Hey,
Bung Anas…! Mana Halaman Berikutnya ?
Oleh
: M Alinapiah Simbolon
Bahana terkait
Anas Urbaningrum dan serangannya terhadap Partai Demokrat dan Susilo Bambang
Yudhoyona (SBY), belakangan seakan mereda. Namun demikian, harapan publik atas janji
Anas takkan sirna begitu saja. Publik masih sangat antusias menunggu Anas
melanjutkan celotehannya untuk membuka halaman berikutnya sebagaimana
telah diproklamirkannya.
Dalam pidato
politiknya, saat meletakkan tahkta jabatannya sebagai Ketua Umum DPP Partai
Demokrat, sekaligus melucuti dirinya dari atribut yang berbau partai besutan
SBY tersebut (pasca Anas ditepakan sebagai tersangka oleh KPK terkait Kasus
Korupsi Proyek Hambalang), Anas telah berjanji kepada publik, bahwa akan ada
dan akan membuka halaman berikutnya yang lebih bermakna. Dan itu
ditanggapi publik sebagai pembongkaran borok yang berkaitan dengan Partai
Domokrat dan olitisinya, termasuk juga SBY dan keluarganya.
Memang euphoria
ancaman Anas ketika itu begitu bergema, ditambah lagi banyak dukungan dari
berbagai kalangan dan tokoh lintas partai kepada Anas. Tak lama setelah
penyataannya itu, Anas pun mengenduskan akan membongkar skandal Kasus
Bank Century, dan memunculkan indikasi keterlibatan Edhi Baskoro Yudhoyono
(Ibas) sebagai penerima uang Proyek Hambalang. Untuk ocehannya terkait
skandal Bank Century, sampai-sampai membuat tim kecil Kasus Century
bagian Timwas Century dari DPR RI, mendatangi kediaman Anas untuk memintai
keterangan Anas. Nama besan SBY alias mertua Ibas yang juga Ketua Umum DPP PAN
sekaligus Menko Ekonomi Hatta Rajasa, pun sempat mewacana sebagai salah satu
nama baru yang terlibat skandal kasus Bank Century.
Untuk ocehan Anas,
seputar adanya indikasi keterlibatan Ibas menerima uang Proyek Hambalang, juga
tak kalah hebohnya. Bagaikan follow up dari ocehan Anas tersebut, tak lama
kemudian selebaran dokumen berisi rekap data keuangan laporan keuangan milik
Yulianis, mantan Direktur Keuangan PT Anugrah Nusantara (milik Nazaruddin),
yang berisi aliran dana kepada Ibas sebesar 900 ribu dolar US, berseliweran di
lingkungan Gedung DPR RI. Dan belakangan indikasi keterlibatan Ibas tersebut
juga menjadi sebuah pengakuan resmi dari Yulianis meskipun nilai yang diduga
diterima Ibas menurut pengakuan Yulianis sebesar 200 ribu dollar US. Dan
pengakuan Yulianis selanjut mendapat revans dari Ibas, dengan melaporkan
Yulianis ke Polda Metro Jaya dengan tuduhan pencemaran nama baik.
Kalau ocehan Anas
terkait skandal Bank Century dan keterlibatan Ibas sebagai penerima uang proyek
Hambalang, terkatagori sebagai halaman berikut yang dibukakan Anas,
tampaknya tak seperti yang diharapkan publik. Publik awalnya berpikir
efektivitas ocehan Anas untuk halaman
berikutnya akan lebih membara, paling tidak setara dengan efektivitas
ocehan Nazaruddin. Eh.. ternyata tohokan ocehan Anas sangat lemah. Ocehan
Anas sangat kental aura dugaan ketimbang
aura fakta, sehingga ocehan Anas,
terkatagori hanya sebatas prejudice (isu).
