Minggu, 31 Maret 2013

Demokrasi Telah Wafat di Partai Demokrat




Demokrasi Telah Wafat di Partai Demokrat 

Oleh : M Alinapiah Simbolon


Roh sebuah partai politik yang hidup di negara demokrasi adalah nilai demokrasinya. Partai politik ada dan dibutuhkan dinegara Republik Indonesia karena sistem ketatanegaraan yang sejak merdeka  memang  menganut sistem demokrasi. Partai Politik merupakan kekuatan yang menjadi perpanjangan tangan rakyat untuk ikut ambil bagian dalam pengelolahan negara dan pemerintahan. Partai politik bisa hidup dan berkembang juga karena proses demokratisasi, dimana kekuatan rakyatlah yang menjadi penentunya. Maka keberadaan dan gerak langkah partai politik di republik ini juga harus berdasarkan aturan dan prinsip demokrasi.

Nilai demokrasi tidak hanya pada melekat pada proses pengambilan keputusan di partai politik, tapi juga keputusan yang diambil melalui proses demokratisasi juga merupakan keputusan yang ternilai menggambarkan adanya nilai demokrasi di partai politik. Jika demokrasi sudah terabaikan dalam sebuah partai politik, atau demokrasi hanya dijadikan tameng,  maka partai politik tersebut pantas dianggap telah wafat dari kehidupan yang ber alam demokrasi. 

Partai Demokrat adalah salah satu partai politik yang hidup dan berkembang di negara republik yang beralam demokrasi bernama Indonesia. Dipastikan, itulah salah satu alasan partai bentukan SBY diberi nama Partai Demokrat (partai yang namanya menggunakan kata Demokrat). Partai yang lahir lima tahun setelah reformasi ini, langsung mendapat dukungan rakyat. Pertama kali ikut pemilu (Pemilu 2004) Partai Demokrat langung berada diurutan ketiga, dan pada Pilpres 2004, dan SBY yangt diusung Partai Demokrat juga berhasil mendapat kepercayaan rakyat menjadi sebagai presiden. Lalu pada pemilu kedua tahun 2009 yang diikuti, dukungan rakyat kepada Partai Demokrat semakin menguat dan berhasil meraih tahta sebagai partai pemenang pemilu, dan kembali SBY yang diusung partai ini berhasil dipilih rakyat jadi presiden untuk kedua kalinya. 

Ternyata perkembangan selanjutnya berkata lain. Puncak kejayaan dan kebesaran Partai Demokrat ambruk dalam sekejap. Penyebabnya adalah Kasus Korupsi yang melibatkan politisi Partai Demokrat. Dimulai dari keterlibatan seorang politisinya bernama M Nazaruddin (Bendahara Umum Partai Demokrat dan anggota DPR RI) sebagai pelaku korupsi di sejumlah mega proyek,  Lalu berkembang dan merembet melibatkan politisi Partai Demokrat lainnya, diantaranya Angelina Sondakh (Wakil Sekjen partai Demokrat dan Anggota DPR RI), Andi Malaranggeng (Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat dan Menteri Pemuda Olah Raga) serta Anas Urbaningrum (Ketua Umum Partai Demokrat). Dan diperkirakan masih ada keterlibatan sejumlah politisi lain di partai tersebut, termasuk indikasi keterlibatan Sekjen Partai Demokrat, Edhi Baskoro Yudhoyono (Ibas), yang juga putra bungsu SBY.

Ambruknya nama besar Partai Demokrat, ditandai dengan merosotnya elektabilitas partai. SBY pun turun tangan. Penyelamatan diawali dengan pengambil alihan otoritas Anas selaku Ketua Umum DPP Partai Demokrat. Setelah Anas ditetapkan tersangka oleh KPK dan mengundurkan diri dari Partai Demokrat dan dari jabatannya sebagai Ketua Umum. Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat pun digelar untuk mencari pengganti Anas, dan juga karena desakan kepentingan pencalegan yang memerlukan figur ketua umum defenitif sebagai penandatangan administrasi daftar caleg Partai Demokrat.

