar memimpin rapat, menghadiri acara, pidato, ataupun kunjung sana dan kunjung sini,sementara tugas urgen yang seharusnya ditangani Hulman, sebagian besar sudah di jewantahkannya kepada Eliakim. Sementara Koni yang bertindak jadi deputi Hulman juga tak jauh beda dengan yang dilakukan Hulman, justru porsinya lebih sedikit, dan terkadang hanya sekedar jadi peran pengganti untuk acara seremonial, karena lebih banyak diperani Hulman. Sementara Kalau pun ada program yang tampak berjalan di pemerintahan Hulman, itu merupakan program pemerintahan atasan yang memang wajib dilaksanakan pemerintah kota, namun itupun belum bisa dinilai berhasi.

Yang lebih ironis, Hulman juga membuat kebijakan yang memperlihatkan terjadinya disintegrasi antara pemerintah dan legislatif. Hulman tanpa beban bertindak mengadopsi pola kepemimpinan Walikota terdahulu RE Siahaan. Meskipun caranya tak sefrontal yang dilakukan RE Siahaan, dia juga menerbitkan sebuah Perwa (Peraturan Walikota) seperti yang dilakukan RE Siahaan, yaitu Perwa mengatur Perubahan APBD tahun 2011, yang seharusnya diatur melalui Peraturan Daerah yang melibatkan kewenangan DPRD Kota Siantar. Tak hanya itu Hulman, dinilai tak mampu berindak cepat dan tanggap melaksanakan pembangunan infrastruktur, sementara anggarannya sudah ditampung di APBD 2011.

Dilihat dari sisi sikap, umumnya masyarakat Siantar tahu bagaimana sikap Hulman, terutama bicaranya yang terkesan arogan. Itu sudah berulang kali terbukti dan menjadi konsumsi publik. Mulai dari pernyataannya yang alergi terhadap media, bahasa kotornya dihadapan para siswa dan guru yang tengah berunjuk rasa, serta ucapan-ucapannya yang acapkali nyeleneh sehingga menimbulkan ketersinggungan dan persoalan.

Keberadaan Hulman dan Koni selaku pimpinan dan wakil pimpinan tertinggi pemerintahan, dengan kondisi yang demikian, tentunya tak punya peluang mencerminkan kemajuan kota Siantar. Mantap, Maju dan Jaya yang menurut penulis merupakan tiga langkah menuju kemajuan kota Siantar, tak punya arti dan nilai dalam kondisi sekarang ini,dan penulis perkirakan juga bakal tak punya arti dan nilai, untuk sisa kepemimpinan Hulman empat tahun kedepan.

Yang pasti rusaknya mekanisme pemerintahan berawal dari adanya oknum luar struktur yang mempunyai kewenangan lebih diberikan oleh Hulman, dan itu sangat kontradiktif dengan makna Mantap, Maju dan Jaya yang menjadi jargon pemerintahan Hulman dan Koni. Jelaslah kontradiktif, sebab kondisi pemerintahan sudah tak lagi Mantap, karena sudah dirusak oleh Hulman sendiri. Kalau sudah tak lagi Mantap, sudah bisa dipastikan langkah kearah Maju dan Jaya, sulit untuk tercapai. Inilah kondisi pemerintahan Hulman Sitorus yang merupakan sebuah rezim pemerintahan yang tak punya arah, karena fundasinya sudah rapuh dari awal oleh tangan dan kebijakan Hulman sendiri.



Merima Aksi Unjuk Rasa Serikat Petani SistimHutan Kerakyatan ke Kantor Harian SIANTAR METROPOLIS


Saat menerima dan berbicara menanggapi tuntutan ratusan pengunjukrasa
dari Serikat Petani Sistim Hutan Kerakyatan, yang datang berunjukrasa Ke kantor Redaksi Harian SIANTAR METROPOLIS.
Lokasi Halaman Kantor Redaksi Harian SIANTAR METROPOLIS di Jalan Kartini No 29 C Pematangsiantar, Senin, 19 September 2011

Minggu, 07 Agustus 2011

Menerima Audensi Pengurus MUI Kota Siantar dalam rangka menyambut Bulan Suci Ramadhan 1432 H


Bersama Edy J Harto SH (Pimpinan Umum HARIAN SIANTAR METROPOLIS), Putra Marpaung (Pimpinan Redaksi) dan Syamsul Rizal (Kabag Keuangan), saat menerima Audensi Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Pematangsiantar.
Lokasi : Di Kantor Harian SIANTAR METROPOLIS Jalan Kartini No 29 C Pematangsiantar

Selasa, 26 Juli 2011

Bupati Otoriter ( Tulisan )


Melihat Model Kepemimpinan

JR Saragih

Bupati Otoriter

Oleh :

M Alinapiah Simbolon SH

Sebenarnya ada hal yang mendasar yang menjadi motivasi agar kepala daerah dinilai berhasil memimpin daerah dan pemerintahan, yaitu niat baik untuk menjadikan daerah yang dipimpinnya menjadi daerah yang maju, dan menjadikan pemerintahan di pimpinnya menjadi pemerintahan baik dalam arti pemerintahan yang bersih dan bebas KKN.

Secara konseptual. semua kepala daerah punya niat baik untuk memajukan daerah yang dipimpinnya, serta punya niat baik membuat baik jalannya roda pemerintahan yang dipimpinnya. Meskipun tak bisa kita pungkiri jika seorang kepala daerah juga pasti punya niat lain selain niat baik itu, karena sudah jadi rahasia umum bahwa menjadi seseorang kepala daerah yang saat mencalonkan tidak bisa hanya modal konsep visi dan misi serta modal niat baik, tapi harus mengeluarkan kost politik yang sangat besar.

Kemudian untuk mengetahui apakah seorang kepala daerah, secara implisit punya niat baik untuk memajukan daerah dan mewujudkan pemerintahan yang baik, dapat dilihat dan dinilai dari berbagai aspek penilaian. Tapi yang yang paling prinsip untuk jadi penilaian adalah model dan gaya kepemimpinan seorang kepala daerah, karena itulah yang jadi terapan dan ternilai langsung.

Kepemimpinan JR Saragih sebagai Bupati Simalungun, sangat menggelitik dan responsif untuk dinilai. Siapapun orangnya, mulai dari pengamat kelas kedai kopi, sampai pengamat yang expert dan berbacground akademik, akan memberikan penilaian serius, melihat dan menilai model kepemimpinan JR Saragih selama lebih kurang 10 bulan menjabat Bupati yang nota bene merupakan kepala daerah dan kepala pemerintahan di Kabupaten Simalungun.

Gaya kepemimpinan yang diaplikasikan JR Saragih, membiaskan berbagai efek yang sangat kental forsi nilai negatifnya, Apa sebab ? Karena imbas dari model kepemimpinan Bupati Simalungun JR Saragih menimbulkan berbagai persoalan. Diantaranya kecanggungan dan ketidaknyamanan aparatur pemerintahan di semua satuan perangkat kerja, terutama pimpinan satuan perangkat kerja, yang diakibatkan kebijakan JR dalam hal copot mencopot pejabat secara mendadak serta terkesan mengabaikan mekanisme di lingkungan Pemkab Simalungun.

JR kerap mencopot dan mengangkat pejabat secara suka-suka tanpa pertimbangan profesionalisme dan etika. Korban kebijakan pencopotan pejabat yang dilakukan JR sudah cukup banyak. Sejumlah pejabat yang dicopot pun banyak yang merasa tak mengetahui secara pasti penyebat pencopotannya, malah ada pejabat yang dicopot tanpa nilai toleransi dan nilai etika serta kemanusian, dengan cara dicopot ditempat. Ironisnya JR melakukan pencobotan juga tanpa pertimbangan masa waktu, seolah tanpa diberi kesempatan JR kerap mencopot pejabat yang yang masih terhitung singkat menjabat sebuah jabatan, istilahnya baru diangkat tak lama kemudian langsung dicopot.

