Rabu, 01 Januari 2014

Sri Mulyono Seorang Pendukung Koruptor



Sri Mulyono Seorang Pendukung Koruptor

Oleh : M Alinapiah Simbolon


Nama Sri Mulyono, mencuat dan menjadi perhatian, karena dia disomasi oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melalui advokat Palmer Situmorang. Sri Mulyono disomasi karena dituduh menfitnah SBY melalui artikelnya di Kompasiana yang berjudul “ Anas : Kejarlah Daku Kau Terungkap” . Awalnya somasi tersebut menjadi buah bibir  media  pun memberitakannya, dan  juga mendapat perhatian antara sesama penulis di kompasiana. Menyikapi somasi itu, Sri  Mulyono menyatakan tak takut menghadapi somasi tersebut. Lalu atas sikapnya itu kalangan kompasioner banyak memberikan dukungan, baik melalui komentar maupun dalam bentuk tulisan.

Selaku seorang kompasianer, saya awalnya simpati dengan seorang kompasianer yang bernama Sri Mulyono. Mendengar dia disomasi, langsung saya klik artikel yang membuat sang penulis disomasi SBY. Apalagi saya kerap memuat tulisan yang bernuansa kritik terkait SBY dan Partai Demokrat.  Saya komen tulisan itu termasuk satu dua tulisan lain terkait somasi tersebut dan komen saya nadanya mendukung Sri Mulyono. “Woohhh,  hebat juga penulis yang satu ini,  tulisannya membuat gerah presiden SBY” pikir saya saat itu.

Bahkan sempat juga saya ingin menulis atrikel menyikapi soal somasi tersebut. Paling tidak sebagai seorang yang kritis dalam menulis, tentunya tulisan yang akan saya buat pasti mengkritik soal somasi dan intinya mensupport Sri Mulyono. Kemudian setelah saya lihat-lihat semua tulisan yang telah diposting Sri Mulyono di Kompasiana, eh, ternyata dia adalah seorang kompasianer yang berpihak terhadap Anas Urbaningrum. Dia duduk sebagai pengurus teras di Ormas Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) yang dipimpin Anas. Dalam tulisannya yang disomasi SBY tersebut, dan sebagian besar tulisan lainnya nyata-nyata berisi pembelaan terhadap Anas dan mendiskkreditkan SBY dan Partai Demokrat.  Apalagi setelah saya telusuri, dia juga pernah mengkomentari tulisan saya yang berjudul : SBY Konyol Mengangkat Ruhut Jadi Juru Bicara Partai Demokrat. Komennya pro tulisan saya : Setali tiga uang… itu pepatah paling terang. (klik dan baca : http://politik.kompasiana.com/2013/11/27/sby-konyol-mengangkat-ruhut-jadi-juru-bicara-partai-demokrat--614484.html)

Lalu saya, sedikit berbangga, soalnya saya jadi kompasianer karena motivasi saya yang memang sebagai penulis. Dalam menulis, ternyata saya jauh lebih netral daripada  Sri Mulyono, apalagi kapasitas saya sedikitpun tak pernah terlibat dalam lingkaran kekuasaan politik, dan saya masih steril dari yang namanya partai politik ataupun kekuatan politik apapun. Menyikapi soal perkembangan politik dan kasus korupsi, apa saja saya tulis, siapa saja saya kritik. Yang saya tulis tidak hanya sebatas SBY dan Partai Demokrat saja, Megawati dan PDIP, Abu Rizal Bakri dan partai Golkar, Prabowo dan Partai Gerindra, Wiranto dan Partai Hanura, serta banyak figur lain dengan partainya kerap jadi objek kritikan ditulisan saya. Bahkan sampai soal korupsi Anas Urbaningrum juga tak terlepas dari krtitikan saya melalui tulisan di kompasiana.

Memang kalau terkait  figur Jokowi, saya tak pernah membuat tulisan yang bernuansa negatif.  Tapi bukan berarti besok atau kelak saya tidak akan membuat tulisan yung mengkritisi Jokowi, bahkan yang menyudutkan Jokowi, jika Jokowi melenceng dari khitah kepemimpinannya yang saat ini masih terlihat relatif bersih. Kalau pun saya menulis tentang sisi positifnya Jokowi, itu karena saya melihat Jokowi masih sosok seorang pemimpin yang jujur, dan sebagai penulis yang agak kritis dengan hal-hal korupsi dan keburukan atau kesemena-menaan pemimpin dan penguasa, tak salah rasanya saya sedikit ngefans sama figur Jokowi, yang kepemimpinannya betul-betul merakyat dan masih jauh dari sifat serakah dan haus kekuasaan. Dan banyak penulis di kompasiana yang memposisikan diri seperti saya dalam menilai figur Jokowi. Tapi perlu saya tegaskan, saya juga tak ada kaitannya dengan Jokowi ataupun dengan yang namanya kelompok pendukung yang menginginkan Jokowi jadi Presiden, malah sedikitpun tak ada hubungan saya dengan yang namanya Jokowi. Sahabat tidak dan keluarga pun tidak, saya kenal Jokowi, karena dia seorang tokoh, tapi pastinya Jokowi tak kenal saya.