Dinamika politik internal Partai Demokrat menjelang KLB begitu menggelora. Satu sisi, faksi-faksi di partai tersebut mulai tampak menggalang kekuatan menuju kursi Ketua Umum. Di sisi lain gema aklamasi dan penetapan calon yang disyaratkan harus mendapat restu SBY juga berkumandang. Bahkan mendekati KLB, suara kencang pengusungan SBY dan Ibu Ani sebagai Calon Ketua Umum semakin bulat, dan dalam sekejap mengerucut ke pengusungan SBY. Manuver Marzukie Ali yang telah menggalang kekuatan, sempat membuat perbedaan paham antara SBY dan Marzukie Ali. Polemik sms antara SBY dan Marzukie pun sempat terjadi. 

KLB Partai Demokrat telah usai digelar di Bali tanggal 30 Maret 2013. Meskipun telah diperkirakan, namun keputusan-keputusan yng dihasilkan KLB tetap dianggap sangat luar biasa dan diluar kebiasaan. SBY terpilih secara aklamasi. Lalu SBY juga ditetapkan sebagai formatur tunggal untuk menyusun kepengurusan. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagai peraturan partai pun diubah untuk kepentingan akomodasi terkait penyusunan kepengurusan partai dan kepentingan jabatan dan kekuasaan SBY di Partai Demokrat. Ketua Harian menjadi jabatan baru di Partai Demokrat dan Syarif Hasan diangkat untuk mengisi jabatan tersebut. 

Sebagai Ketua Umum terpilih, SBY juga masih tetap menduduki posisi lamanya sebagai Ketua Dewan Pembina dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat dan itu terlansir dengan diangkatnya Marzukie Alie sebagai Wakil Ketua Majelis Tinggi (menggantikan Anas), dan diangkatnya EE Mangindaan sebagai Ketua Harian Dewan Pembina. Sementara kepengurusan lain di Dewan Pembina dan Majelis Tinggi Partai Demokrat tetap diduduki orang yang sama.   

Pengangkatan Syarif Hasan sebagai Ketua Harian DPP, EE Mangindaan sebagai Ketua Harian Dewan Pembina dan Marzukie Ali sebagai Wakil Ketua Majelis Tinggi. adalah untuk membantu memperingan tugas SBY dengan tiga jabatan tertinggi yang dijabatnya di Partai Demokrat, sehingga tidak mengganggu tugasnya selaku presdiden. Dan sekaligus menjawab keraguan banyak kalangan atas jabatan rangkap SBY. Untuk kepengurusan DPP (selain penambahan jabatan Ketua Harian), juga diperkirakan akan ada penambahan jabatan lain, dan diperkirakan SBY juga akan mengganti sejumlah pengurus di jabatan posisi penting. Posisi Ibas sebagai Sekjen Partai Demokrat diperkirakan takkan bergeser. 

Pelaksanaan KLB Partai Demokrat memang sebagai amanat partai yang diatur oleh aturan tertinggi partai tersebut dan pelaksaan KLB sebagai bentuk tuntuan demokrasi di internal partai. Dalam konteks ini Partai Demokrat bertujuan melaksanakan proses demokratisasi dan mekanisme pelaksanaannya (soal kepanitiaan, utusan dan pemilik suara dalam KLB) juga masih dalam konteks mekanisme demokrasi, termasuk kesepakatan pengambilan keputusan dengan cara aklamasi. 