Yang lebih tragis lagi ada sejumlah pejabat yang punya prestasi, tapi dicopot tanpa alasan yang jelas, dan anehnya setelah dicopot lalu ditempatkan dijabatan yang tak pantas secara jabatan dan kepangkatan karena lebih rendah dari jabatan sebelumnya. Dan sebaliknya ada pejabat yang diangkat JR juga belum memenuhi syarat memempati jabatan yang diduduki pejabat tersebut. Itu semua terbukti memang dilakukan JR. Yang pasti hal yang paling berimbas dari hobbi JR melakukan copot-mencopot ala dadakan, adalah rasa waswas dan tak optimalnya para pejabat yang sedang menjabat menjalankan kinerjanya, karena ter phobia oleh kebijakan dadakan JR tersebut.

Itu soal copot mencopot dan mengangkat pejabat, Lain lagi soal sejumlah kebijakan-kebijakan JR yang dinilai negative, diantaranya masalah pengolahan anggaran yang belakangan terkuak banyaknya jumlah anggaran yang tak jelas juntrungannya alias raib tak tahu kemana. Seperti anggaran pembayaran kepentingan insentif guru, uang lauk pauk dan berbagai anggaran lainnya. Banyak lagi penyimpangan anggaran yang peruntukannya dialihfungsikan untuk kepentingan hal yang tak signifikan, serta penyimpangan dalam bentuk pengalihan peruntukan anggaran yang tak sesuai seseuai aturan. Penyimpangan peruntukan pembagian insentif upah pungut PBB tahun sebelumnya bisa dijadikan sebagai contoh real.

Sejumlah kebijakan JR yang lain, secara kasat mata acap menabrak aturan yang ada, seperti pengalihan fungsi sejumlah gedung kantor pemerintahan, kemudian membuat Peraturan Bupati untuk kepentingan tertentu seperti penundaan pembayaran uang lauk pasuk PNS dan guru, serta Peraturan Bupati untuk pendirian Rumah Sakit Daerah di Raya. Ironisnya pembuatan Perbup terkesan dipaksakan tanpa konsideran hukum yang jelas dan tanpa melalui mekanisme pembentukan perundang undangan.

Harus kita akui bukan tidak ada kebijakan JR Saragih yang positif, namun tidak sedikit pula kebijakan yang dibuat JR ternilai negatif. Hal itu disebabkan gaya kepemimpinan JR yang mungkin menurutnya bentuk sebuah ketegasan, namun ternyata bersifat negatif, sebab dinilai tak normatif, makan banyak korban serta kental nilai arogansinya dan tak ada nilai profesionalnya. Tak kita pungkiri kepemimpin JR juga terkesan melakukan pemanfaatan jabatan bupati yang disandangnya untuk kepentingan pengembangan bisnis usaha pribadinya Konsekwensinya timbul penilaian negatif dari fakta riil selama kepemimpin JR sebagai Bupati dalam kurun waktu sekitar 10 bulan. Dan konsekwensi lainnya, pemerintahan yang dikomandoi JR bukanlah pemerintahan yang baik dan bebas KKN alias "Non Good Government".

Dengan kondisi seperti ini, tidak terlalu dini kalau dikatakan gaya kepemimpinan yang diterapkan JR Saragih Bupati Simalungun adalah gaya kepemimpinan yang otoriter. Kesan otoriter sangat jelas dan sangat kental, apalagi kalau dinilai secara mendalam jabatan Bupati yang dijabat JR, sudah terusik oleh sikap arogan dan otoriternya. Padahal pada hakikatnya jabatan Bupati adalah punya makna pengayoman karena di jabatan itu ada nilai kepamongan. Yang jelas Bupati adalah jabatan murni yang berkaitan dengan tujuan memperjuangkan kepentingan masyarakat yang ada di wilayah kabupaten, bukan jabatan komisaris atau direktur utama di sebuah perusahaan pribadi atau keluarga. JR harus tahu dan semua orang juga perlu tahu bahwa gaya kepemimpinan di jabatan Bupati tak etis dilakoni ataupun dipadukan dengan dengan gaya bos sebuah perusahaan. (***)


Senin, 25 Juli 2011

Walikota Penipu dan Penjudi ( Tulisan )

Walikota Penipu dan Penjudi

Oleh : M Alinapiah Simbolon SH

Penipu dan Penjudi adalah predikat negatif. Kalau dipandang dari aspek sebuah perbuatan, maka penipu dan penjudi adalah perbuatan buruk. Lalu kalau dari pandangan hukum, maka penipu dan penjudi adalah perbuatan melanggar hukum.

Judul tulisan " Walikota Penipu dan Penjudi " ini, yang pasti bukan ucapan ataupun tudingan penulis terhadap Walikota Siantar Hulman Sitorus. Sejatinya, dua kata dari judul tulisan ini yakni 'Penipu dan Penjudi' yang di cap kan kepada diri Walikota Hulman Sitorus, yang satu datang dari sebuah penilaian dan yang satunya lagi merupakan pengakuan. Kedua predikat inilah, yang kini seakan melekat terhadap diri Walikota Siantar Hulman Sitorus SE.

Sudah menjadi rahasia umum, kalau tudingan Penipu yang diarahkan kepada Hulman Sitorus tak lain dan tak bukan adalah karena persoalan yang bernama Voucher. Berawal dari pembagian voucher yang berbentuk kartu nama pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Siantar

Hulman Sitorus SE dan Drs Koni Ismail Siregar (Pasanngan HOKI), kepada warga pemilih menjelang hari pencoblosan pada Pemilikada Kota Siantar 2010 lalu. Hulman Sitorus yang berpasangan dengan Koni Ismail Siregar sebagai salah satu pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota bernomor urut 7, mengiming-imingkan kalau voucher yang dibagi melalui tim suksesnya tersebut, bisa ditukar alias dicairkan dengan uang tunai sebesar Rp 300 ribu rupiah, setelah selesai pemilihan.

Tunggu punya tunggu, malah sampai saat ini, sudah sampai hampir 9 bulan Hulman Sitorus menjabat sebagai Walikota, pencairan voucher yang dijanjikan tak kunjung terealisasi. Akhirnya tudingan Walikota Hulman Sitorus sebagai penipu plus embel-embel lain seperti Walikota Voucher ataupun Walikota Pembohong, terus menggema keluar dari mulut orang orang yang merasa ditipu hingga sampai sekarang ini, dan itu merupakan penilaian orang-orang yang merasa ditipu oleh Hulman Sitorus.

Faktanya, orang orang yang merasa ditipu Hulman Sitorus, bukan hanya satu atau dua orang, tapi mencapai ribuan bahkan puluhan ribu orang. Bisa dipastikan kalau tudingan sebagai penipu, akan terus menggema, dan akan menjadi jargon permanen selama Hulman menjabat Walikota Siantar. Memang harus diakui, ternyata begitu saktinya voucher tersebut, sehingga bisa memenangkan Hulman Sitorus dan pasangannya Koni Ismail Siregar pada pemilukada 2010 lalu, dan berhasil menghantarkan Hulman menjadi Walikota dan Koni Ismail Siregar menjadi Wakil Walikota Pematangsiantar. Namun harus diingat, akibat voucher yang kunjung cair itu, akhirnya memunculkan kekuatan kontra juga tak kalah saktinya menghantam kredibilitas Hulman Sitorus selaku Walikota, yaitu tudingan sebagai Walikota Penipu, yang dari mulut-kemulut telah ter anugrah kan kepadanya. Ternyata kekuatan tudingan itu begitu dahsyat dan nyatanya kekuatan itu tak mampu dihadang, di tolak, dibantah, dipungkiri ataupun ditepis oleh Hulman Sitorus. Bahkan akibat tudingan itu, Hulman menjadi Walikota yang sungkan berbaur dengan masyarakat, karena takut muncul persoalan voucher. Hulman juga berubah jadi pemimpin yang alergi dengan media dan LSM, karena takut dikritik dan disoroti.

