Jumat, 08 Februari 2013

Magnet Jokowi




Magnet Jokowi

Oleh : M Alinapiah Simbolon


Bukan bermaksud diskriminatif, pastinya kalau hanya memandang dari sisi fisik plus penampilan,  jasad seorang Joko Widodo alias Jokowi, memang bukan gaya yang pas untuk diidolakan. Dibilang ganteng, jelas memang tak ganteng, dan kalaupun ada yang bilang dia ganteng itu tegantung siapa yang menilainya. Yang jelas postur Jokowi kerempeng seperti kurang gizi, dan penampilannya juga jauh dari gaya modis, kalau diperuntukkan jadi seorang model. Ini adalah penilaian jujur dalam konteks sebatas penilaian pada sisi fisik dan  penampilan seorang Jokowi.

Namun, penilaian yang sangat jujur juga, kalau sosok konprehensif seorang Jokowi, telah mengidola, bahkan pengidolaan terhadap Jokowi telah membumi dan mempeneltrasi pelosok negeri ini. Dari segi popularitas, tak diragukan lagi. Jangkauan popularitas Jokowi tidak hanya me nasional  tapi sudah meng internasional, meskipun sebagai seorang pejabat dan pemimpin,  jabatannya hanya sebatas jabatan pimpinan tingkat regional yakni  Gubernur Propinsi DKI Jakarta.

Karekter, sikap dan performa Jokowi,  dinilai bukan hasil settingan, tapi memang merupakan karakter, sikap dan performa lahiriah. Dia merakyat atau dekat dengan rakyat  bukan karena sebatas ada kepentingan politis. Jauh sebelum pencalonannya sebagai Gubernur DKI, yakni saat menjabat Walikota Solo dia sudah dikenal pemimpin yang merakyat atau dekat dengan rakyat. Lalu, setelah dia terpilih sebagai Gubernur DKI, terbukti karakter, sikap dan performanya sebagai pemimpin yang merakyat dan dekat dengan rakyat secuil pun tak berubah, Malah intensitas kunjungannnya ke lapangan dan bertatap muka dengan rakyat lebih intens dan frekwensinya jauh lebih meningkat dibandingkan saat dia kampanye sebagai Cagub di Pilkada DKI Jakarta.

Blusukan ketempat kumuh dan kepemukiman rakyat kecil dilakoninya hampir setiap hari. Sementara tugas kantor dan administrasi diwewangkannya kepada Wakilnya Basuki Tjahaya, Purnama alis Ahok, kendati tetap harus dikordinasikan dengannya. Bahkan konsep dan komitmennya bersama Ahok  menjadikan pemerintah DKI Jakarta yang bersih dan bebas KKN, serta menjadikan kepemimpinan dan pemerintahannya yang pro rakyat tampaknya menjadi pembuktian nyata,  kendati masih hitungan bulan menjabat. Paling tidak itu telah terlihat dari berbagai kebijakan spektakular yang dibuatnya bersama Ahok, menunjukkan kalau dia pemimpin yang  mengedepankan kepentingan rakyat, dan berupa menciptakan pemerintahan yang besih dan bebas KKN.

Publik tidak lagi memandang Jokowi seorang pimpinan atau pejabat tingkat propinsi, tapi seorang tokoh dan pemimpin yang punya nilai plus dibandingkan dengan tokoh dan pejabat tingkat nasional yang ada. Keberhasilan Jokowi menjuarai Pilkada DKI Jakarta, sebuah pembuktian bahwa seorang tokoh atau pejabat “kampung” dengan gaya kampungan, yang berhasil menjuarai kompetisi pilkada di ibukora negara, dengan menaklukkan tokoh dan pejabat ibukota yang sudah punya nama, hanya dengan modal kemampuan melakukan pedekatan dengan rakyat. Fenomenalnya, dia adalah sosok pemimpin urban yang berhasil menggaet  hati rakyat ditempat yang didatanginya.