Namun yang disayangkan keputusan yang dihasilkan oleh KLB Partai Demokrat, telah mencederai nilai demokrasi. SBY yang terpilih secara aklamasi, tanpa meninggalkan jabatan lain di struktur Partai Demokrat, yaitu Ketua Dewan Pembina dan Ketua Majelis Tinggi Partai yang sebelumnya telah dijabat SBY, adalah fakta bahwa SBY telah mengangkangi nilai demokrasi. SBY dengan tiga jabatan tertinggi yang didudukinya di Partai Demokrat, ditambah jabatan Sekretaris Jenderal yang juga jabatan strategis di Partai Demokrat tetap dipegang putra kandungnya Edhi Baskoro Yudhoyono (Ibas). semakin menasbihkan bahwa kuku kekuasaan SBY dan keluarganya telah menancap kuat di Partai Demokrat. SBY telah berhasil menjadi Paduka Raja dipartai besutannya, dan menjadikan kekuasaan monarkhi bercokol di partai yang berlabel demokrasi. 
Tak logika dan sangat diluar kebiasaan dalam berpartai maupun berorganisasi, bahwa sebagai pimpinan pembina atau penasehat, pengawas, dan pelaksana suatu partai atau organisasi dijabat oleh satu orang. Di organisasi  sebuah perusahaan saja, tidak pernah ditemukan  jabatan Presiden Komisaris atau Komisaris Utama dan Presiden Direktur atau Direktur Utama, diduduki oleh orang yang sama.  Namun fakta telah berbicara lain, Partai Demokrat telah direproduksi ulang melalui KLB Bali, dengan hasil yang luar biasa dan diluar kebiasaan. 

Penampilan atau performa baru Partai Demokrat hasil reproduksi KLB Bali, jasadnya tak lagi sepenuhnya berisi roh kekuatan demokrasi, karena telah digantikan oleh dominasi kekuatan monarkhi, yang terimplementasi dengan tancapan kuat cengkraman kekuasaan SBY dan keluarganya. Selanjutnya, demokrasi di Partai Demokrat hanyalah tinggal nama, dan sekedar tertempel dan terstempel sebagai pamflet, dan sebagai syarat untuk bisa hidup menjadi peserta dalam kompetisi politik memperebutkan kepercayaan rakyat dengan hadiah tropy kekuasaan. 

Sebenarnya Partai Demokrat sudah tak pantas menggunakan kata Demokrat dan jargon jargon yang berbau demokrasi, karena nilai demokrasi tak tercermin pada kepemimpinan baru di partai itu. Tapi karena regulasi negara ini tak bisa secara langsung mewafatkan partai dengan kondisi demikian, maka Partai Demokrat dengan roh monarkhi tetap bisa hidup. Penentu akhir kelangsungan hidup Partai Demokrat apakah bisa hidup dan berkembang atau wafat dan terkubur, atau setengah hidup dan setengah wafat alias sekarat, adalah suara rakyat negeri ini. Sebab suara rakyatlah yang bisa merekomendasikan dan menentukan kelangsungan hidup Partai Demokrat. Namun demikian dalam konteks kehidupan demokrasi, Partai Demokrat yang telah mengeyampingkan dan mensekaratkan bahkan bisa dianggap telah mewafatkan nilai demokrasi dalam penampilan barunya, selakyaknya sudah tak pantas hidup di alam kehidupan yang menjunjung tinggi nilai demokrasi. (***)

Sabtu, 30 Maret 2013

Tragedi Pembantaian Sadis AKP Andar Siahaan, Pengalaman Pahit Buat Polisi dan Warga




Tragedi Pembantaian Sadis AKP Andar Siahaan
Pengalaman Pahit Buat Polisi dan Warga

Oleh : M Alinapiah Simbolon


Kapolsek Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, AKP Andar Siahaan, dibunuh secara sadis oleh ratusan orang, Rabu malam tanggal 27 Maret 2013 sekitar jam 21.30 Wib, di Dusun Rajanihuta Nagari Buttu Bayu Paneraja, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun. Pembunuhan tersebut, tak lama setelah sang Kapolsek beserta tiga anggotanya yakni Aiptu Armadi Simbolon, Bripka Lamsar Samosir dan Brigader Leo Sidauruk, menangkap seorang pelaku judi togel bernama Y Sumbayak.  Pelaku judi di tangkap dari rumahnya berikut barang bukti berupa handphone milik pelaku yang berisi nomor tebakan judi togeljenis KIM.  Penangkapan dilakukan, setelah sebelumnya ada informasi melalui SMS dari warga kepada Kapolsek.