Kalau predikat sebagai Walikota Penjudi, punya cerita tersendiri. Itu berawal saat staf khususnya Eliakim Simanjuntak, tertangkap tangan bersama rekannya dan salah satunya anggota DPRD Siantar, tengah berjudi. Ketika para kalangan wartawan mengkonfirmasi minta tanggapan kepada Walikota Hulman Sitorus atas penangkapan staf khususnya itu. Disaat itulah Walikota Hulman Sitorus, dengan gaya arogan campur emosional memproklamirkan dirinya bahwa dia juga sebagai seorang penjudi. Malah dia meminta kepada para wartawan yang mengkonfirmasiinya agas menulisnya besar-besar di koran masing-masing terkait pengakuan dirinya sebagai penjudi.

Tentu pengakuan Hulman tersebut gemanya akan begitu dahsyat mencitrakan kalau dia ternyata pemimpin yang punya predikat buruk. Pengakuannya itu juga lebih menguatkan proses mempermanenkan tersandangnya predikat penjudi .terhadap diri Hulman. Malah banyak kalangan yang mengetahui flash back kiprah Hulman Sitorus sebelumnya, akhirnya berceletuk membenarkan kalau Hulman memang penjudi, bahkan ada selentingan Hulman juga pernah menjadi bandar judi.

Dua predikat buruk yang kini tersandang di diri Hulman Sitorus SE selaku Walikota Siantar, pasti membias terhadap kinerjanya sebagai pemimpim pemerintahan dus sebagai kepala daerah di Kota Siantar. Cap sebagai penipu karena tudingan dari orang-orang banyak yang merasa ditipunya, serta cap sebagai penjudi dari pengakuan Hulman sendiri, merupakan dua predikat yang sangat buruk, dan secara moral maupun etika mengusik nilai kehormatan sainggasana ke walikotaan yang dijabat oleh Hulman Sitorus.

Tak hanya sampai disitu, kedua predikat itu, biasnya juga begitu besar terhadap kinerja Hulman Sitorus selalu pemimpin pemerintahan maupun selaku kepala daerah. Cap sebagai walikota penipu dan penjudi, jelas mengganggu dan punya nilai risih. Kita, termasuk Walikota Siantar Hulman Sitorus juga harus menyadari, bahwa jika siapapun yang ditanya, pasti merasa malu dan tak akan sudi punya pemimpin penipu dan penjudi. Kalau masyarakat yang dipimpin sudah merasa malu dan tak sudi, maka sudah dapat kita bayangkan apa yang terjadi kalau seorang pemimpin tetap menjalankan kepemimpinannya dengan masih tetap melekat berpredikat penipu dan penjudi itu. Kalaupun tak mau meninggalkan jabatannya dan tetap ingin jadi pemimpin sesuai masa jabatannya, maka upaya pertama yang harus ditempuh, ialah merubah cap buruk itu. Caranya.....bertobatlah.......!

Ditulis 12 Juli 2011



ANTARA JR, BANDARA DAN CANGKUL ( Tulisan )

ANTARA JR, BANDARA DAN CANGKUL

Oleh : M. Alinapiah Simbolon SH

Penulis masih ingat semasa Pemerintahan Presiden Suharto, dimana Prof Dr Ing BJ Habibi yang ahli pembuat pesawat terbang dipanggil dari Jerman dan dipercaya menjabat Menristek (Menteri Negara Riset dan Teknologi) dan Kepala BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi). Saat itu dengan sentuhan tangan BJ Habibi, Indonesia menjadi produsen pesawat terbang, melalui PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio, yang kemudian berganti nama jadi PT Industri Pesawat Terbang Indonesia dan sekarang bernama PT Dirgantara Indonesia. Sosok BJ Habibi, langsung memegang kendali mengelola pabrik pembuatan pesawat terbang tersebut. Pesawat terbang jenis CN-235 dan N-250 pun akhirnya berhasil diproduksi.

Sayangnya kepintaran anak bangsa membuat pesawat terbang dibawah komando BJ Habibi, tidak disertai dengan keberhasilan pemasaran pesawat yang sudah diproduksi. Pesawat terbang made in dewe tersebut, kalah bersaing di pasaran internasional dengan negara produsen pesawat terbang yang sudah punya nama. Alih-alih pesawat buatan anak negeri tersebut tak laku, dan akhirnya di lego dengan cara barter. Ada yang ditukar sama ketan (beras pulut) dengan Negara Burma (Sekarang Myanmar), dan ada ditukar dengan mobil Proton Saga buatan Malaysia. Akhirnya kerugianlah yang didapat, padahal saat itu dana yang dianggarkan negara untuk biaya produksi pesawat sangat besar, malah dana reboisasi pun di alihkan untuk menambah biaya produksi pesawat.

Kenapa pesawat tak laku ? Sebenarnya bukan karena pesawat yang diproduksi anak bangsa yang tak berkualitas, tapi karena negara-negara konsumen pembeli pesawat terbang masih belum merasa yakin dengan pesawat produksi Indonesia. Soalnya penilaian mereka, Indonesia bukan negara penghasil produksi teknologi, dan Indonesia belum berstatus negara yang menerapkan High Tecnology. Realita yang mereka lihat, masyarakat petani si Indonesia saja masih menggunakan tenaga manusia dan tenaga binatang untuk mengelolah lahan pertanian. Kita masih menggunakan tenaga manusia untuk mengayunkan cangkul, dan tenaga kerbau yang merupakan tenaga binatang sebagai alat untuk membajak lahan pertanian. Sangat ironis, satu sisi negara sudah memproduksi pesawat terbang, sementara sisi lain pertanian yang penghasil besar devisa negara masih dikelola dengan peralatan tradisional.

Ternyatan program gagal seperti itu, masih ada juga yang menerapkannnya. Dialah Dr JR Saragih SH M yang akrab di panggil JR, pemimpin pemerintahan tingkat lokal di daerah yang bernama Kabupaten Simalungun. Tampaknya JR berpikiran seperti di zaman pemerintah Suharto, dimana saat itu melalui tangan BJ Habibi membuat Indonesia berhasil jadi produsen pesawat terbang.

Memang JR tidak buat pesawat terbang, tapi dia buat bandara untuk pelabuhan pesawat terbang khusus “pesawat capung” yang dinamakan Bandara Perintis. Akhirnya setelah bandara jadi dibangun, maka kondisinya pun sama seperti kondisi disaat negara kita berhasil menjadikan negara produsen pesawat terbang. Pesawat yang di buat tak laku jual dan tak menghasilkan devisa uang yang digunakan sia-sia. Begitu juga dengan bandara yang dibangun JR, yang juga sia-sia dan tak berhasil meraup PAD buat Pemerintah Kabupaten Simalungun, karena tak ada pesawat yang berlabuh di bandara itu. Kenapa tak ada pesawat yang berlabuh, karena penumpang yang diharapkan dari masyarakat sekitar sama sekali juga tak ada.

JR seharusnya menyadari bahwa masyarakat Pematang Raya sekitarnya, untuk saat ini dan untuk jangka waktu panjang tak dapat diharapkan akan menjadi penumpang pesawat, yang bandaranya telah dibangunnya. Selain kondisi perkembangan wilayah yang belum masuk standar perkotaan, dan bukan pula wilayah yang memang membutuhkan adanya transportasi uadara, sebagian besar dari masyarakat juga masih sebagai petani yang kondisi perekonomiannya sangat memprihatinkan. Mengolah lahan pertanian saja mereka masih menggunakan cangkul yang dikendalikan tenaga manusia, malah masih banyak petani yang menggunakan tenaga binatang bernama kerbau untuk membajak sawah. Jadi apa mungkin kondisi masyarakat yang mayoritas petani yang cari makan dengan menggunakan cangkul akan bisa menjadi konsumen pesawat terbang yang bandaranya telah dibangun JR ? Jawabannya, pasti tak mungkin dan jauh dari mungkin.

Yang jelas pesawat terbang dan bandaranya belum saatnya menjadi sarana transportasi vital bagi masyarakat Raya sekitarnya, termasuk juga masyarakat Kabupaten Simalungun. Yang vital bagi masyarakat adalah modernisasi di bidang pertanian dan perbaikan jalan untuk lancarnya hubungan transportasi yang juga untuk mendukung lancarnya distribusi hasil pertanian. Jangankan naik pesawat, merasakan naik mobil saja warga yang berdomisili di sejumlah pelosok masih terlihat jarang, karena mobil tak ada yang mau masuk ke tempat mereka akibat kondisi jalan yang rusak parah.

