Rabu, 10 April 2013

Konvensi Capres dan Niat Politik SBY




Konvensi Capres dan Niat Politik SBY

Oleh : M Alinapiah Simbolon


Ketua Umum DPP, Ketua Dewan Pembina dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, telah mengusulkan agar Calon Presiden (Capres) dari Partai Demokrat pada Pilpres 2014, dijaring melalui mekanisme konvensi. Usulan konvensi capres yang keluar dari mulut penguasa Partai Demokrat itu, juga tak hanya memberi peluang dari internal Partai Demokrat sebagai calon, tapi juga memberikan kesempatan menjadi calon kepada figur dari eksternal Partai Demokrat, untuk ikut konvensi.

Ide konvensi terbuka untuk umum tersebut, sangat menarik untuk dibahas dan ditelaah. Sebuah ide cemerlang dari SBY dengan kondisi Partai Demokrat sekarang ini, meskipun bisa terbaca kamana arah dan tujuannya, dan ada anggapan mengikuti langkah yang pernah dilakukan Partai Golkar, semasa dipimpin Akbar Tanjung.  Jika dianalisa, SBY punya niat politik (bahkan multi niat), dengan menggelontorkan ide konvensi tersebut. Salah satu niat SBY mengusung ide konvensi capres tersebut, adalah upaya melakukan revans atas kondisi Partai Demokrat yang saat sekarang ini dianggap publik sebagai partai yang tak lagi demokratis, dengan besarnya kekuasaan SBY di partai tersebut pasca KLB Partai Demokrat di Bali. 

Usulan konvensi juga tersebut mengindikasikan, adanya niat SBY agar anggapan publik terhadap Partai Demokrat yang dinilai bergaya monarkhi (akibat besarnya kekuasaan dan kewenangan SBY), mengalami friksi (penggeseran). Dengan kata lain, SBY berusaha agar  anggapan Partai Demokrat sebagai partai bergaya monarkhi, dapat terkikis dengan ide demokratis melalui penyelenggaraan konvensi capres. Setidaknya, ini adalah salah satu trik  politik SBY untuk mengembalikan citra sebagai partai yang berlabel demokrasi, sekaligus trik politik untuk menaikan kembali elektabilitas partai. 

Yang sangat menarik, kendati telah menjadi kecurigaan banyak pihak, dari ide konvensi yang berlaku untuk umum yang diusulkan SBY tersebut, yakni memberi peluang kepada keluarga atau lingkungan SBY yang berada diluar Partai Demokrat, untuk ikut konvensi Capres Partai Demokrat. Sudah terendus kalau sosok Pramono Edhi Wibowo (Ipar SBY) yang memang bukan kader partai Demokrat, tapi selama ini telah diprediksi sebagai calon yang digadang-gadang SBY sebagai Capres dari Partai Demokrat.  Kalau arahnya ke sosok yang masih menjabat KSAD TNI AD. Sudah dipastikan Jenderal bintang empat tersebut bisa maju ikut konvensi capres Partai Demokrat. Apalagi akhir bulan Mei ini, Adik kandung Ani Yudhoyono tersebut sudah menjadi purnawirawan alias pensiun. 

Kalau berbicara peluang menang, maka Pramono Edhi Wibowo lebih berpeluang untuk menang konvensi. Jika kelak pagelaran konvensi capres Partai Demokrat benar-benar jadi digelar, sudah pasti mekanismenya berdasarkan pilihan kader Partai Demokrat. Artinya yang menjadi penentu pemenang konvensi adalah suara-suara pengurus partai setidaknya dari pengurus PAC, DPC dan DPD Partai Demokrat.  Dengan kondisi demikian, Pramono Edhi Wibowo, berpeluang besar untuk terpilih sebagai pemenang konvensi. Sebab kemungkinan besar SBY (secara terselubung) akan mengarahkan adik iparnya untuk dipilih. 

Tak bisa ditampik kekuasaan dan kewenangan SBY terlampau besar pengaruhnya, dan itu sudah terbukti di KLB Partai Demokrat di Bali (apalagi SBY sekarang ini sudah memegang semua jabatan ketua di level tertinggi struktur Partai Demokrat). Bahkan bisa dikatakan sekarang SBY sudah bagaikan “Paduka Raja” di Partai Demokrat, dan kader Partai Demokrat yang ikut memilih pada konvensi capres, takkan berani menantang “titah” SBY, bila kelak SBY mengarahkan untuk memilih adik iparnya itu di konvensi capres Partai Demokrat. 

Usulan konvensi capres terbuka untuk umum yang digelontorkan SBY tersebut, termasuk ide yang jitu. Multi niat SBY dengan mengusulkan konvensi capres tentunya berdasarkan pertimbangan politik matang dari SBY. Jika konvensi memang terselenggara, berarti SBY berposisi sebagai pendayung perahu,  “sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui”. Namun, sematang apapun pertimbangan SBY menggelontorkan ide konvensi, tak terlepas dari eksistensi Partai Demokrat pasca Pemilu Legislatif 2014. 

Yang perlu digarisbawahi, kalau konvensi dilakukan sebelum Pemilu Legislatif 2014, maka tak menjamin capres terpilih hasil konvensi, bisa diusulkan jadi capres Partai Demokrat pada Pilpres 2014. Karena penentuannya adalah hasil Pemilu Legislatif 2014. Jika Partai Demokrat berhasil meraih minimal 15 persen suara pada Pemilu 2014, atau sebagai partai memenuhi syarat mendukung calon presiden sendiri, tanpa perlu koalisi dengan partai lain, maka hasil konvensi (yang diadakan sebelum Pemilu Legislatif 2014) akan bisa diusulkan dan ditetapkan sebagai Capres Partai Demokrat pada Pilpres 2014. 

Jika sebaliknya Partai Demokrat tak memenuhi syarat mendukung calon presiden, maka hasil konvensi tersebut terkendala untuk diusulkan menjadi Capres Partai Demokrat pada Pilpres 2014. Memang bisa saja diusulkan, tapi perlu koalisi dengan partai lain, dan.  partai yang diajak koalisi bersedia menerima capres hasil konvensi yang diusulkan Partai Demokrat. Itupun jika suara Partai Demokrat lebih besar dari suara partai yang diajak koalisi. Bila tidak, dipastikan capres Partai Demokrat hasil konvensi, hanya sebatas capres konvensi.

Demikian pula bila konvensi diadakan usai Pemilu Legislatif 2014, dan Partai Demokrat akan berhasil meraih minimal 15 persen, maka konvensi digelar tanpa khawatir untuk mencari koalisi. Jika Partai Demokrat tak berhasil meraih suara 15 persen, dan  konvensi tetap diadakan,  maka perlu koalisi dengan partai lain, dan.  partai yang diajak koalisi bersedia menerima capres Partai Demokrat.  Dan hasil capres hasil konvensi akan sia-sia, apabila suara Partai Demokrat tidak lebih besar dari suara partai yang diajak berkoalisi. (***) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Running Teks ANTARA


Berita Terkini dari ANTARA