Sekitar beberapa ratus meter saat pelaku dibawa dengan mobil milik Kapolsek jenis Kijang  BK 1074 FN, tiba-tiba isteri pelaku judi meneriaki Kapolsek dan anggotanya tersebut sebagai maling kerbau. Dalam sekejap warga pun sudah berkumpul dan langsung menghadang laju mobil yang membawa pelaku. Saat itu Kapolsek menjelaskan kepada massa bahwa mereka adalah petugas kepolisian, dan bukan maling sebagaimana yang diteriakkan isteri pelaku. (Informasinya Kapolsek juga sempat menghubungi dan berkomunikasi melalui Handphone dengan Kapolres Simalungun AKBP Andi Syahriful Taufik Sik). Anehnya, saat itu massa seperti tak perduli dan terus merengsek ingin menghajar Kapolsek dan tiga anggotanya. 

Menghindari emosi dan amukan massa, pelaku judi yang ditangkap pun langsung dilepaskan. Kapolsek bersama anggotanya berupaya melarikan diri dengan mobil, karena massa terlihat beringas dan berupaka menghakimi kapolsek dan tiga anggotanya tersebut. Naas, bagi kapolsek dan anak buahnya, mobil mereka tak berhasil lolos dari kejaran massa dan hadangan massa. (Ada informasi mobil kapolsek terpaksa berhenti karena dihadang oleh gerobak lembu). Setelah mobil berhenti, sang Kapolsek langsung diserbu ratusan massa. Tiga anggotanya berhasil kabur menyelamatkan diri, sementara kapolsek langsung jadi bulan-bulanan massa, dan dianiaya secara sadis, Kaca mobil milik Kapolsek dipecahkan masa.  Batu dan berbagai benda keras, benda tumpul  dan setengah tajam menghantam kepala AKP Andar  Siahaan, Dan nyawa sang Kapolsek pun merenggang dilokasi pembantaian. 

Malam itu juga (dua jam setelah kejadian) Kapolres Simalungun, pun tiba di lokasi kejadian. Setelah Kapolres Simalungun tiba di lokasi, mayat AKP Andar Siahaan yang terkapar diatas tanah lumpur, pun langsung diangkat dan dimasukkan keambulan dan seterusnya dibawah ke Rumah Sakit Umum Daerah dr Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar. Tak lama setelah itu sebanyak seratusan personil gabungan dari Polres Simalungun dan satuan Brimob mendapat komanda dari Kapolres Simalungun, malakukan penyisiran mencari pelaku pembunuhan. Lebih kurang demikianlah sekilas kronologis pembunuhan sadis yang dilakukan ratusan warga sehingga menewaskan Kapolsek Dolok Pardamean AKP Andar Siahaan. 

Dari pengamatan  penulis ketika melihat langsung Jenazah Kapolsek Dolok Pardamean tersebut saat diotopsi di Ruang Jenazah RSUD dr Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar, Kamis dinihari 28 Maret 2013 sekitar Jam 03.00 Wib, kondisi tubuh terutama bagian kepala sangat menggenaskan. Kepala korban dalam kondisi bebak belur penuh darah diduga akibat hantaman benda keras secara berulang-ulang. Kepala korban tampang penyok, kulit kening korban koyak besar,dan tulang dan tempurung kening berlubang. Wajah korban, dan kedua mata korban terlihat hancur. Tempurung kepala bagian belakang juga remuk dan pecah. Tubuh korban  bagian dada dan perut serta punggung korban tampak sejumlah bekas pukulan benda keras.

Pembunuhan dengan cara penganiayaan sadis dan tak berperikemanusiaan terhadap Kapolsek Dolok Pardamean AKP Andar Siahaan, menjadi berita Headline di hampir semua media. Medial lokal, media nasional dan televisi, melansir pristiwa tersebut jadi informasi menarik dan berita utama. Bahkan pasca terjadi pristiwa sejumlah televisi menjadikannya berita live. Bahkan informasi tentang pembantaian AKP Andar Siahaan, tayang dan diberitakan melebihi pembunuhan terhadap seorang perwira polisi yang bertugas di Sabhara Polda Banda Aceh, yang juga berpangkat AKP bernama Suhardiman. 