Sayang sekali nasib bandara yang dibangun JR tersebut. Konon pesawat jenis capung yang berlabuh pun paling jago sebulan sekali, itu pun penumpangnya hanya JR dan sejumlah pejabatnya. Mungkin capung lah dan hewan yang bisa terbang lainnya yang paling sering berterbangan di sekitar bandara tersebut bukan pesawat capung.

Begitulah jadinya kalau konsep dari pemikiran pemimpin yang hanya ingin gagah-gagahan, seperti yang diperlihatkan JR Saragih dengan membangun bandara di daerah yang masih perlu pengembangan. JR ingin memodernkan wilayah yang dipimpinnya secara revolusioner, tapi potensi yang ada dan kondisi masyarakat tak mendukung dan jauh dari harapan untuk bisa mendukung.

JR harus sadar, bandara yang dibangunnya yang akhirnya tak memberi manfaat itu, telah menimbulkan kecemburuan masyarakat Kabupaten Simalungun yang masih banyak tinggal di daerah terpencil, terbelakang serta tertinggal dari sentuhan pembangunan. Geliat kekecewaan pun dipastikan muncul. Masyarakat yang berpikir kritis, sudah pasti menyesalkan dan mengesalkan pembangunan bandara itu, malah tak sedikit masyarakat berpikir bandara yang dibangun itu adalah untuk kepentingan pribadi JR, yaitu untuk tempat pendaratan dan parkir helikopter pribadinya, serta kepentingan untuk mendukung berkembangnya bisnis pribadi JR yang belakangan dibangunnya di Pematang Raya

Sebenarnya harapan utama masyarakat dari sejak awal JR memimpin pemerintahan di Kabupaten Simalungun, adalah membantu masyarakat petani, dan bukan mendirikan bandara. Alangkah bermanfaatnya jika dana yang terbuang sia-sia untuk membangun bandara itu, dialokasikan untuk membeli alat pertanian modern dan berteknologi, karena jelas efektifitasnya untuk meningkatkan produksi pertanian masyarakat. Mendinglah beli traktor dan jetor untuk mengganti cangkul, dari pada buat bandara yang nyata-nyata tak produktif.

Sungguh tak pantas bandara yang dibangun JR, kalau niatnya ingin memajukan daerah terutama memajukan dan memodernisasi Pematang Raya dan sekitarnya yang merupakan pusat pemerintahann. Seharusnya langkah yang diambil JR untuk memajukan dan memodernkan Pematang Raya dan sekitarnya adalah melalui proses modernisasi bertahap atau secara evolusi dan bukan secara revolusioner.

Kalau hanya sekedar ingin memodernisaskan daerah, bukan bandara yang dibangun. Bangunlah dulu pundasi menuju arah modernisasi. Banyak potensi daerah yang harus dimodernisasikannya lebih dahulu. Salah satunya cangkul digantikan dulu dengan traktor dan jetor. Itu kalau mau modern !

Mungkin sebelum membangun bandara JR buat pilihan dulu, Pilih Bandara atau Cangkul...! Eh.... ternyata antara kedua pilihan itu yang dipilih JR adalah bandara, makanya yang dibangunnya terlebih dahulu bandara. Rupanya pilihan Pak JR salah besar.... Sorri... Pak JR, seharusnya bukan bangun bandara Pak......!!!

Ditulis 25 Juni 2011



Melihat Pemerintahan Hulman Saat Ini....Bobrok dan Berpotensi Korup ( Tulisan )

Melihat Pemerintahan Hulman Saat Ini

Bobrok dan Berpotensi Korup

Oleh : M Alinapiah Simbolon SH

Jika mengikuti dan memantau jalannya pemerintahan sejak jabatan Walikota Pematangsiantar dipegang Hulman Sitorus, rasanya sulit muncul sikap optimis dalam diri kita, bahwa kota Siantar akan mengalami grafik kemajuan yang signifikan. Malah kemajuan secara evolusi (lambat) juga akan mustahil terjadi. Jalan ditempat sudah pasti, bahkan mundur kebelakang alias lebih parah dari pemerintahan sebelumnya, juga sangat memungkinkan.Ini bukan analisa yang dilatarbelakangi suka atau tidak suka, tapi memang gambaran realita dari kondisi yang ada saat ini.

Sebagian besar rakyat Siantar sudah menyaksikan perjalanan dua periode pemerintahan sebelumnya, baik mulai dari start hingga endingnya. Rakyat Siantar juga sudah merasakan akibat negatif dari bobroknya pemerintahan dibawah kendali para pendahulu Hulman Sitorus. Malah ketidakbecusan pemerintahan dan kepemimpinan para pendahulu Hulman, belakangan dibuktikan oleh hukum secara sah dan meyakinkan, dimana akhirnya ditandai dengan keterlibatan para pendahulu Hulman sebagai pelaku tindak pidana korupsi. sehingga pasca berkuasa, para pendahulu Hulman, harus nginap gratis plus merasakan pengapnya suasana bilik penjara dengan status narapidana korupsi.

Itulah realita yang telah dilihat dan disaksikan masyarakat Siantar, sehingga apa yang telah dilihat dan dirasakan itu, sudah pasti dijadikan bahan pembanding untuk berikutnya melihat dan menilai kepemimpinan Hulman Sitorus selaku penguasa yang sedang memegang mandat menjalankan pemerintahan saat ini.

Jelas kalau untuk penilaian terkini (sampai ini hari), kepemimpinan Hulman di durasi menuju satu tahun awal kepemimpinannya, jauh lebih buruk kalau dibandingkan dengan kepemimpinan para pendahulunya dalam durasi waktu yang sama. Diawal tahun pertama masa pemerintahan terdahulu tak terjadi perpecahan antar Walikota dan Wakilnya. Dimasa Walikota Drs Marim Purba dan Wakilnya Kurnia Saragih masih terlihat kompak selama dua tahun jalannya pemerintahan. Walikota RE Siahaan dan Wakilnya Imal Raya Harahap justru terlihat tak berkonflik sampai akhir kekuasan pemerintahan mereka.

Namun, sudah menjadi rahasia umum kalau diawal tahun jalannya pemerintahan Hulman Sitorus sekarang ini, sudah tertanam benih ketidakkompakan antara Hulman dan wakilnya Koni Ismail Siregar. Betapa tidak, sebagai Wakil Walikota, Koni tampak tak diberdayakan oleh Hulman. Malah dalam berbagai hal (terutama terkait kebijakan), Hulman justru lebih memberikan kepercayaan dan kompetensi yang lebih kepada orang luar pemerintahan yang diberi gelar staf khusus yaitu Eliakim Simanjuntak, ketimbang Koni Ismail Siregar yang berjabatan resmi sebagai wakil walikota, dan merupakan wakil resmi Hulman Sitorus. Ini merupakan bagian dari kebobrokan sistem pemerintahan yang diterapkan Hulman Sitorus.

Bentuk kebobrokan awal pemerintahan Hulman Sitorus yang lainnya. terlihat dari sikap arogan yang diperlihatkan Hulman yang sejatinya tak pantas dilakukan oleh seorang yang bergelar Walikota. Ngomongnya yang sering ngelantur dan lari dari konteks akibat kebanyakan cakap, acapkali membias dan menimbulkan persoalan dan polemik. Antipatinya terhadap pers dan aksi unjuk rasa, terkesan memposisikan Hulman, sebagai sosok pemimpin yang anti kritik dan tak mengakui sebuah kebebasan demokrasi.

Selain sejumlah persoalan yang timbul dari performance kepemimpinan Hulman Sitorus, bobrok pemerintahan semakin parah dari persoalan lain yang mencuat ke publik. Eliakim yang terlihat sangat berperan terkait kebijakan pemerintahan, membuat sistem pemerintahan dibawah kendali Hulman, semakin kacau dan lari dari koridor mekanisme pemerintahan yang baik.

