Kamis, 19 Desember 2013

SBY Curhat Lagi, Ungkap Soal Fitnah Dibalik Serangan Media


SBY Curhat Lagi,

Ungkap Soal Fitnah Dibalik Serangan Media

Oleh : M Alinapiah Simbolon


Bukan sekali dua kali Susilo Bambang Yudhono (SBY) dalam berbagai kesempatan baik sebagai
Presiden maupun sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, menyampaikan curahan hati (curhat) nya ke publik. Curhat-curhat SBY, kebanyakan diluncurkannya sebagai reaksi  atas kritikan dan serangan terutama dari pemberitaan media terhadap kepemimpinannya sebagai presiden maupun terhadap Partai Demokrat yang dipimpinnya.  

Tampaknya SBY sudah mulai tak mempedulikan kalaupun dia dicap sebagai presiden yang hobi curhat. Malah dia tak peduli setiap curhatnya selalu disikapi secara negatif oleh banyak kalangan. Menyikapi serangan media, SBY kembali mengucurkan curhatnya saat berpidato pada saat Perayaan HUT LKBN Antara ke 76 di Wisma Antara Jakarta, Rabu tanggal 18 Desember 2013 lalu. Isi curhatnya, tetap dalam konteks yang tak jauh beda seperti curhatnya terdahulu. Tapi curhat SBY kali ini agak lebih terdramatisir kedengarannya, karena menyangkut soal adanya serangan berbentuk  fitnah terhadap dirinya dibalik serangan-serangan pemberitaan media terhadap dirinya.  Fitnah dinyatakan tak bisa diterimanya, dan di differensiasikannya dengan kritikan yang menurutnya masih bisa dipermaklumkannya

Dalam pidatonya SBY menyampaikan kalau dirinya sudah sembilan tahun memimpin Indonesia. Menurut SBY, ia telah menerima ribuan kritik sejak menjadi presiden pada tanggal 20 Oktober 2004. SBY mengaku bisa menerima kritikan itu lantaran terkadang membawa manfaat. Mengecam, menghujat, mencemooh katanya juga merupakan hak setiap orang.

“Saya menyadari kalau ada apa-apa, SBY salah, SBY enggak benar, dikecam, disalahkan segala macam. Saya harus menerima keadaan seperti itu. Hanya satu yang saya sulit menerima, fitnah. Tentu sulit secara bathiniah menerimanya,” kata SBY saat itu dalam pidatonya.

SBY juga menuturkan yang  dianggapnya sebagai fitnah adalah tuduhan melakukan sesuatu sementara ia tidak bertindak atau tidak berbuat apa-apa. “ Yang tidak tepat, saya tidak berbicara apa-apa, saya tidak berbuat apa-apa, tiba-tiba diisukan SBY melakukan A, dan A itu diserang berhari-hari, berminggu-minggu. Ini yang tidak mendidik karena tak ada faktanya. Tidak ada keputusan, kebijakan dan perbuatan saya,” ungkap SBY.

Dalam curhatnya di HUT LKBN Antara tersebut, SBY juga tampak sedikit mengekspresikan pengharapan agar serangan terhadapnya tak berbentuk fitnah dan terkesan mengajak agar tak bertoleransi dengat fitnah. “ Hanya permohonan saya sebagai seseorang yang sebentar lagi kembali ke masyarakat, janganlah kita berikan toleransi kalau itu berupa fitnah, karena fitnah lebih kejam dari pembunuhan,” pinta SBY.

Memang ungkapan curhat SBY, di HUT LKBN Antara, tetap mengarah terhadap pemberitaan media, apalagi dia berbicara dalam forum acara yang diselenggarakan media. Namun saat mengucurkan curhatnya kali ini, SBY tak tampak menunjukkan luapan emosional, Tidak seperti saat dia curat melalui pidatonya pada silaturrahmi Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) tanggal 24 Oktober 2013 lalu di Banjar Baru Kalimantan Selatan, serta curhatnya di Acara Temu Kader Nasional Partai Demokrat tanggal 26 Oktober 2013 lalu di Sentul.  Saat curhat di Acara HUT LKBN Antara, gestur dan performance SBY pun tak memperlihatkan kemarahan atau kegusaran yang berlebihan.  Justru yang terlontar adalah untaian kalimat pemakluman atas kecaman dan serangan terhadap dirinya, kendati tetap disampaikan dengan nuansa kekesalan.

Pemakluman dari ucapan SBY tergambar saat dia mengatakan bahwa dia adalah presiden dan pemimpin,  sehingga serangan di media cetak, elektronik ataupun di media sosial adalah takdir dan nasib yang harus diterima sebagai presiden. Sebagai presiden dia jadi pusat segalanya, jadi tembakan kiri, kanan, atas, bawah, dan diakuinya sudah bertahun-tahun dirasakannya.

Penekanan soal fitnah terhadap dirinya, memang dicurhatkannya dalam porsi yang agak berlebih. Benar-tidaknya ada fitnah yang dirasakan SBY dibalik serangan pemberitaan media, tampaknya soal fitnahitu , sengaja disampaikan secara tegas dan berlebihan untuk mendramatisir suasana agar setiap orang bisa menerima bahwa fitnah itu memang lebih kejam dari pembunuhan, dan sekaligus fitnah terhadap dirinya merupakan perbuatan yang tak bisa ditoleransi. Ada nuansa pengharapan melalui ungkapannya khalayak akan merasa tersentuh dan membenarkan bahwa fitnah terhadap dirinya tak bisa ditoleransi, dan fitnah adalah perbuatan yang tak bisa diterima, tidak hanya oleh diri SBY, tapi juga oleh setiap orang.

SBY juga menebarkan dan memanfaatkan soal fitnah dalam curhatnya sebagai salah satu upaya untuk menepis berbagai serangan pemberitaan, baik kritikan, cemoohan, hujatan, termasuk fitnah yang diarahkan kepada dirinya. Mengangkat soal fitnah yang menurut SBY memang ada dirasakannya, lebih memungkinkan dan lebih efektif untuk ditepis, sekaligus agar penilaian negatif terhadap SBY diharapkan dapat imbas ikut juga tertepis

Benar atau tidaknya  ada fitnah terhadap SBY dari pemberitaan media, hanya SBY yang merasakan dan bisa menilainya sebagai sebuah fitnah, sebab dari curhatnya tak ada disebutkannya contoh kasus soal pemberitaan yang dianggapnya fitnah.

Memang SBY terlihat serius menyikapi soal adanya terhadap dirinya dan sebelumnya juga SBY telah menunjuk tim pengacara untuk mewakili dirinya dan keluarganya menghadapi serangan-serangan yang mengarah ke fitnah. Namun demikian  menebarkan soal fitnah yang dirasakannya dalam curhatnya di Acara HUT LKBN Antara, tampaknya memang sebuah siasat untuk mengajak khalayak bisa memaklumi bahwa fitnah adalah perbuatan yang tak bisa dibenarkan, sehingga tak bisa diterima, sekaligus juga untuk meyakinkan khalayak agar menaruh simpati dan merasa yakin memang ada fitnah dari banyaknya serangan pemberitaan yang mengarah ke SBY. Dan setidaknya ungkapan curhatnya soal fitnah sebagai upaya menepis serangan pemberitaan yang bersifat negatif terhadap SBY.


Baca juga di sini :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Running Teks ANTARA


Berita Terkini dari ANTARA