Kematian tragis AKP Andar Siahaan juga tak hanya meluapkan tangis kesedihan dan keluarganya, tapi juga membuat Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro juga ikut menitikkan air mata saat melayat kerumah duka bersama Pangdam I/Bukit Barisan Mayjen TNI Loudewijk F Paulus di Jalan Pintu Air IV Gang Kelapa Perumnas Simalingkar Medan, Kamis 28 Maret 2013.
Pristiwa pembantai Kapolsek Dolok Pardamean, adalah pembunuhan sadis, dan tak berperikemanusiaan. Memang pristiwa tersebut, memicu banyak tanda tanya. Ada informasi saat penangkapan hanya tiga anggotanya membawa pistol dan AKP Andar Siahaan dikabarkan tak membawa pistol. Ada juda informasi AKP Siahan juga dikabarkan membawa pistol. Bahkan Kapolsek dan tiga anggotanya tak memakai seragam kepolisian saat melakukan penggerebekan. Dan sebelum melakukan penangkapan mereka juga tak berkordinasi dengan aparat desa setempat.
Pertanyaannya, Jika AKP Andar Siahaan tak bawa pistol, kenapa ketiga anggota AKP Andar tak mengeluarkan senjata ataupun tak memberikan tembakan peringatan sebelum AKP Andar Siahaan dibantai oleh massa ? Dan jika memang AKP  Andar Siahaan saat itu bawa pistol kenapa Kapolsek tersebut juga tak mengeluarkan senjata atau melakukan tembakan peringatan sebelum massa membantainya ? Padahal saat itu mereka diinformasikan sebelum dibantai AKP Andar sudah memberitahukan kalau mereka adalah polis, malah saat itu AKP Andar masih bias berkomunikasi melalui handphone dengan Kapolres Simalungun AKBP Andi Syahriful Taufik Sik. Paling tidak, dengan cara mengeluarkan pistol. Dan melakukan tembakan peringatan, AKP Andar dan anggotanya, setidaknya bisa membuat warga sedikit gentar. 

Lalu kenapa AKP Andar tak mengenakan seragam (malah AKP Andar saat itu hanya bercelana pendek), ketika melakukan penangkapan ? Kenapa ketiga anggota Polsek Dolok Pardamena, tega meninggalkan AKP Andar Siahaan selaku komandannya,  seolah tak punya kesetiaan atasannya ? dan kenapa AKP Andar dan anggotanya tidak menghubungi dan tidak berkordinasi dengan aparat kampung saat sebelum melakukan penangkapan ? 

Lalu muncul juga pertanyaan yang lebih universal, kenapa Judi togel saat sekarang ini begitu marak ? Yang mengherankan Ada apa dibalik maraknya kegiatan judi, dan kenapa judi tak bisa diberantas ?  Kenapa semasa Sutanto menjabat Kapolri judi tak bisa beroperasi di wilayah republik ini ?  

Pristiwa pembantaian sadis terhadap AKP Andar, telah terjadi. Waktu tak bisa dimundurkan kembali. Bahkan dari seratus orang lebih yang diamankan tak lama setelah kejadian, sebanyak 21 orang telah dijadikan tersangka, 17 diantaranya telah ditahan, 4 orang wajib lapor.  Nama para tersangka antara lain : Tamaria Boru Aruan, Justin Purba, Rusdtam Effendi Sinaga, Maradin Sinaga, Jordan Silalahi, Karnaen Tamba, Bonar Saragih, Dedi Girsang, Jarisden Saragih, Rudi Antono Sidabutar, Jasarmen Sinaga, Sofian Sitio, Pandapotan Sialoho, Waryanto, Fernandus Turnip, Boing Sidebang, Juki Ardo Sandoksen Naibaho, Irwan Saragih, Mangaratua Purba, Usman Saragih dan Wahmen Saragih. Kemungkinan tersangka  masih bisa bertambah, karena masih ada yang melarikan diri, termasuk pelaku judi togel yang sempat ditangkap sebelum pristiwa pembantaian. 