Sosok partikelir yang dinobatkan Hulman sebagai Staf khususnya, sehingga memiliki kesaktian yang sangat tinggi, dinilai telah menciptakan peluang tidak kondusifnya roda pemerintah. Eliakim ditenggarai memiliki peran strategis dalam hal mengangkat dan mencopot pejabat di lingkungan Pemko Siantar. Konon kabarnya distribusi proyek pun menjadi kompetensinya. Tidak hanya itu, berbagai tindakan melanggar aturan dan merusak pemerintahan juga dilakukan oleh orang-orang sekeliling Hulman dan Eliakim , bukti nyatanya adalah pembangunan kios di lahan milik Rumah Sakit Umum dr Djasamen Saragih tanpa ada izin baik dari pihak rumah sakit maupun instansi terkait yang dilakukan oleh orang-orang dekat Hulman dan Eliakim.

Sangkin saktinya seorang Eliakim, membuat para pejabat juga terlihat tunduk dengan titahnya, sebab titah Eliakim sudah dianggap sebagai perwujudan dari titah Walikota Hulman Sitorus. Malah sudah jadi wacana umum juga, kalau Eliakim sangat berperan mengamankan berbagai pihak yang sebelumnya cukup kritis menyoroti kebijakan dan sikap konyol Hulman.

Kondisi ini tentunya sangat rentan dan membahayakan kelangsungan pemerintahan Hulman Sitorus yang masih cukup panjang. Dan yang paling mengkhawatirkan, kondisi ini sangat berpotensi membuat terulangnya lagi praktek korupsi, seperti yang terjadi dipemerintahan sebelumnya. Mungkin sangat dini kalau kita katakan pemerintahan dibawah komando Hulman Sitorus, merupakan pemerintahan yang korup, meskipun indikasi terjadinya praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN), sudah terlihat, apalagi penggunaan anggaran pemerintahan belum selesai berjalan.

Namun melihat kondisi jalannya pemerintahan sekarang ini, besar kemungkinan potensi terjadinya praktek korupsi akan terjadi di pemerintahan Hulman Sitorus. Kalau pun kita berharap itu tidak akan terjadi, maka sungguh berat rasanya kita jamin hal itu tidak akan terjadi, karena bobroknya kondisi pemerintahan yang berjalan sekarang ini. Berharap memang tak salah, tapi kita merasa sangat bersalah, kalau tidak ikut mengingatkan. Mudah-mudahan saja tulisan ini bagian dari upaya mengingatkan, kendati kelak tak menjadi bahan perhatian.

Ditulis 16 Juni 2011



Selasa, 10 Mei 2011

Anakku… Sayangku… Buah Hatiku… Jagoanku….. ( Catatan )


Anakku… Sayangku… Buah Hatiku… Jagoanku…..

Siantar, 11 Mei 2010


Anakku…..

Kukenalkan duniaku padamu, karena aku berharap agar kau menjadi anak yang kenal dengan lingkunganku, kenal orang-orang sekelilingku, .dan yang penting supaya kau tahu siapa sejatinya ayahmu

Sayangku…..

Kukenalkan duniaku padamu, karena aku berharap kau jadi anak gaul yang baik, berbudi, dan memiliki rasa sayang dan punya wawasan, serta punya jiwa dan pemahaman sosial yang tinggi

Buah Hatiku…..

Kukenalkan duniaku padamu, karena aku ingin memaklumkan pada dirimu, bahwa ayahmu ini memang bukan orang suci, tapi punya hati nurani dan niat yang suci untuk menjadikanmu menjadi orang yang punya hati nurani dan niat yang suci.

Jagoanku…..

Kukenalkan duniaku padamu, karena aku juga sangat berharap agar kau menjadi anak yang Tau Merasa, Jago Merasa, Hebat Merasa dan Pintar Merasa, dan bukan anak yang Merasa Tau, Merasa Jago, Merasa Hebat dan Merasa Pintar.

Nak…..

Ku berharap namamu, membawamu menjadi pria yang berharga dan pria yang tau menghargai.

Kuberharap harapanku kau tetap menjadi anak yang punya harapan, dan harapanmu selalu kudoakan agar menjadi sebuah kenyataan.

Nak.....

Katamu kau bercita-cita ingin jadi pemain bola yang hebat, terkenal dan mendunia seperti Lionel Messi, sampai-sampai kau bilang gelarmu Doli Messi, aku selalu tersenyum dan bangga dengan cita-cita dan harapanmu itu. Setidaknya aku bangga ternyata jagoanku sudah punya cita-cita dan keinginan positif. Ayahmu ini pasti bangga kalaupun itu akhirnya jadi kehidupanmu.

Yang pasti, apapun jadinya kehidupanmu kelak, kuharap kehidupanmu itu kehidupan yang berguna, kehidupan yang memberi marwah, mengangkat harkat dan yang penting kehidupanmu itu mulia dihadapan ALLAH.

Yang perlu kau tau, betapa aku sangat mengasihi, menyayangi dan mencintai mu…. Meskipun kau baru 8 tahun, aku bangga padamu, karena sudah punya sikap, punya prinsip dan punya harapan ditengah masih kentalnya perilaku manjamu…. Doaku selalu menyertaimu…..

Selamat Ulang Tahun… Selamat Panjang Umur… Anakku… Sayangku… Buah Hatiku… Jagoanku….. Doliarga Hasanul Abdillah Simbolon…..!!!

Semoga kau tetap dalam Lindungan ALLAH SWT… Amin Ya Robbal Alamin…..



Senin, 09 Mei 2011

Walikota "banyak Cakap" ( Tulisan )


Walikota “Banyak Cakap”

Oleh : M Alinapiah Simbolon SH

Seorang pemimpin yang didaulat jadi pimpinan atas hasil sebuah proses demokrasi yang melibatkan suara rakyat, harusnya mampu menunjukkan kapasitas dan kapabilitasnya sebagai seorang pemimpin pilihan rakyatnya. Dalam pemahaman yang sederhana idealnya harus seperti itu.

Penulis bukan mau mengajari, tapi menurut pandangan dan harapan penulis dan mungkin juga menurut pandangan harapan masyarakat awam, seorang pemimpin pemerintahan dan pemimpin rakyat yang baik, paling tidak mampu bersikap santun, baik dalam bertingkah maupun dalam berbicara. Dan tentunya yang lebih diharapkan rakyat, adalah seorang pemimpin yang lebih banyak berbuat untuk perubahan maupun kemajuan, bukan pemimpin yang banyak bicara alias “banyak cakap” kalau istilah bahasa pasarannya.

Hulman Sitorus SE, yang saat ini kapasitasnya sebagai walikota yang nota bene pemimpin pemerintahan dan pemimpin rakyat di negeri asri nan sejuk yang bernama kota Siantar ini, setelah resmi memimpin (dan saat ini masih tetap memimpin), justru tak mencitrakan diri sebagai pimpinan ideal dari kacamata penilaian awam seperti yang dimaksudkan penulis. Hulman Sitorus, tak menununjukkan sikap sebagai seorang pimpinan yang santun, terutama dalam hal bertitah atau berbicara.

Dus, Hulman juga tak menunjukkan kinerjanya sebagai pemimpin yang bisa membuat perubahan dan kemajuan bagi rakyat dan kota yang dipimpinnya, dan proses kearah itu pun selama setengah tahun dia memimpin belum terlihat sama sekali. Sampai detik ini buah dari hasil kepemimpinan Hulman yang dirasakan rakyatnya selama setengah tahun berjalan adalah rasa sinis dan pesimis terhadap sosok Hulman degan jabatan walikotanya, yang dinilai lebih dominan “cakap-cakap”.

