Minggu, 15 Desember 2013

Megawati-Jokowi, Skenario Uji Coba


Megawati-Jokowi,  Skenario Uji Coba

Oleh : M Alinapiah Simbolon



Ada tiga skenario yang dienduskan petinggi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI) yang berkenaan pasangan alon presiden (capres)  dan calon wakil presiden (cawapres) partai mocong putih tersebut. Diantaranya menduetkan Megawati-Jokowi, menduetkan Jokowi dengan kader PDIP dan menduetkan Jokowi dan berkoalisi dengan partai lain dengan mengusung Jokowi sebagai capres. Nama Jokowi masuk dalam ketiga skenario. satu skenario dalam poisisi sebagai cawapres dan dan dua skenario dalam poisi sebagai capres.

Yang menarik untuk disikapi adalah skenario pertama yang menduetkan Megawati-Jokowi.  Kata Hasto, politisi PDIP yang pertama sekali mengenduskan ketiga skenario tersebut, bahwa skenario menduetkan Megawati-Jokowi merupakan hasil kajian dan survei,dan katanya lagi internal PDIP masih mengharapkan sosok kepemimpinan Megawati untuk mengatasi persoalan krisis bangsa yang sangat berat, dan Megawati pun akan berfungsi menjadi pelindung Jokowi.

Sepertinya agak sumbang terdengar dan terasa ada keraguan soal kebenaran adanya kajian dan survei yang dikatakan Hasto. Namun, benar-tidaknya ada survey, lalu kapan pula hal itu dikaji dan di survei oleh PDIP, hanya Hasto lah yang tahu, karena dia yang mengenduskannya ke publik. Skenario menduetkan Megawati-Jokowi yang konon katanya merupakan keinginan internal PDIP berdasarkan hasil kajian dan survei, kesannya memang sengaja dimunculkan ke publik. Apakah Hasto mengenduskan itu atas sepengetahuan Megawati atau memang atas suruhan Megawati, ataupun memang atas inisiatifnya sendiri, atau juga memang benar kajian dan survei, yang pasti skenario duet Megawati-Jokowi memang sengaja dimunculkan ke publik untuk dijadikan wacana sampai menjelang ditetapkannya capres PDIP oleh Megawati..

Skenario menduetkan Megawati-Jokowi, terasa kental maksud politiknya. Selain untuk dijadikan opsi, tak keliru kalau dianggap munculnya skenario duet Megawati-Jokowi, mengindikasikan bahwa Megawati masih berambisi menjadi capres, dengan kata lain Megawati juga belum sepenuhnya rela kalau capres PDIP jadi jatah Jokowi, kendati Jokowi kader PDIP dan arus dukungan untuk jokowi agar dijadikan capres oleh PDIP semakin menguat.

Memang Megawati  menyadari bahwa dirinya tidak lagi punya modal elektabilitas untuk mendukung dirinya mencapres, dan Megawati menyadari juga kalau publik lebih menginginkan Jokowi yang dicapreskan PDIP dengan elektabilitasnya sangat tinggi bahkan mengalahkan capres yang telah lebih diusung partai lain. Namun harus diingat bahwa Megawati punya kompetensi yang besar untuk menentukan siapa capres yang diusung PDIP.

Bisa saja Megawati bertindak apriori dan menetapkan dirinya menjadi capres, tanpa pertimbangan apapun, Bahkan Jokowi tidak bisa berkutik jika dijadikannya wacapresnya, sebab kewenangan itu memang ada pada Megawati, dan dialah quen makernya PDIP. Namun, mengingat besarnya dukungan publik agar Jokowi jadi capres, apalagi Jokowi berpeluang menang jika dicapreskan, serta pengaruh dan nilai jual sosok Jokowi berpotensi memenangkan PDIP pada Pileg 2014 mendatang, dan diramalkan jika Jokowi dicapresken sebelum pileg maka elektabilitas PDIP meningkat dua kali lipat,  membuat Megawati tak mau bertindak konyol mengambil langkah mencapreskan dirinya, karena cara itu akan berpotensi menghancurkan citranya dan menghancurkan PDIP yang tengah berkibar.

Memunculkan dan mewacanakan skenario duet Megawati-Jokowi, ke publik, tampaknya merupakan satu-satunya cara untuk mencari peluang agar bisa mencapreskan Megawati. Meskipun skenario ini terkesan dipaksakan, dan dibuat seolah jadi opsi (pilihan), yang pasti skenario duet Megawati-Jokowi, tetap lebih dominan menjual sosok Jokowi, ketimbang menjual sosok Megawati yang tak lagi punya nilai jual dan tak diharapkan publik untuk jadi capres PDIP. Sementara dua skenario lainnya juga sengaja sama-sama diwacanakan dengan skenario duet Megawati-Jokowi, dengan maksud menjadi peredam agar publik tak kecewa dan tak langsung responsif dengan skenario pertama yang menduetkan Mega-Jokowi.

Artinya dengan masuknya (dimasukan) nama Jokowi yang di ketiga skenario capres tersebut, PDIP diharapkan publik tetap berpersepsi bahwa sosok Jokowi lah lebih dominan di tiga skenario tersebut,  sehingga publik tidak langsung berpandangan negatif menilai skenario pertama yang menduetkan Megawati-Jokowi. Jadi PDIP terkesan hati-hati mengenduskan skenario duet Megawati-Jokowi, karena khawatir mengecewakan mencederai kalangan perasaan arus bawah yang memang  real mendukung Jokowi  jadi capres.