Penanganan kasus pembataian sadis terhadap AKP Andar Siahaan telah diambil alih oleh Polda Sumut, dan 17 orang tersangka kini mendekan di sel tahanan Poldasu. Tamaria Boru Aruan, Istri  pelaku judi dianggap sebagai provokator, karena meneriaki keempat polisi tersebut sebagai maling kerbau. Padahal dia tahu suaminya ditangkap dan dibawa  karena kasus judi togel. Isteri pelaku judi serta sejumlah orang yang ikut melakukan pembantaian bakal dikenakan pasal berlapis dengan ancaman hukuman yang sangat maksimal, apalagi polisi punya celah menerapkan pasal pembunuhan berencana.  

Bukan mau berandai-andai, namun, seandainya judi sama sekali tak bisa hidup di bumi persada ini, seperti dimasa Kapolri dijabat Jenderal Pol Sutanto, kemungkinan pristiwa pembantaian terhadap polisi saat menangkap pelaku judi takkan terjadi, bahkan penangkapan pelaku  judi togel takkan terjadi. Realitanya bahwa perjudian khususnya judi togel saat ini begitu marak dan berkembang biak, Malah praktek judi togel seperti sengaja dibiarkan beroperasional tanpa ada upaya pemberantasan secara serius oleh aparat penegak hukum. Sudah menjadi rahasia umum, selama ini para pelaku judi togel (Bandar, agen dan penjual atau penulis), berani beroperasi karena sudah ada kordinasi terselubung  dengan aparat kepolisian.

Terlepas itu semua, pristiwa pembantaian AKP Andar Siahaan, dapat dijadikan pelajaran berharga. Bagi kepolisian, pristiwa tersebut selayaknya bisa jadi pengalaman untuk pembenahan prosedural dalam hal penangkapan pelaku tindak pidana kejahatan, khususnya pelaku tindak pidana perjudian. Setidaknya polisi pristiwa tersebut membuat polisi, harus bersikap tidak ada toleransi terhadap kejahatan apapun termasuk judi. Bagi masyarakat pristiwa tersebut juda bisa jadi pelajaran berharga, agar berpikir sebelum melakukan perbuatan, apalagi perbuatan itu perbuatan melawan hukum. Dan jangan terpengaruh oleh provokasi apapun, dan yang terpenting jangan merasa sok jago. Tak ada yang diuntungkan, kerugian merupakan kepastian. Yang lebih pasti, pristiwa tersebut adalah pengalaman pahit buat polisi dan warga, dan jadi renungan mendalam serta dijadikan pelajaran yang sangat berharga.(***)


Jumat, 29 Maret 2013

Negeri Huru Hara, Berpenghuni Para Hura Hura




Negeri Huru Hara, Berpenghuni Para Hura Hura 

Oleh : M Alinapiah Simbolon


Miris kita mendengar, di negeri yang penghuninya dikenal beradab, berbudaya dan beragama, kerap menggema kegaduhan. Tak hanya kegaduhan dalam kehidupan politik, kegaduhan yang melibatkan fisik pun telah menjadi pristiwa panjang yang seolah tak ada habisnya.  Pristiwa huru-hara yang teristilah dengan nama bentrokan, tawuran, perkelahian antar pelajar, antar mahasiswa, antar warga, antar suku, antar kelompok, antar organisasi, antar aparat, antar pelajar dan aparat, antar mahasiswa, antar warga dan aparat dan antar apapun namanya, telah tertoreh menjadi catatan-catatan kelam perjalanan kehidupan negeri ini. Dan menjadi fakta, karena setiap hari pristiwa bentrokan menjadi tayangan pemberitaan di sejumlah  telivisi.

Tak terhitung lagi jumlah nyawa dan harta yang melayang. Bujuran jasad anak manusia dalam kondisi babak belur, baik yang sekarat maupun yang sudah terenggang nyawanya, menjadi informasi dan tontonan yang selalu tayang.  Warga sipil versus warga sipil (warga biasa, pelajar, mahasiswa, preman dan kelompok warga atas nama organisasi, suku dan agama), warga sipil versus aparat bersenjata, aparat bersenjata versus aparat bersenjata, acap terpublikasi sebagai dua kubu yang saling bertarung dalam setiap pristiwa bentrokan, dan itu pula yang menjadi pelaku dan korbannya. Masalah sepele sampai masalah krusial, (akan jadi catatan panjang bila dipaparkan), merupakan sebab musabab terjadinya pristiwa bentrokan. Berbagai jenis benda, mulai dari batu, kayu, parang, pedang, klewang, panah, tombak sampai senjata api rakitan dan pabrikan, kerap terinventarisir menjadi senjata yang saling menghantam saat terjadinya perang dua kubu. 

