Jumat, 10 April 2009

* Catatan dan Informasi tentang Artikelku


Artikelku yang berjudul

CONTRENGAN RAKYAT
"MEMBAWA NIKMAT ATAU LAKNAT"
telah diterbitkan di Harian Metro Siantar
pada tanggal 8 April 2009

Selasa, 07 April 2009

* CONTRENGAN RAKYAT "MEMBAWA NIKMAT ATAU LAKNAT" ( A r t i k e l )

CONTRENGAN RAKYAT

“MEMBAWA NIKMAT ATAU LAKNAT”

Oleh : M. Alinapiah Simbolon, SH


Mencontreng dalam arti sebuah perbuatan bukanlah pekerjaan yang rumit, bahkan terlampau mudah untuk dilakukan, termasuk bagi orang yang buta hurup sekalipun. Namun kegiatan mencontreng secara nasional yang akan dilakukan pada hari kamis tanggal 9 April 2009, adalah sebuah kegiatan mencontreng yang sangat istimewa karena dilakukan dalam konteks Pemilihan Umum yang menjadi agenda politik nasional. Dan perbuatan mencontreng dimaksud tentunya sangat memiliki makna politis, dalam arti contrengan dan hasil contrengan sudah pasti menentukan masa depan bangsa dan negara untuk masa lima tahun kedepan. Dengan demikian kegiatan contreng mencontreng dalam konteks pemilu tidak lagi menjadi sebuah perbuatan gampang dan mudah meskipun cara dan petunjuk mencontreng sudah ada aturannya bahkan sudah tersosialisasi dalam waktu yang cukup lama.

Acara mencontreng dengan label pesta demokrasi ini, idealnya menuntut adanya sebuah perhitungan berdasarkan akal sehat, tentunya bagi rakyat pemilih yang memiliki kompetensi sebagai peserta pencontreng, akal sehat setidaknya haruslah dijadikan motivator ataupun instrument berpikir sebelum melakukan pencontrengan. Ini semua harus menjadi pemahaman bagi rakyat sebelum melakukan pencontrengan, karena hasil contrengan yang notabene merupakan sebuah pilihan adalah sebuah keputusan urgen yang menentukan nasib rakyat dan bangsa negara republik ini. Kalau kemudian timbul sebuah pertanyaan, Apakah rakyat pemilih bisa dan mampu mencontreng berdasarkan akal sehat ? tentu sangat sulit untuk menjawabnya, meski usai pemilu pun tetap akan sulit untuk menjawab apakah caleg yang terpilih ataupun partai pemenang adalah hasil contrengan berdasarkan akal sehat.

Secara jujur harus kita akui akal sehat dari rakyat bangsa ini terutama dalam hal menentukan sikap dan pilihan politik terlalu sulit untuk diketahui parameternya. Kondisi rakyat dalam semua aspek kehidupan yang sebahagian besar masih berada pada katagori memprihatinkan, sangat tidak menjamin rakyat bangsa ini akan berpikir sesuai akal sehat ketika memanfaatkan hak politiknya atau menentukan pilihannya dalam pemilu kali ini. Bagaimana rakyat miskin bisa berpikir dengan akal sehat menghadapi dan menggunakan hak politiknya dalam pemilu, jika memikirkan makan atau memikirkan hidup saja mereka harus berpikir tujuh keliling, dan pada level seperti ini kebanyakan rakyat akan lebih bersikap apriori mengahadapi pemilu ataupun menentukan pilihan, dan dalam posisi seperti ini juga kebanyakan rakyat berpikir instan sehingga relatif gampang dijadikan target permainan money politik para caleg.

Kondisi lain seperti banyaknya komoditas partai politik berbagai merek yang menjadi peserta pemilu dimana tiap komoditas partai politik juga membawa banyak komunitas produknya yang bernama caleg sebagai punggawa partai yang ditasbihkan untuk berperang memperebutkan hati rakyat diarena pemilu, juga mendorong dan memungkinkan akal sehat akan sulit berperan atau dijadikan sebuah pertimbangan pemikiran, bahkan bisa jadi tidak masuk menjadi bahagian dari niat rakyat pemilih untuk menentukan pilihan. Sebab pada kondisi ini juga membuat rakyat dilanda kebingungan untuk menentukan pilihan yang mana yang terbaik diantara limpah ruah caleg produk partai yang semuanya mengklaim dan terpromosi sebagai yang terbaik ibarat kecap nomor satu.

Sebenarnya masih banyak faktor lain yang berpotensi menjadi tembok yang menghambat rakyat untuk berpikir secara akal sehat menghadapi pemilu ataupun menentukan pilihan pada pemilu, diantaranya tingkat pengetahuan dan kesadaran politik rakyat yang masih rendah, terutama kurangnya kesadaran rakyat yang menganggap pemilu adalah bagian sangat penting dari sebuah proses demokratisasi yang sangat berperan menentukan nasib rakyat, bangsa dan negara. Mungkin tak perlu dijelaskan secara mendetail apa penyebab semua itu. Kalau dipikir-pikir wajar-wajar juga rakyat bersikap apatis dalam menentukan pilihan, karena dari pengalaman pemilu kepemilu tak ada hasil spektakuler yang bisa merubah wajah dan kehidupan rakyat republik ini secara umum, kalaupun ada yang berubah tak lebih hanyalah perubahan status segelintir orang rakyat dari dua ratus lima puluh juta lebih rakyat negeri ini yang awalnya calon wakil rakyat (caleg) berubah menjadi pejabat wakil rakyat yang dipilih rakyat, dan setelah menjadi pejabat lebih banyak lupanya kepada rakyat dan justru cenderung berbuat jadi pengkhianat rakyat alias menyengsarakan rakyat, lalu kalaupun ingat rakyat yaitu setelah lima tahun atau disaat mau habis masa berlaku jadi wakil rakyat, dan itupun karena mengalami narkose atau ketagihan dan ingin kembali jadi pejabat wakil rakyat.