Memang duet Megawati-Jokowi masih sebatas skenario yang diwacanakan, bahkan tak salah kalau dianggap sebagai uji coba menjual duet Megawati-Jokowi sebelum ditetapkannya capres PDIP dengan tujuan apakah bisa diterima publik atau tidak, dan  sekaligus untuk melihat situasi apakah masih ada peluang Megawati dicapreskan tanpa menpengaruhi elektabilitas PDIP dan tanpa mengecewakan publik yang menginginkan Jokowi jadi capres PDIP, sebagaimana diketahui bahwa pengaruh Jokowi apalagi jika dicapreskan oleh PDIP berpeluang besar memenangkan PDIP di Pileg 2014 nanti.

Uji coba dengan menggunakan skenario menduetkan Megawati-Jokowi, memang tak menjadi polemik yang berlebihan, Namun publik dan arus bawah khususnya komunitas masyarakat yang mendukung dan menginginkan Jokowi jadi capres, bukan berarti tak merasa kecewa dengan munculnya skenario tersebut. Kekecewaan publik dan arus bahwa tergambar dari komentar-komentar  pembaca terhadap pemberitaan terkait skenario menduetkan Megawati-Jokowi  di media-media online. Sebagian besar yang berkomentar menilai negatif atas skenario duet Megawati-Jokowi. Sangat banyak komentar yang mencibir dan tak sedikit pula komentar yang mengatakan takkan memilih Megawati sebagai capres meskipun Jokowi wacapresnya. Bahkan ada pembaca yang menuliskan komentar mengklaim seluruh keluarganya takkan memilih Megawati jika dicapreskan. Ada juga yang mengaku kecewa terhadap Jokowi jika mau diwacapreskan dengan Megawati.

Kalau Megawati dan petinggi PDIP menginginkan PDIP menjadi partai pemenang, sepatutnya skenario menduetkan Megawati-Jokowi yang diwacanakan dan dijadikan opsi serta uji coba untuk mencari peluang mencapreskan Megawati, jangan sampai terealisasi. Jika pun akhirnya Megawati memaksakan skenario menduetkan dirinya berpasangan dengan Jokowi sebagai sebagai pasangan capres-wacapres yang diusung PDIP, apalagi jika ditetapkan sebelum Pileg 2014, maka PDIP harus bisa menerima konsekwensi tidak berpeluang menjadi partai pemenang  di Pileg 2014, karena arus bawah yang komunitasnya sangat besar memang menginginkan Jokowi jadi capres, kemungkinan besar  tidak akan memilih PDIP di Pileg 2014. Mungkin tak hanya sekedar itu, simpatisan PDIP yang juga simpati dengan Jokowi bisa jadi kecewa dan mengambil sikap mengalikan pilihan dari ke partai lain.

PDIP juga takkan akan mungkin melakukan kekonyolan memaksa Jokowi meyakinkan publik terutama arus bawah yang mendukungnya jadi capres, agar mendukungnya juga ketika dia diposisikan cawapres. Dan seandarinya pun Jokowi diarahkan untuk itu,  tampaknya mustahil akan dilakukan Jokowi, karena resiko politiknya sangat besar dan berpeluang menghancurkan citra Jokowi, serta menjadi celah bagi lawan politik untuk menghancurkan kredibilitas Jokowi. Lalu kalaupun dilakukan, juga tak menjamin akan efektif, sebab untuk urusan kepentingan politik, publik dan arus bawah tak bisa diarahkan dan dikooptasi Jokowi, karena publik dan arus bawah mendukung Jokowi bukan karena perintah dan arahan, tapi karena murni berdasarkan penilaian positif terhadap sosok Jokowi yang dinilai sebagai pemimpin yang benar-benar merakyat dan berpihak kepada rakyat.

Skenario menduetkan Megawati-Jokowi, sudah dienduskan. Skenario itu sudah jadi wacana dan muncul anggapan segaja dimunculkan untuk jadi salah satu opsi atau pilihan. Tak tak keliru juga dianggap sebagai uji coba untuk melihat situasi apakah Megawati berpeluang untuk dicapreskan. Meskipun dimunculkan  sebagai ujicoba, namun skenario menduetkan Megawati-Jokowi tersebut sangat beresiko. Sekecil apapun resikonya, yang jelas skenario ujicoba yang telah mewacana tersebut, telah memicu penilaian negatif dan membuat publik bisa membaca sikap Megawati yang ternyata belum rela jatah capes PDIP jatuh ke tangan Jokowi, dan menggambarkan bahwa ternyata Ketua Umum PDIP itu masih berambisi menjadi capres.

Terlepas Megawati masih berambisi jadi capres dan tak rela memberikan jatah capres PDIP ke Jokowi, dan terlepas Megawati masih berambisi jadi capres, Megawati dan PDIP harus menyadari dan mempertimbangkan fakta dan hasil survei dari sejumlah lembaga survei yang terus menempatkan Jokowi tetap bercokol ditempat teratas capres berelektabilitas tertinggi dan berpeluang menang di Pilpres jika dicapreskan. Megawati dan PDIP juga harus wanti-wanti, karena setelah terendusnya skenario menduetkan Megawati-Jokowi, sebuah lembaga survei melalui hasil surveinya telah menobatkan Jokowi sebagai Capres Setengah Dewa, dengan alasan partai mana saja (termasuk partai kecil) yang mencapreskan Jokowi sebelum Pileg 2014, elektabilitas partai itu akan naik secara drastis.

Baca juga di sini :





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Running Teks ANTARA


Berita Terkini dari ANTARA