Beradab, berbudaya dan beragama yang terlabel pada manusia yang berpijak di tanah heterogen ini, seakan tergugat oleh suasana huru hara dari berbagai pristiwa bentrokan. Disintegrasi pun seakan menjadi ancaman, Miskomunikasi kerap mengganggu proses interaksional. Disharmonisasi telah menjadi virus dalam pergaulan. Kekrabatan tampaknya tak lagi kuat mengikat persaudaraan. Bhineka Tunggal Ika seolah hanya sebatas ikon dan jargon tanpa makna. Rasa perikemanusiaan seakan sirna dari pikiran dan perasaan. 

Ditengah kondisifitas negeri yang terusik oleh berbagai pristiwa perseteruan, bagi anak negeri terutama kalangan yang hidup di wilayah urban tak perlu takut tak ada lagi tempat untuk berpijak ataupun sekedar berdomisili. Tak punya rumah pun, orang masih bisa bertempat tinggal di wisma yang bernama emperan, kolong jembatan, pinggir kali atau pinggiran rel keretaapi. Tak punya pekerjaan pun, masih bisa berpenghasilan dengan berprofesi sebagai pengemis dan gelandangan dengan menjual jasa tampang belas kasihan. 

Pemandangan biasa,  jika di negeri gemah geripah loh jenawi ini, masih banyak orang yang berjuang keras untuk bisa hidup. Masih saja banyak orang menjual harga diri untuk sekedar memperpanjang hidup. Dan masih banyak pula orang harus mengarungi kerasnya kehidupan supaya bisa bertahan hidup. 

Pun menjadi pemandangan jamak, jika di negeri yang dari dulu masih belum berhasil masuk kategori negara maju ini, banyak orang bisa menikmati hidup seperti kehidupan di negara maju, dalam gelimang harta dan kemewahan. Gaya metropolis, pola hidup komsumtif, pergaulan ala liberal, terdominasi dalam kehidupan kalangan kaum berduit. Lakon hura-hura kaum berduit yang terdiri dari komunitas pengusaha dan penguasa (pejabat) termasuk keluarganya, berlangsung terus sepanjang perjalanan waktu. Brankas uang kaum ini seperti tak pernah kosong. Keuntungan usaha yang berlebih bagi pengusaha, dan uang masuk yang berlimpah ruah bagi kalangan pejabat atau yang punya kekuasaan, menempatkan mereka dan keluarganya tetap bisa bertahan hidup dengan bergaya, maupun menempatkan mereka bisa bergaya dalam mengarungi kehidupan. 

Bukan benci dan antipasti dengan kaum berduit, para peengusaha dan pejabat, namun terkadang yang membuat hati terenyuh, karena ditengah masih banyaknya rakyat negeri ini hidup dalam kekurangan, ternyata banyak orang yang dari kalangan berduit, menganut pola hidup hura-hura. Yang lebih menggiriskan, ketika kita mendengar ternyata dari kalangan berduit tersebut mendapatkan harta kekayaan, tak sepenuhnya dari hasil jerih payah usahanya. 

Di negeri ini tak sedikit pengusaha bisa meraup keuntungan besar dalam sekejap, paling tidak dalam hitungan waktu yang singkat. Pengusaha yang punya nyali dan berani berspekulasi, menyodorkan uang besar kepada pemangku kekuasaan birokrasi, maupun kepada penguasa yang bisa mengatur pemangku birokrasi, akan  menjadi pengusaha yang berhasil berhasil meraup keuntungan besar. 