Ironisnya. oleh karena Hulman lebih banyak “ pegang mik “ kalau berbicara (atau mungkin lagi kemaruk berbicara karena merasa dia Walikota), acapkali kalimat yang keluar dari mulut Hulman ketika berbicara dengan kapasitasnya sebagai Walikota dalam berbagai momen dan acara tertentu, lari dari konteks, malah kerap menuai masalah dan jadi kontroversi, serta memimbulkan ketersinggungan dan kental nada arogansinya. Tak hanya itu ucapan yang keluar juga kerap terkesan arogan dan bernuansa pembohongan, karena apa yang diucapkannya akhirnya tak sesuai kenyataan. Muaranya apa yang dicapkannnya kerap melahirkan persoalan dan dan menjadi berita aktual di media serta jadi sorotan berbagai kalangan Memang begitulah kenyataannya dan kalaupun ucapan Hulman jadi bumerang dan mendiskreditkan irinya sendiri, merupakan hal yang wajar. Namanya ucapan dan titah sang Walikota, jangankan bicaranya asal bunyi alias “asbun” atau bersalahan, nyeleneh sedikit saja pasti jadi pembahasan dan konsumsi publik.

Ucapan Walikota Siantar Hulman Sitorus, yang mengatakan “Ambil sama kau Partai Demokrat itu “ pada sebuah acara temu pisah pejabat dilingkungan TNI, merupakan bukti nyata bahwa Hulman terkesan bersikap arogan dalam berbicara, dan lari dari konteks. Ujung-ujung ucapan yang dilontarkannya itu menimbulkan masalah dan pastinya memicu ketersinggungan.

Hulman tampaknya tipe orang yang tak mau belajar dari kesalahan dan pengalaman sebelumnya, padahal berbagai rentetan persoalan yang timbul, dan menjadi sorotan dan kritikan kepada dirinya, adalah karena bicara dan penyataannya sendiri. Tentu masih belum hilang dari ingatan masyarakat akan janji-janjinya yang pernah diucapkannya tapi tak terealisasikan, lalu penyataannya yang anti media dan anti demo, serta omongan takaburnya saat adanya isu kebakaran Pasar Dwikora, ditambah lagi berbagai ucapannya yang terkesaan arogan. Ternyata semua itu tak dijadikan introspeksi dan evaluasi untuk merubah sikapnya dalam berbicara. Toh itu tetap berlangsung terus. Dan yang terhangat adalah ucapan yang keluar dari mulutnya yang menyinggung dan terkesan menyepelekan Partai Demokrat.

Seharusnya Hulman harus sadar, kalau dia bukan seorang pemimpin yang pandai beretorika dan merangkai kata. Kalau disbanding-bandingkan, sebenarnya Hulman tak layak dibandingkan dengan sosok-sosk pemimpin yang pintarm bicara dan jago beretorika. Dalam hal berbicara dalam forum resmi, Hulman belum bisa menandingi sepersekian dari kehebatan Mantan Bupati Simalungun Jabanten Damanik yang memang piawai dan punya bobot saat berbicara karena punya ilmu dan wawasan. Dia juga bukan bukn sosok yang tepat dibandingkan dengan Gus Dur, meskipun ucapan Gusdur sering nyeleneh dan kerap menimbulkan kntroversi, tapi punya nilai dan bobot tingkat tinggi disamping punya nilai ketokohan dan kharisma. Sangat jauh sekali kalau dia dibandingkan dengan Jabanten Damanik apalagi Gus Dur. Pastinya Hulman seorang Walikota yang tak piawai dan tak berbobot dalam berbicara, serta belum punya nilai ketokohan dan kharisma, soal ilmu dan wawasan juga dari memadai,

Konklusinya, dalam hal berbicara khususnya saat berpidato sebagai seorang pemimpin pemerintah, level Hulman hanya masih sebatas “Cakap-Cakap” yang akhirnya terkesan “ Banyak Cakap” tanpa dibarengi modal ilmu dan wawasan yang mantap, Terbukti memang, sangkin banyak cakap, akhirnya bersalahan, lari dari konteks dan meimbulkan persoalan.

Pak Walikota Siantar, dalam hal apapun selalu lah belajar dari kesalahan…..Keledai saja tak mau masuk kedalam lubang yang sama untuk kedua kalinya…. Sebagai seorang pemimpin, lebih banyak lah berbuat untuk perubahan dan kemajuan dari pada banyak cakap-cakap… Bagaimana anda membuat Siantar Mantap, Maju dam Jaya, hanya dengan cakap-cakap ? Ingatlah Pak Wali…..Anda pemimpin rakyat dan bukan pimpinan perusahaan….!!!


Penulis adalah Direktur Eksekutif Government Monitoring (GoMo)


Minggu, 24 April 2011

Mewujudkan Siantar Mantap Maju Dan Jaya… Apa Mungkin ? ( Tulisan )


Renungan Di Hari Jadi Kota Siantar Ke 140

Mewujudkan Siantar Mantap Maju Dan Jaya… Apa Mungkin ?

Oleh : M Alinapiah Simbolon SH


Menyambut Hari Jadi Kota Siantar ke 140 yang jatuh pada tanggal 24 April, selain dimeriahkan berbagai rangkaian kegiatan. Juga diwarnai deretan spanduk ucapan selamat baik dari instansi pemerintah maupun swasta. Ada hal yang menarik yang tertera menambahi ucapan tersebut, yaitu ajakan untuk mewujudkan Kota Siantar Mantap, Maju dan Jaya

Mewujudkan Siantar Mantap, Maju dan Jaya, merupakan lead visi dan misi pasangan Hulman Sitorus SE dan Drs Koni Ismail Siregas, selaku Walikota dan Wakil Walikota Pematangsiantar. Arti harfiah dari maksud dan tujuan judul visi dan misi adalah menjadikan kota Siantar menjadi kota yang Mantap, kota yang Maju dan kota yang Jaya.

Harus diakui dan diapresiasi kalau visi dan misi yang kini tergiring menjadi slogan pemerintahan Hulman–Koni tersebut, dinilai memiliki tujuan yang cukup mulia, dan mengandung makna hirarkis untuk perubahan buat kota Siantar. Kendati kenyataannya kemenangan mereka raih sehingga berhasil menduduki tahta kepemimpinan pemerintahan di kota Siantar, bukanlah karena pertimbangan dan penilaian secara jujur dan fair atas visi dan misi yang mereka tawarkan. tapi karena perimbangan dan penilaian iming-iming dalam bentuk voucher yang dijanjikan bisa ditukar uang ratusan ribu rupiah, meski ujkuang-ujungnya tak pernah cair.

Lebih kurang setengah tahun berjalannya roda pemerintahan dibawah kepemimpinan Hulman dan Koni, tampaknya potensi terwujudnya maksud dan tujuan visi misi tersebut jauh dari harapan. Proses menuju arah itu pun tak terlihat sama sekali. Jangankan untuk menjadikan Siantar Maju dan Jaya, untuk menuju Siantar Mantap (dalam arti mantap fondasi pemerintahan disemua aspek), yang merupakan fondasi dan kekuatan mewujudkan Siantar Maju dan Jaya, ternyata jauh panggang dari api. Lihat saja fondasi pemerintahan dibawah kepemimpinan Hulman-Koni, ternyata, terlihat sangat rapuh. Harmonisasi diantara keduanya tak lagi erat. Kalaupun keduanya terlihat kompak hanya sekedar kulit luarnya, namun disebalik itu sudah tak ada sinkronisasi.

Dalam mengelola pemerintahan dan berbagai kepentingan, Hulman lebih percaya dan sangat mempercayai orang luar pemerintahan yang bernama Eliakim Simanjuntak, yang dinobatkannnya sebagai staf khusus (meskipun tak ada aturannya), dari pada pasangan resminya Koni Ismail Siregar. Fakta dan sudah menjadi rahasia umum, kalau sang staf khususnya itu jauh lebih berpengaruh dan punya kewenangan lebih dari deputi nya yang resmi Koni Ismail Siregar yang punya jabatan resmi sebagai Wakil Walikota. Sementara dalam kondisi ditumpulkan kewenangannya oleh Hulman, ternyata Koni tampak tak bisa berbuat apapun dengan jabatan Wakil Walikotanya, selain hanya menandatangani urusan administrasi rutin, dus tampil sana tampil sini dalam berbagai acara resmi, termasuk mewakili dan membacakan sambutan atas nama Walikota Hulman Sitorus, jika berhalangan hadir.