Terlepas dari semua kondisi yang terjadi selama ini, ataupun kondisi pasca pemilu-pemilu terdahulu, dihadapan kita hanya tinggal sedikit lagi waktu atau bisa dihitung dengan hitungan menit bahkan hitungan detik menuju hari pencontrengan. Apakah kita sebagai rakyat pemilih bisa berpikir dengan akal sehat atau tidak, semua kembali kapada kita. Memang kalau menilik pengalaman dan hasil pemilu terdahulu, wajar lahir sikap skeptis dan pesimis atas apapun yang akan dihasilkan pemilu kali ini. Mungkin masih banyak yang akan beranggapan pemilu kali ini hasilnya sama saja dengan pemilu-pemilu sebelumnya, sehingga logika berpikir rakyat mengalami friksi dan tidak lagi sepenuhnya mengedepankan kepentingan masa depan bangsa dan negara. Jika sudah demikian acara mencontreng yang menjadi agenda politik penting dinegara ini, maknanya hanya menjadi sekedar sebuah perbuatan memenuhi undangan untukmemilih lalu melaksanakan hak pilih secara beramai-ramai tanpa perhitungan bahwa hak pilih itu sebenarnya bernilai politis dan sangat menentukan perjalan bangsa.

Namun kalaulah kita katakan bahwa pemilu kali ini hasilnya akan berbeda karena figur wakil rakyat yang akan dihasilkan oleh pemilu kali ini juga akan berbeda dengan pemilu terdahulu, bisa saja diterima akal dan sangat berpeluang untuk terwujud oleh karena sistem pemilu kali ini adalah sistem pemilu yang sangat demokratis untuk pertama kali yang akan digunakan, dan sudah pasti berbeda dengan sistem pemilu terdahulu. Tapi yang jelas yang semua yang akan dihasilkan pemilu demokratis ini tergantung hasil contrengan rakyat. Sejatinya rakyat diharap bisa berpikir untuk menentukan pilihan, sebab rakyat dihadapkan dengan berbagai macam merek calon wakil rakyat hasil produksi partai politik untuk dijadikan pilihan. Bagi masing-masing partai politik deretan figur caleg yang dijualnya kepada rakyat pemilih sudah pasti diklaim sebagai produk terbaik, berkualitas dan layak jual meskipun kenyataannya masih banyak produk caleg buruk dan berpotensi berjiwa koruptur yang dihasilkannya, namun itulah kata partai yang nota bene pabrik caleg, sebab tak ada kecap yang tak nomor satu.

Kita yakin bahwa masyarakat awam tidak semua bodoh menilai, masih banyak rakyat tahu dan mampu menilai siapa yang terbaik diantara deretan para caleg. Semua itu tergantung rakyat, ditengah masih banyaknya rakyat yang mampu menilai apakah akan memilih dan mencontreng yang terbaik atau tidak, tentu motivasi untuk menentukan pilihan juga tergantung kapada cara berpikir, apakah bisa berpikir dengan akal sehat dibarengi dengan berbagai aspek pertimbangan, atau setidak-tidaknya bisa berpikir sedikit menggunakan akal sehat atau sama sekali tidak berpikir dengan konteks demikian. Yang pasti hasil contrengan rakyat akan melahirkan dua pilihan yakni “Contrengan Rakyat Membawa Nikmat” jika caleg yang terpilih adalah figure yang bersih, dan peduli dengan rakyat, atau “Contrengan Rakyat Membawa Laknat” jika caleg yang terpilih adalah figur pengkhianat Rakyat.

Penulis Adalah

Direktur Eksekutif Government Monitoring (GoMo)

dan Vocal Point, Institute for Judicial Monitoring (IJM)

Siantar-Simalungun

e-mail :m.alinapiahs@yahoo.com

http//www.ali-dolisimbolon.blogspot.com



Sabtu, 04 April 2009

AKU DENGAN ARBI SANIT PENGAMAT DAN PENELITI LIPI


Saat Aku bersama ARBI SANIT, Pakar dan Pengamat Politik Nasional yang juga Peneliti Senior LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), pada Acara Diskusi Publik dan Penandatanganan Kontrak Politik Caleg Siantar-Simalungun, di Convention Hotel Siantar Hotel Pematangsiantar, Senin 30 Maret 2009.

BERSAMA ARBI SANIT DAN REKAN AKTIVIS

Aku dengan ARBI SANIT serta Rekan Aktivis
di Acara Diskusi Publik dan Penandatanganan Kontrak Politik Caleg Siantar-Simalungun, di Convention Hall Siantar Hotel Pematangsiantar, Senin 30 Maret 2009

Running Teks ANTARA


Berita Terkini dari ANTARA