Demikian pula kalangan pejabat yang notabena punya kekuasaan sebagai pembuat kebijakan dan penguasa birokrasi pemerintahan, termasuk pejabat yang punya wewenang sebagai pengawas dan pembuat peraturan, serta pejabat yang berwenang melakukan penegakan hukum, tak sedikit meraup kekayaan via pemanfaatan jabatan dan kekuasaannya.

Dalam kondisi tertentu, tak sedikit kalangan pejabat dan pengusaha hidup berdampingan dalam pola simbiosis mutualisme (saling membutuhkan dan saling menguntungkan). Pegusaha yang hobi berkongkalikong, pengusaha gemar senang berspekulasi, pengusaha yang berbisnis illegal selalu menjadi sahabat terselebung dengan para pejabat yang membuka pintu untuk diajak bersekongkol. Amplop tebal dari pengusaha seperti ini kerap bersileweran dari bawah meja pejabat seperti yang demikian. Bahkan sesama pejabat yang berwatak sejenis pun punya hubungan terselubung, yang kedekatannya juga dilekatkan oleh amplop bawah tangan.

Tak heran kalangan pengusaha dan pejabat (termasuk keluarganya) yang demikian, bisa hidup hura-hura dan penuh gaya. Terlampau gampang meraih limpahan materi dadakan, itulah salah satu alasannya, kendati limpahan materi itu diraih melalui proses pekerjaan diluar koridor alias tanpa jerih payah dari usaha dan jabatan yang sebenarnya.
Belum lama dan dan saat ini kepada kita masih tetap dihidangkan tontonan dan bacaan, tentang sejumlah pengusaha dan pejabat, yang terbongkar persengkongkolannya meraup uang negara yang nota bene uang untuk kepentingan rakyat negeri ini. Pengusaha yang ditangkap jelas kalangan pengusaha yang berani dan berpengalaman berspekulasi, sementara pejabat yang ditangkap juga kalangan pejabat yang lihai mencari rezeki sampingan yang jauh lebih besar dari gaji dan insentifnya sebagai pejabat, dengan memanfaatkan kewenangan dan kekuasaan jabatannya. 

Masih segar dalam ingatan kita sejumlah kasus korupsi yang terkuak,nyata-nyata dilakukan secara bersama antara pengusaha dan pejabat. Sejumlah pejabat pemerintahan, pejabat wakil rakyat (dan ada pula diantaranya yang berprofesi ustad), pejabat tingkat tinggi dilembaga penegakan hukum yang berpangkat jenderal bintang dua, serta pejabat  pemegang palu di lembaga yang menjadi benteng terakhir tegaknya hukum dan keadilan, merupakan serentetan pajabat yang terlibat sebagai pelaku pencuri uang negara. Ironisnya hasil telurusan harga dari sejumlah pejabat yang terlibat sebagai pelaku extra ordinary crime (korupsi; kejahatan luar biasa) tersebut mengalokasikan harta curiannya dengan cara yang terkesan dengan gaya hidup hura-hura. Mobil-mobil mewah dan rumah-rumah mewah, apartemen dan villa mewah  jadi belanjaan, Bahkan ada pula yang menambah lebih dari satu isteri muda yang cantik rupanya, dan isteri-isteri mudanya dilengkapi gelimangan kemewahan.dari harta haram yang dicurinya.

Inilah deskripsi wajah kehidupan di negeri ini. Kendati negeri berada dalam ancaman disintegrasi, disharmonisasi serta miskomunikasi, karena hampir setiap hari diwarnai aneka ragam pristiwa bentrokan diberbagai belahan tempat. Namun keprihatinan hidup sebagian anak bangsa selalu bisa berdampingan dengan kehidupan hura-hura sebagian anak bangsa lainnya, dan masing-masing bisa saling pandang-pandangan. Memang yang berkemewahan, ada yang punya perhatian, dan tak sedikit diantaranya perhatian karena punya kepentingan, tapi sangat banyak yang tak punya  perasaan dan kepedulian. Miris, melihat wajah negeri ini. Negeri penuh huru-hara dan di dalamnya masih banyak berpenghuni para manusia yang hidup penuh hura-hura. (***)


Running Teks ANTARA


Berita Terkini dari ANTARA