Masih segar dalam ingatan ketika terjadinya bencana besar yaitu banjir dahsyat yang melanda Jakarta. Dalam kondisi itu, nyaris tak terdengar suara yang mendiskreditkan Jokowi. Malah blusukan Jokowi ke lokasi banjir, tetap mendapat mendapat sambutan hangat dari warga. Tingginya antusias warga menyambut kehadiran Jokowi ditengah-tengah mereka, warga yang jadi korban banjir pun seakan melupakan kalau mereka sedang mendapat musibah,

Rintisan karir politik Jokowi memang mengagumkan, setelah berhasil menang pilkada DKI Jakarta. Sebagai seorang pemimpin, sosok Jokowi tak terbantahkan sebagai pemimpin yang punya pamor dan dinilai pemimpin yang bersih. Hal yang sangat mengagumkan tentunya elektabilitas Jokowi yang mampu melampaui elektabilitas sejumlah tokoh ternama saat ini. Bahkan dua tokoh papan atas yang merupakan pimpinan partai politik yang mengusung Jokowi sebagai Cagub DKI, yaitu Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Sukarnoputri dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto, elektabilasnya berada dibawah Jokowi.

Ketua Umum Partai Golkar, Abu Rizal Bakri, yang hampir dipastikan ikut capres dari Partai Golkar pada Pilpres 2015, tak mampu menandingi elektabilitas Jokowi yang belum pasti jadi Capres, malah perbedaan persentasenya sangat  jauh dari Jokowi.  Jokowi hanya dalam waktu yang  relatif singkat mampu meraih elektabilitas yang tinggi, sementara sosok ARB yang jauh lebih dulu dikenal dari Jokowi, tak mampu menaikkan elektabilitasnya, meski dilakukan dengan biaya mahal dan berbagai settingan, termasuk melalui settingan publikasi media secara jor-joran. Bahkan kalau misalnya Susilo Bambang Yudhoyono, diikutkan untuk dinilai elektabilitasnya, kemungkinan besar elektabilitas SBY juga berada dibawah Jokowi.

Harus diakui bahwa popularitas Jokowi semakin besinar. Itu semua karena penilaian positif atas kinerja positif yang diperlihatkan Jokowi selaku pemimpin.  Pada taggal 3 Januari 2013 lalu, nama Jokowi diumumkan  sebagai Walikota Terbaik nomor  tiga di dunia oleh World Mayor Project (Yayasan Wali Kota Sedunia), penilaiannya adalah saat Jokowi masih menjabat Walikota Solo. Sosok Jokowi yang sudah kesohor sampai ke berbagai negara, juga membuat perusahaan konstruksi asal Korea Selatan (Korsel), Doosan Group tertarik, sehingga berminat bekerjasama dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta.

Melihat pamor terkini yang ada pada sosok Jokowi, memang tak keliru jika sejumlah lembaga servey membuktikan  figure Jokowi sangat pantas dijagokan untuk memenangi Pilpres 2014 mendatang. Survei calon Presiden Indonesia 2014 oleh Aliansi Pemuda Indonesia (API), Jokowi meraih suara sebesar 37,4 persen sebagai calon presiden dari tokoh parpol, yang kemudian disusul Prabowo Subianto (10,3 persen) dan Jusuf Kalla (6,5 persen).

Lalu, Jokowi juga menempati urutan nomor satu dalam "Survey Opinion Makers dan Pakar" terhadap 35 tokoh muda potensial yang dinilai berpotensi menjadi figur alternatif di Pilpres 2014, yang diadakan oleh Pol-Tracking Institute. Dari tiga belas aspek penilaian yang disurvei, Jokowi secara total unggul dalam sebelas aspek penilaian, yaitu, aspek integritas, kapabilitas/intelektualitas, kepemimpinan, pengalaman prestatif, keberanian mengambil keputusan, komunikasi publik, komunikasi elite, empati dan aspiratif, kematangan emosi, akseptabilitas publik, dan penerimaan partai, dengan skor total penilaian 78,6.