Kembali ke soal Sri Mulyono. Setelah mengetahui siapa sebenarnya Sri Mulyono, kontan saat itu saya merasa mual. Spontan pula saya urungkan rencana menulis artikel yang saya niatkan untuk mensupport Sri Mulyono. Tapi sebagai sesama kompasianer saya tetap menghargai tulisan yang membuat dia di somasi, meskipun tulisannya itu (menurut saya) tak sepedas dibanding sejumlah tulisan saya tentang SBY, yang jauh lebih dulu saya posting di kompasiana. Untuk sementara saya pun berpikiran jadi penonton saja alias melihat dan mengikuti perkembangan soal somasi SBY terhadap Sri Mulyono baik melalui pemberitaan media maupun via postingan tulisan-tulisan di kompasiana. Satu sisi saya juga menilai somasi SBY juga tidak fair, dan terkesan, Sri Mulyono disomasi karena dia orangnya Anas Urbaningrum.

Sebagai penonton, saya menilai, Sri Mulyono pun nampaknya merasa bangga disomasi oleh orang nomor satu di republik ini. Beberapa tulisannya pun kembali meluncur terkait somasi terhadap dirinya dan kesannya mencari dukungan dan simpati dari para kompasianer  Banyak kompasianer yang saya nilai terlalu menggebu-gebu menilai, mengomentari dan membuat tulisan yang sifatnya mensupport Sri Mulyono,  tapi tak sedikit juga yang masih dalam posisi netral.

Ada sejumlah tulisan di kompasiana yang saya nilai masih netral terkait somasi SBY terhadap Sri Mulyono. Saya sepakat dengan artikel yang ditulis Ira Oemar di kompasiana berjudul Somasi SBY kepada Sri Mulyono : Benarkah Somasi Untuk Blogger ? dan sejumlah tulisan kompasianer yang masih terlihat netral.

Lalu saya akhirnya memutuskan untuk ikut nimbrung menulis yang masih berkaitan dengan soal somasi SBY terhadap Sri Mulyono. Intinya saya sebutkan Sri Mulyono adalah seorang pendukung koruptor (koruptor yang dimaksud adalah Anas Urbaningrum), juga adalah fakta. Soalnya Sri Mulyono adalah pendukung setia Anas Urbaningrum, dan sebagaimana diketahui Anas memang sudah dipredikati sebagai tersangka kasus korupsi Proyek Hambalang oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Secara hukum Anas memang belum bisa dikatakan koruptor karena belum divonis oleh pengadilan dengan berkekuatan hukum tetap. Tapi penulis mengadopsi penilaian awam yang menganggap Anas sebagai seorang koruptor meskipun masih berstatus tersangka kasus korupsi. Sebelumnya saya juga pernah memposting tulisan di kompasiana berjudul : Anas Seorang Koruptor   (klik dan baca : http://politik.kompasiana/2013/03/06/anas-seorang-koruptor-539694.html)

Saya katakan Sri Mulyono pendukung koruptor karena hubungan dia dengan Anas yang dianggap banyak kalangan sebagai seorang koruptor, tak bisa terbantahkan memang dekat dan berada dalam satu wadah yang bernama Ormas PPI, sehingga tak salah Sri Mulyono yang ikut bergabung di Ormas PPI disebut sebagai loyalis alias pendukung Anas. Ingat, sudah menjadi komsumsi publik melalui media bahwa orang-orang yang tergabung dalam PPI telah ditasbihkan dengan sebutan loyalis atau pendukung Anas Urbaningrum.

Kalau dari kacamata hukum, klaim saya melalui tulisan yang menyatakan Sri Mulyono pendukung koruptor bisa saja dan punya celah untuk disalahkan. Bisa saja Sri Mulyono keberatan dikatakan pendukung koruptor, karena menilai Anas belum divonis bersalah karena kasus korupsi Proyek Hambalang, dan belum berstatus narapidana korupsi. Namun Sri Mulyono juga harus bisa membaca dan memahami anggapan publik yang sudah jauh hari atau sejak Anas ditetapkan sebagai tersangka, telah  menjuluki Anas sebagai seorang koruptor. Sama halnya tulisan Sri Mulyono disomasi oleh SBY, dimana dalam tulisan itu Sri Mulyono beranggapan Dari Jedah SBY memerintahkan KPK supaya menetapkan status hukum Anas “Tersangka”.

Apaboleh buat kalau saya dinilai menyudutkan Sri Mulyono dengan tulisan ini.  Kalaupun akhirnya Sri Mulyono keberatan dengan tulisan ini, tentu saya siap menghadapinya, sebagaimana Sri Mulyono menyatakan siap menghadapi somasi SBY. Saya orang yang paling siap menghadapi hal seperti itu, meskipun saya tidak punya kekuatan politik. Yang pasti tulisan ini juga tak terbersit sinyal mendukung  somasi SBY. Sri Mulyono juga perlu tahu bahwa di Kompasiana, saya sudah lebih dulu menulis dan lebih dulu membuat tulisan yang lebih pedas soal SBY. (boleh ditelusuri).

Klik dan baca juga di sini :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Running Teks ANTARA


Berita Terkini dari ANTARA