Kendati sedikit
dibuat sewot, tapi kondisi sekarang ini, justru Partai Demokrat, politisinya
serta SBY, tampaknya memang tak merasa terusik dengan ocehan Anas tersebut,
karena dianggap tak ada tingkat kedahsyatan, dan sekedar dianggap sebagai
refleksi kekesalan dan kekecewaan Anas. Bahkan Anas terkesan dianggap mencari
simpati dengan memposiskan diri sebagai orang yang dizhalimi. Malah
proses perjalanan Partai Demokrat sampai berakhirnya KLB, berjalan mulus tanpa
ada usikan berarti dari kekuatan fihak Anas. Bahkan hasilnya yang luar biasa
dan diluar kebiasaan, juga tak membuat Anas tergubris.
Sebenarnya kalau
Anas memang punya peluru untuk menyerang Partai Demokrat dan SBY, tentunya
momen yang paling tepat untuk memuntahkan peluru adalah ketika menjelang
helatan KLB Partai Demokrat, ataupun saat KLB digelar. Ironisnya, menjelang
Partai Demokrat di gelar, Anas tak berbuat apa-apa. Kesan yang ditangkap,
justru loyalitas Anas yang masih berada di Partai Demokrat mendukung SBY dan
Ibu Ani Yudoyono memegang kendali Partai Demokrat. Saat KLB di gelar di Bali,
Anas terlihat seperti kepanasan sendiri. Anas terkesan melakukan manuver
politik murahan, dengan datang ke Bali di saat KLB digelar. Yang menggelikan,
Anas mengatakan bahwa kedatangannya ke Bali diplesetkannya yaitu dalam rangka
KLB (kuliner Luar Biasa).
Tak dipungkiri,
banyak kalangan yang meragukan komitmen Anas untuk membuka halaman
berikutnya, dan banyak pula yang merasa ragu Anas tak punya bahan untuk
dienduskan, karena yang sudah dienduskan Anas masih terkesan absurd dan
sulit untuk di follow up. Sehingga wajar publik bingung, apakah ocehan Anas
tersebut yang masih kategori isu itu, dianggap masuk halaman berikutnya,
atau itu hanya bagian dari halaman pertama, ataupun warming menuju halaman
berikutnya
Namun harap-harap
Anas akan membuka halaman berikutnya, yang berisi bukti kebobrokan
Partai Demokrat, politisinya serta SBY dan keluarganya, masih tetap menjadi
penantian. Apalagi publik merasa yakin borok yang berkaitan dengan politisi
Partai Demokrat belum semua terungkap. Diyakini masih sangat banyak lagi borok
yang belum terungkap diluar yang telah diungkapkan Nazaruddin. Ditambah lagi
publik ingin mengetahui borok itu juga melekat ke SBY dan lingkungan
keluarganya. (Soalnya sudah ada indikasi mengarah ke sosok putra bungsu SBY,
Edhi Baskoro Yudhoyono alias Ibas).
Melihat semangat
Anas saat berjanji akan membuka halaman berikutnya, dan berkomitmen
mengajak media untuk sama-sama kelak membaca halaman-halaman berikutnya, wajar
publik tak sabar menantikan Anas membuka halaman berikutnya. Namun
melihat ocehan Anas yang mengenduskan Skandal Bank Century dan keterlibatan
Ibas menerima uang proyek Hambalang yang tak dahsyat tohokannya dan terkesan
sebagai isu, wajar pula publik diselimuti keraguan jika Anas tak bisa memenuhi
janjinya membuka halaman berikutnya. Soalnya waktu terus bergulir, siapa
tahu besok atau lusa Anas sudah tak bisa lagi bergerak karena sudah berada di
dalam kerangkeng tahanan KPK. Dan Anas belum tentu bisa seperti Nazaruddin
meskipun berada dalam kerangkeng tahanan KPK tapi ocehannya punya lampiran
bukti. Hey, Bung Anas…! Mana halaman
berikutnya ? (***)
Klik dan Baca
Artikel ini di :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar