Jumat, 05 April 2013

Hey, Bung Anas…! Mana Halaman Berikutnya ?




Hey, Bung Anas…! Mana Halaman Berikutnya ?

Oleh : M Alinapiah Simbolon


Bahana terkait Anas Urbaningrum dan serangannya terhadap Partai Demokrat dan Susilo Bambang Yudhoyona (SBY), belakangan seakan mereda. Namun demikian, harapan publik atas janji Anas takkan sirna begitu saja. Publik masih sangat antusias menunggu Anas melanjutkan celotehannya untuk membuka halaman berikutnya sebagaimana telah diproklamirkannya.

Dalam pidato politiknya, saat meletakkan tahkta jabatannya sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat, sekaligus melucuti dirinya dari atribut yang berbau partai besutan SBY tersebut (pasca Anas ditepakan sebagai tersangka oleh KPK terkait Kasus Korupsi Proyek Hambalang), Anas telah berjanji kepada publik, bahwa akan ada dan akan membuka halaman berikutnya yang lebih bermakna. Dan itu ditanggapi publik sebagai pembongkaran borok yang berkaitan dengan Partai Domokrat dan olitisinya, termasuk juga SBY dan keluarganya. 

Memang euphoria ancaman Anas ketika itu begitu bergema, ditambah lagi banyak dukungan dari berbagai kalangan dan tokoh lintas partai kepada Anas. Tak lama setelah penyataannya  itu, Anas pun mengenduskan akan membongkar skandal Kasus Bank Century, dan memunculkan indikasi keterlibatan Edhi Baskoro Yudhoyono (Ibas) sebagai penerima uang Proyek Hambalang.  Untuk ocehannya terkait skandal Bank Century, sampai-sampai membuat  tim kecil Kasus Century bagian Timwas Century dari DPR RI, mendatangi kediaman Anas untuk memintai keterangan Anas. Nama besan SBY alias mertua Ibas yang juga Ketua Umum DPP PAN sekaligus Menko Ekonomi Hatta Rajasa, pun sempat mewacana sebagai salah satu nama baru yang terlibat skandal kasus Bank Century.

Untuk ocehan Anas, seputar adanya indikasi keterlibatan Ibas menerima uang Proyek Hambalang, juga tak kalah hebohnya. Bagaikan follow up dari ocehan Anas tersebut, tak lama kemudian selebaran dokumen berisi rekap data keuangan laporan keuangan milik Yulianis, mantan Direktur Keuangan PT Anugrah Nusantara (milik Nazaruddin), yang berisi aliran dana kepada Ibas sebesar 900 ribu dolar US, berseliweran di lingkungan Gedung DPR RI. Dan belakangan indikasi keterlibatan Ibas tersebut juga menjadi sebuah pengakuan resmi dari Yulianis meskipun nilai yang diduga diterima Ibas menurut pengakuan Yulianis sebesar 200 ribu dollar US. Dan pengakuan Yulianis selanjut mendapat revans dari Ibas, dengan melaporkan Yulianis ke Polda Metro Jaya dengan tuduhan pencemaran nama baik.

Kalau ocehan Anas terkait skandal Bank Century dan keterlibatan Ibas sebagai penerima uang proyek Hambalang, terkatagori sebagai halaman berikut yang dibukakan Anas, tampaknya tak seperti yang diharapkan publik. Publik awalnya berpikir efektivitas ocehan Anas untuk halaman berikutnya akan lebih membara, paling tidak setara dengan efektivitas ocehan Nazaruddin. Eh.. ternyata  tohokan ocehan Anas sangat lemah. Ocehan Anas sangat kental aura dugaan ketimbang aura fakta, sehingga ocehan Anas, terkatagori hanya sebatas prejudice (isu).

Kendati sedikit dibuat sewot, tapi kondisi sekarang ini, justru Partai Demokrat, politisinya serta SBY, tampaknya memang tak merasa terusik dengan ocehan Anas tersebut, karena dianggap tak ada tingkat kedahsyatan, dan sekedar dianggap sebagai refleksi kekesalan dan kekecewaan Anas. Bahkan Anas terkesan dianggap mencari simpati dengan memposiskan diri sebagai orang yang dizhalimi.  Malah proses perjalanan Partai Demokrat sampai berakhirnya KLB, berjalan mulus tanpa ada usikan berarti dari kekuatan fihak Anas. Bahkan hasilnya yang luar biasa dan diluar kebiasaan, juga tak membuat Anas tergubris.

Sebenarnya kalau Anas memang punya peluru untuk menyerang Partai Demokrat dan SBY, tentunya momen yang paling tepat untuk memuntahkan peluru adalah ketika menjelang helatan KLB Partai Demokrat, ataupun saat KLB digelar. Ironisnya, menjelang Partai Demokrat di gelar, Anas tak berbuat apa-apa. Kesan yang ditangkap, justru loyalitas Anas yang masih berada di Partai Demokrat mendukung SBY dan Ibu Ani Yudoyono memegang kendali Partai Demokrat. Saat KLB di gelar di Bali, Anas terlihat seperti kepanasan sendiri. Anas terkesan melakukan manuver politik murahan, dengan datang ke Bali di saat KLB digelar. Yang menggelikan, Anas mengatakan bahwa kedatangannya ke Bali diplesetkannya yaitu dalam rangka KLB (kuliner Luar Biasa). 

Tak dipungkiri, banyak kalangan yang meragukan komitmen Anas untuk membuka halaman berikutnya, dan banyak pula yang merasa ragu Anas tak punya bahan untuk dienduskan, karena yang sudah dienduskan Anas masih terkesan absurd dan sulit untuk di follow up. Sehingga wajar publik bingung, apakah ocehan Anas tersebut yang masih kategori isu itu, dianggap masuk halaman berikutnya, atau itu hanya bagian dari halaman pertama, ataupun warming menuju halaman berikutnya
 
Namun harap-harap Anas akan membuka halaman berikutnya, yang berisi bukti kebobrokan Partai Demokrat, politisinya serta SBY dan keluarganya, masih tetap menjadi penantian. Apalagi publik merasa yakin borok yang berkaitan dengan politisi Partai Demokrat belum semua terungkap. Diyakini masih sangat banyak lagi borok yang belum terungkap diluar yang telah diungkapkan Nazaruddin. Ditambah lagi publik ingin mengetahui borok itu juga melekat ke SBY dan lingkungan keluarganya. (Soalnya sudah ada indikasi mengarah ke sosok putra bungsu SBY, Edhi Baskoro Yudhoyono alias Ibas).

Melihat semangat Anas saat berjanji akan membuka halaman berikutnya, dan berkomitmen mengajak media untuk sama-sama kelak membaca halaman-halaman berikutnya, wajar publik tak sabar menantikan Anas membuka halaman berikutnya. Namun melihat ocehan Anas yang mengenduskan Skandal Bank Century dan keterlibatan Ibas menerima uang proyek Hambalang yang tak dahsyat tohokannya dan terkesan sebagai isu, wajar pula publik diselimuti keraguan jika Anas tak bisa memenuhi janjinya membuka halaman berikutnya. Soalnya waktu terus bergulir, siapa tahu besok atau lusa Anas sudah tak bisa lagi bergerak karena sudah berada di dalam kerangkeng tahanan KPK. Dan Anas belum tentu bisa seperti Nazaruddin meskipun berada dalam kerangkeng tahanan KPK tapi ocehannya punya lampiran bukti.  Hey, Bung Anas…! Mana halaman berikutnya ?  (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Running Teks ANTARA


Berita Terkini dari ANTARA