Senin, 18 Maret 2013

16 Triliun, Ongkos Melahirkan Koruptor





16 Triliun, Ongkos Melahirkan Koruptor

Oleh : M Alinapiah Simbolon



Apakah ada jaminan Pemilu Legisatif 2014, akan melahirkan wakil rakyat yang betul betul merakyat , jujur, bersih dan tak berprilaku korup ? 

Tak perlu banyak alasan untuk menjawab bahwa tidak ada jaminan. Sebab hampir semua partai politik, diyakini masih tetap mencalonkan sebagian besar wajah-wajah lama, alias politisi yang pernah menjabat atau yang saat ini masih menjabat sebagai wakil rakyat. Dan tak sedikit pula dari calon berwajah lama itu dikenal sebagai politisi yang tak berpihak kepada rakyat, serta tak sedikut  yang terindikasi dan diindikasikan  sebagai politisi yang terkait dengan kasus korupsi. Malah partai politik yang baru bergabung ikut pemilu pun, diketahui mencalonkan sejumlah politisi kutu loncat dari partai lain, ataupun dari partai yang terdegradasi. 

Pemilu 2014, dianggarkan berbiaya sebesar Rp 16 Triliun. Jumlah yang sangat fantastis dan hampir dua kali lipat lebih besar dari anggaran pemilu 2009 yang hanya sebesar Rp 8,5 Triliun. Anehnya anggaran yang sedemikian besar, kata Menteri Keuangan Agus Martowardoyo digunakan untuk penyelenggaraan pemilu yang sehat, terencana, demokratis dan menjaga stabilitas nasional. Dan ditambahkannya lagi alokasi anggaran dengan jumlah tersebut, diharapkan partisipasi masyarakat pada Pemilu 2014 dapat mencapai 75 persen. 

Kalau untuk tujuan tersebut, oke-oke saja, dan memang manjadi sebuah pengharapan jika Pemilu 2014 dapat berlangsung secara sehat, terencana, demokratis dan menjaga stabilitas nasional, serta tingginya partisipasi masyarakat. Namun sangat disayangkan jika ongkos pemilu yang sangat fantastis jumlahnya itu, tak menjamin Pemilu 2014 menghasilkan para legislator yang bersih, jujur dan tak korup. Apalagi diperkirakan calon legislatif yang akan dicoblos rakyat pada helatan demokrasi 2014, kebanyakan dari politisi berwajah lama yang sebelumnya terindikasi berprilaku korup. Jika masih figur-figur yang  demikian banyak dicalonkan partai politik peserta pemilu, maka persentasi yang paling banyak dilahirkan Pemilu 20124 adalah legislator wajah lama pula. 

Tak hanya itu, jika calon legislatif yang masih berstatus legislator ikut direproduksi pada Pemilu 2014, secara kuantitatif lebih banyak dihidangkan untuk dicoblos oleh rakyat, sangat memungkinkan terhambatnya target pemilu yang bersih dan demokratis dan terjaganya stabilitas. Dan target peningkatkan partisipasi rakyat juga sangat memungkinkan takkan tercapai.  Sebab kemungkinan calon legislatif wajah lama, lebih berpotensi melakukan cara-cara tak sehat dan melanggar nilai-nilai demokrasi agar terpilih kembali sebagai legislator, kendati caleg pendatang baru juga berpotensi melakukan hal yang sama. Dalam kondisi ini tentunya rentan terciptanya instabilitas

Selain itu, besarnya jumlah caleg muka lama yang jadi menu pilihan pada pesta politik di 2014,  memicu munculnya sikap apatis dari rakyat. Rakyat akan berpikir kebanyakan calon yang dipilih yang tak pro rakyat dan takkan membuat perubahan, karena saat masih menjabat sebagai legislator kebanyakan dari mereka tak terlihat tak mencerminkan legislator yang pro rakyat dan pro perubahan.  Refleksinya, rakyat pun banyak yang tak tergiur menggunakan hak pilihnya alias berposisi sebagai Golput pada Pemilu 2014. 

Sangat disayangkan jika ongkos untuk proses melahirkan legislator Pada Pemilu 2014 yang sangat wah jumlahnya, akhirnya akan menghasilkan legislator yang terindikasi koruptor, atau akan menghasilkan legislator yang setelah terpilih kembali, baru terungkap sebagai koruptor. (***)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Running Teks ANTARA


Berita Terkini dari ANTARA