Itu masih masalah disharmonisasi antara pasangan penguasa, berbagai persoalan lain tampaknya juga tidak mendukung untuk membuat kota Siantar jadi Kota yang Mantap, Maju dan Jaya. Hal itu dapat terlihat dari model dan gaya kepemimpinan Hulman Sitorus yang cenderung arogan dan anti kritik. Tentunya sangat disayangkan pemimpin seperti Hulman justru mengeyampingkan kekuatan demokrasi dengan cara menjauhi kekuatan media dan kalangan masyarakat yang kritis, dalam menjalankan dan membanguan pemerintahannya. Secara blak-blakan Hulman memproklamirkan diri anti media, karena tak berkenan di kririk dan disoroti melalui pemberitaan Dan itu dibuktikannya dengan membuat kebijakan satu pintu bagi media untuk mendapat informasi tentang pemerintahannya . Tak hanya itu Hulman juga dengan tegas menyatakan sebagai figur yang anti demo, bahkan Hulman pernah membuktikannya dengan cara dengan melontarkan kata kotor kepada para massa yang sedang unjuk rasa.

Hal lain yang tak mendukung terwujudnya Siantar Mantap, Maju dan Jaya, adalah sikap Hulman yang lebih banyak cuap-cuap ketimbang berbuat nyata. Dalam menghadapi persoalan Hulman lebih kerap ngomong takabur dan kebablasan, disamping itu dia juga kerap mengumbar berjanji, tapi kerap tak terealisasi, sehingga kondisi itu membuat sirnanya rasa percaya masyarakat terhadap Hulman Sitorus selaku Walikota. Apalagi sebelumnya Hulman sudah punya track record yang buruk dalam hal memenuhi janji, terkait janji paslunya soal voucher saat pemilihan Walikota.

Selain itu, berbagai kebijakan Hulman Sitorus selaku Walikota, juga lebih banyak yang tak berpihak kepada masyarakat, dan bahkan atas kebijakannya acap mengorbankan kepentingan masyarakat, sehingga kebijakannya itu tak mendukung terwujudnya Siantar menjadi Kota yang Mantap, Maju dan Jaya.

Hulman Sitorus seharusnya bertanya pada diri sendiri Apa Mungkin dia bisa mewujudkan impiannya menjadikan Kota Siantar menjadi Kota Mantap, Maju dan Jaya ? Selaku pemimpin pemerintahan seharusnya juga Hulman menyadari kalau impiannya itu merupakan hal yang utopis, mengingat selama sekitar enam bulan kepemimpinannya tak ada yang bisa dibanggakan oleh masyarakat. Malah, meskipun tak resmi, cap seorang pembohong besar telah menyelimuti sosok Walikota Hulman Sitorus, ditambah lagi belakangan isu ijazah dan urine palsu pun kembali menderanya. Mungkin saja semua itu buah dari tak adanya perubahan yang bisa diperbuatnya.

Siantar Mantap Maju dan Jaya sampai kini atau sampai puncak peringatan Ulang Tahun Kota Siantar ke 140, hanya masih menjadi slogan kosong belaka. faktanya untuk hanya sekedar hiasan yang terpampang pada spanduk ucapan selamat Hari jadi Kota Siantar dan di sejumlah plank bergambar Hulman dan Koni sedang nelakukan salam komando ataupun sekedar jadi hiasan dalam bentuk running teks (teks berjalan) dibawah baliho iklan produk.

Mungkin juga Hulman dan Koni sebagai empunya slogan, justru tak tertantang untuk mewujudkan maksud dan tujuan slogan yang mereka usung itu. Atau mungkin bisa saja Hulman dan Koni memang tak menganggap penting slogan tersebut, karena mereka menilai slogan yang mereka usung itu, mereka ciptakan hanya sebatas gabungan beberapa kata jadi kalimat indah, lalu dijadikan judul visi misi, dengan tujuan untuk memenuhi syarat saat pencalonan. Sehingga setelah mereka berkuasa slogan itu tak perlu lagi menjadi tuntutan yang harus direalisasikan. Atau bisa juga kemungkinannya mereka tak mengerti slogan yang mereka ciptakan, sehingga tak menyadari kalau slogan itu seharusnya mereka pertanggungjawabkan.

Yang pasti sementara status slogan itu, masih merupakan pengharapan yang entah kapan menjadi kenyataan. Mungkin ini menjadi kado pahit dan renungan buat Hari Jadi Kota Siantar. Namun perlu Walikota Hulman Sitorus menyadari, bahwa tanpa slogan itu pun, masyarakat Siantar sangat mengharapkan pemimpin yang bisa membawa kemajuan dan perubahan buat kota Siantar. Bravo Siantar…. Happy Birthday To My Lovely City…… (***)



Minggu, 20 Maret 2011

Penipu Dan Menkumham ( Catatan )

Penipu Dan Menkumham

Catatan : M Alinapiah Simbolon SH

Sabtu 19 Maret 2010 Jam 11.05 WIB, (saat itu aku lagi di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar, menjaga emakku yang tengah di opname), hp ku dihubungi oleh nomor 081310057839. Orang yang menghubungi aku itu ngaku dari Depkumham.

"Halo selamat siang ! Apa benar ini dengan pak M Alinapiah Simbolon SH?" tanya orang dari yang nelpon ke hpku itu . "Benar saya sendiri orangnya," jawabku spontan.

"Saya dari Kementerian Hukum dan HAM Pak, ini ajudan Pak menteri ingin bicara dengan bapak," sambungnya.

"Halo, Pak M Alinapiah Simbolon, saya Herman ajudan Pak Menteri pak," ucap orang yang mengaku ajudan menkumham memperkenalkan diri.

Masih dalam perbincangan telpon, orang yang bernama Herman itu pun selanjutnya mengutarakan maksud dan tujuannya. Katanya aku diundang Pak Menteri Patrialis Akbar untuk main Golf bersama Pak Menteri serta sejumlah pejabat tinggi dan para pengusaha lainnya. Menurutnya, acara undangan main golf itu digelar dalam rangka penggalangan dana untuk membantu korban pelanggaran Hak Azasi Manusia (dia menyebutkan salah satu nama lapangan golf di Tangerang, tapi aku lupa namanya).

Karena aku yakin kalau itu adalah modus penipuan, aku pun langsung emosi mendengar undangan orang yang tak kukenal itu. Sebelum orang itu "mengolahku" (meskipun orang itu takkan berhasil mengolahku), dan sebelum dia selesai ngomong, langsung kutuding kalau dia itu bermaksud menipu.

"Tak usahlah banyak kali gayamu, kau kan mau nipu, aku tahu kalau kau itu penipu !" kataku padanya saat itu.

Meskipun sudah terbaca maksud dan tujuannya. Eh, ternyata dia tak mau mengalah dan tak mau kalah malu.

Diyakinkannya aku, kalau undangan itu benar dari Pak Menteri bahkan dia mengklaim kalau Pak Menteri katanya kenal denganku. Malah dia bersumpah dengan menyebut nama ALLAH, kalau kegiatan penggalangan dana itu bukan penipuan, tapi merupakan program Pak Menteri. Dia juga menyayangkan sikapku yang menyebutnya penipu.

"Sebagai seorang kolega Pak Patrialis Akbar, tak pantas bapak ngomong begitu. Saya menghubungi bapak dan tahu nama dan nomor hp bapak, itu semua dari Pak Patrialis dan saya diperintahkan untuk mengundang Bapak," ujarnya saat itu.

Mendengar itu aku jadi geli bercampur mual. Aku jadi tambah yakin kalu dia memang penipu. Tambah ketahuan bohongnya saat dia bilang aku koleganya pak Patrialis Akbar. (Dalam hati aku berkata, hebat juga yach aku ini, ternyata aku "koleganya" pak menteri wkwkwkwkwkwk. Boro-boro Pak Menteri Pak RT ajakan tak kenal samaku he he he he....)

Mendengar ucapannya, aku pun spontan merubah sikap dan merubah aksentuasi bicaraku. Aku langsung pura-pura percaya, dengan tujuan meyakinkan dia kalau aku sudah percaya dengan apa maksud dan tujuannya.