Hasil survey yang dibuat oleh Pusat Data Bersatu (PDB) baru-baru ini, nama Jokowi juga bertengger di nomor wahid dari 13 orang yang dianggap sebagai Calon Presiden Potensial. Jokowi meraih  21,2 persen,  iikuti  Prabowo Subianto (18,4 persen), 3. Megawati Soekarnoputri (13,0 persen)  4. Rhoma Irama (10,4 persen)  5. Aburizal Bakrie (9,3 persen)  6. Jusuf Kalla (7,8 persen)  7. Wiranto (3,5 persen)  8. Mahfud MD (2,8 persen)  9. Dahlan Iskan (2,0 persen)  10. Surya Paloh (1,3 persen)  11. Hatta Rajasa (1,2 persen)  12. Chairul Tanjung (0,4 persen) 13. Djoko Suyanto (0,3 persen). Tak hanya hasil survey, melalui dunia maya pun muncul  dukungan untuk pencapresan Jokowi. Di facebook  lahir grup bernama, 'Gerakan Memaksa Jokowi untuk Siap jadi Capres 2014'  yang terus disukai banyak orang.

Susah untuk membandingkan figur Jokowi dengan figur-figur pemimpin yang ada. Sosok Jokowi seakan punya magnet yang punya daya tarik luar biasa, sehingga membuat orang banyak tertarik padanya. Magnet Jokowi ada pada karakter, sikap dan performanya yang merakyat.  Juga yang menjadi magnet adalah gaya dan penampilannya yang sederhana, ramah, dan dianggap tak dibuat-buat. Sosoknya tak berbatas dengan siapa saja dan tanpa mengenal usia, termasuk dengan rakyat jelata sekalipun, sehingga semua kalangan dekat bagai terkena magnitnya. Bahkan tumpukan sampah, gang sempit, kali yang jorok, dan gorong-gorong, kalau bisa berbicara akan mengatakan merasa dekat dengan Jokowi.

Sosok Jokowi telah menjadi magnit bagi semua kalangan,   termasuk pejabat dan politisi. Gaya dan penampilan Jokowi, tak bisa  dipungkiri telah menjadi trend bagi kalangan pejabat maupun politikus di pusat sampai daerah. Tak sedikit pejabat dan politisi yang latah mengikuti gaya blusukan Jokowi, sampai-sampai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dinilai mengikuti gaya Jokowi.  

SBY, sejumlah Menteri, dan pejabat tinggi, dan pimpinan parpol atau politisi, tak peduli dianggap meniru gaya Jokowi. Pada saat banjir Jakarta tahun-tahun sebelumnya, tak pernah terjadi seorang presiden, sejumlah menteri, pejabat tinggi dan pimpinan parpol atau politisi, termasuk juga kalangan artis, buka sepatu dan gulung celana sampai selutut,  lalu  menjejakkan kakinya di areal banjir. Tapi pada peristiwa banjir Jakarta baru baru ini, pertunjukan seperti itu memang benar-benar  nyata terjadi.  

Bahkan menurut analisa sejumlah kalangan, elektabilitas Megawati dan Prabowo termasuk elektabilatas PDIP dan Partai Gerindra, belakangan jadi ikut naik, sebab Megawati dan Prabowo beserta kedua parpol yang mereka pimpin,  mengusung Jokowi sebagai calon gubernur DKI. Pendapat itu  tampaknya memang seperti menjadi sebuah kebenaran, karena sisi penilaiannya adalah sosok Jokowi yang memukau dan menarik hati rakyat, dan bermuara kepada  kemenangan Jokowi pada Pilkada DKI Jakarta. Sehingga memberikan imbas positif kepada Megawati dan Prabowo serta PDIP dan Partai Gerindra, karena dinilai telah  mengusung sosok pro rakyat.

Selain itu magnet,  Jokowi juga menarik perhatian para kuli tinta. Bagi media cetak, media online  maupun media elektronik, sosok Jokowi menjadi trend menarik untuk pemberitaan. Jokowi tak pernah meminta untuk diberitakan oleh media, malah jadwal kunjungannya pun dirahasiakan dari para kuli tinta. Namun karena sosok Jokowi dan apa yang dilakukannya, dianggap menjadi berita menarik oleh media, membuat sosok Jokowi tetap jadi obejek kuntitan dan sasaran para paparazzi. Saking banyaknya pemberitaan tentang Jokowi, tak heran untuk tahun 2012, Jokowi  menjadi tokoh paling popular di pencarian Google Indonesia. Namun Jokowi harus ingat, bahwa tak bisa dipungkirinya, kalau peran media sangat signifikan menjadikannya sosok yang populer.  (***)





Klik dan Baca Artkel ini di :
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Running Teks ANTARA


Berita Terkini dari ANTARA