"Oke sori pak, kalau aku langsung negatif menilai bapak, soalnya sekarang banyak kali penipuan via hp dengan bermacam modus. Sori ya pak," pintaku pura-pura serius.

Setelah kuminta agar dia melanjutkan penjelasan tentang undangan main golf dimaksud, dia lalu nenerangkan bahwa setiap undangan diwajibkan bermain mimimal 2 (dua) Flag, dan dengan tariff per flag nya Rp 2,5 juta. (dalam hatiku, entah betul istilah “main 2 (dua) flag” itu atau tidak aku juga ngak ngerti, hanya dialdan orang-orang yang sering main golf yang tahu)

Lalu dia terangkan lagi kalau, aku boleh memilih untuk bermain lebih 2 (dua) flag, itu tergantung permintaan. “ Jika bapak berkenan, bapak segera memastikan kalau bapak memang ikut. Dan bapak boleh memastikannya sekarang kepada saya,” terang orang itu.

“ Kalau gitu saya pastikan saya ikut cukup hanya untuk 2 (dua) flag saja. Saya tidak mau Pak Patrialis kecewa karena saya tak ikut berpartisipasi, saya mohon petunjuk lebih lanjut,” balasku.

“Okelah kalau begitu pak, kesedian bapak ikut akan saya sampaikan kepada Pak Patrialis, dan atas nama beliau saya ucapkan terima kasih,” katanya.

“Karena bapak telah bersedia untuk ikut, maka bapak harus segera mengirimkan biaya pendaftaran melalui rekening, yaitu sebesar Rp 5 Juta untuk 2 (dua) flag. Dan secepatnya saya kirimkan nomor rekeningnya,” lanjutnya bersemangat.

“ Oke lah, segera kirim dan saya tunggu !” kataku.

“Kalau nanti sebelum uang pendaftarannya ku transfer, tolong kirim dulu bukti pembayarannya, kalau bisa pakai materei 6.000,”, supaya ada bukti pengeluaran uang. Aku ini pengusaha besar dan segala pengeluaran harus pakai bukti,” terangku dengan berlagak pengusaha.

“Slip pengiriman uang kan sudah bisa jadi bukti pembayaran pak, jadi nggak perlu lagi pakai bukti pembayaran bermaterai, dan lagian bukti pembayaran itu tak mungkin kita kirim pak,” balasnya.

“Berarti aku pun nggak mungkin ngirim uangnya ke orang yang tak jelas. Apalagi orang yang berprofesi penipu kayak kau. Yang kau pikir aku orang bodoh yang bisa kau tipu, dari awal aku sudah tahu kau penipu. Kau salah orang, dan biar kau tahu, aku juga sudah merasa berhasil menipu kau, sampai-sampai kau yakin dan terpedaya kalau aku bakal mau kau tipu, ternyata tidak…. dan pulsamu banyak habis kan…..ha ha ha ha ha…..! Memang dasar penipu……!" kataku dengan nada mencibir.

Kasihan dech lo.... Mau nipu akhirnya ketipu……… (***)



Jumat, 11 Maret 2011

Manfaat Fasillitas Brimob Siantar Bagi Masyarakat (bagian ketiga/habis)


Manfaat Fasillitas Brimob Siantar Bagi Masyarakat (bagian ketiga/habis)

Kepedulian Dan Keiklasan Pak Komandan

Laporan : M Alinapiah Simbolon

Sikap keterbukaan yang diterapkan oleh AKP Haryono, selama memimpin komando Sub Detasemen Brimob tersevut, membuat pandangan masyarakat terhadap Markas Brimob Siantar menjadi lebih positif. Dan fasilitas yang ada Markas Brimob itu pun sekarang jadi pilihan alternatif masyarakat sebagai tempat menggelar kegiatan.

Tidak hanya klub olah raga, beberapa kalangan baik dari lembaga pemerintahan, lembaga swasta maupun berbagai organisasi diantaranya organisasi sosial, pendidikan sampai lembaga keagamaan, menjadikan fasiliatas yang ada di Brimob sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan. Tak tanggung tanggung, berbagai kegiatan kemasyarakatan menjadi acara rutinitas di markas Brimob itu. Hari-hari besar keagamaan, pagelaran musik, dan berbagai kegiatan sosial acap kali berlangsung di tempat yang situasinya memang asri tersebut.

Kalangan pelajar juga tak ketinggalan menggelar kegiatan, dan itu terlihat berbagai kegiatan pelajar juga kerap digelar di tempat itu, diantaranya kegiatan pramuka, latihan SAR sampai dengan even turnamen olah raga antar sekolah.

Selain itu, kalangan internal yaitu para keluarga yang tinggal di markas Brimob itu pun sekarang ini tampak aktif menggunakan fasilitas yang ada. Kegiatan olah raga diantaranya kegiatan Bola Volli dan Senam serta latihan tari tampak rutin dilakukan oleh kalangan isteri personil Brimob. Malah kegiatan pertandingan Volli antar instansi rutin digelar.

Semua itu terkondisi karena sentuhan humanis yang dilakukan oleh AKP Haryono selama memimpin Markas Subden Brimob 2 B Siantar. Sikap familier dan kepedulian yang melekat pada sosok AKP Haryono, membuat berbagai kalangan masyarakat luar markas Brimob tersebut, merasa akrab dengan Brimob.

Apalagi kebutuhan kalangan masyarakat akan fasilitas umum untuk menggelar kegiatan di kota Siantar sudah sangat minim, membuat fasilitas yang ada di Brimob khususnya lapangan menjadi pilihan alternatif, apalagi AKP Haryono selaku Komandan Subden Brimob 2 B termasuk seorang komandan yang welcome dan mendukung setiap kegiatan yang digelar di markasnya. Lihat aja seperti Stadion Sang Naualuh, yang selama ini menjadi kebanggaan masyarakat Siantar, ternyata beberapa tahun belakangan tak bisa lagi dimanfaatkan untuk kegiatan olahraga atau pun kegiatan lain, karena kondisinya sudah rusak parah dan tak ada kepedulian Pemerintah Kota Siantar untuk memperbaikinya.

“Kita sangat bersyukur, masyarakat Siantar bisa mempergunakan lapangan Brimob. Sebagai warga saya sangat salut dengan pimpinan Brimob karena mengizinkan lapangannya dipakai warga dan, dan kita dengar pun pak komandan itu memberikan fasilitas itu secara gratis. Tak pernah ada pungutan untuk memakai lapangan itu, malah selalu memberikan dukungan setiap ada kegiatan atau pertandingan. Yang jelas kita sangat salut dengan kepedulian Pak Komandan Brimob itu ,” ujar Chairani Br Batubara salah satu orang tua yang anaknya ikut latihan salah satu klub sepak bola yang berlatih ditempat itu.

Kondisi yang sudah terbina selama kepemimpinan AKP Haryono, sampai sekarang ini, tentunya diharapkan banyak kalangan tetap berlangsung kedepan. “ Kupikir tidak hanya kalangan masyarakat yang selama ini banyak terbantu, sudah bisa kita pastikan kalau kalangan internal di markas Brimob ini pun, sangat berharap kondisi seperti yang diterapkan Pak Komandan Brimob sekarang ini, kedepan tetap berlangsung,” ujar Gito salah seorang pelatih klub sepak bola yang bermarkas di lapangan Brimob tersebut.

Menyikapi tanggapan masyarakat atas kondisi positif yang telah dibinanya, AKP Haryono, tak mau dirinya dinilai terlampau berlebihan dan terlampai dipuji.. “Semua yang saya lakukan adalah karena ikhlas. Yang ada di benak saya, yaitu saya sangat ingin fasilitas yang ada bermanfaat bagi masyarakat dan berguna bagi anak-anak yang tinggal disini. Saya juga sangat bersyukur kalangan yang menggunakan lapangan ini, juga merasa memiliki, dan saya melihat mereka juga ikut memelihara kebersihannya,” ujarnya. (Habis)

Running Teks ANTARA


Berita Terkini dari ANTARA