Minggu, 12 Mei 2013

Lufthi Hasan Ishaaq, Najis Berat Menodai PKS




Lufthi Hasan Ishaaq, Najis Berat Menodai PKS

Oleh : M Alinapiah Simbolon



Sebelum terungkapnya Kasus Suap Kuota Impor Daging Sapi,  PKS adalah salah satu partai politik yang dikenal relatif bersih dari hal-hal yang berkaitan dengan korupsi Eksistensi PKS pun begitu mantap di perpolitikan nasional. Masyarakat Islam yang berada di luar PKS, banyak yang bersimpati menjatuhkan pilihannya terhadap PKS dibandingkan partai politik berbasis Islam lainnya, karena menganggap PKS sebagai partai yang bersih dan komit memperjuangkan kepentingan ummat Islam. 

Terbongkarnya Kasus Korupsi Suap Kuota Impor Daging Sapi, yang menyeret Presiden PKS Lufthi Hasan Ishaq menjadi tersangka bersama orang kepercayaannya Ahmad Fathanah, drastis membuat perubahan besar pemikiran dan penilaian publik terhadap PKS. Eksistensi PKS pun langsung terganggu. Anggapan publik selama ini kalau PKS sebagai partai bersih dan komit memperjuangkan kepentingan ummat Islam dimentahkan oleh kasus tersbut. Bagai dihantam badai dahsyat, PKS jadi bulan-bulanan tudingan dan penilaian negatif.

Menghindari penilaian negatif, petinggi PKS pun berupaya maksimal memutus mata rantai untuk menghindari terpaan dahsyat terhadap PKS terkait Kasus Suap Kuota Impor Daging Sapi. Anis Matta yang diangkat sebagai Presiden PKS menggantikan Lufthi Hasan Ishaaq yang mengundurkan diri tak lama setelah ditetapkan sebagai tersangka, berupaya mengembalikan citra PKS. Pada pidato politik saat pengukuhannya sebagai Presiden PKS Anis Matta pun langsung melakukan manuver politik. Dia berakting dengan cara mencari kambing hitam terkait kasus yang melibatkan Lufthi Hasan Ishaaq. Tudingan adanya konspirasi pun keluar dari mulut Anis Matta, kendati tudingan konspirasi tersebut hanya sebatas tudingan tanpa bisa dibuktikannya. Anis Matta juga meluncurkan program “Tobat Nasional”, meskipun tak ada konteksnya bagi orang diluar PKS karena yang terlibat dalam Kasus Korupsi adalah oknum pimpinan PKS. 

Kendati berbagai cara dilakukan PKS untuk mengeleminir efek dari Kasus Suap Kuota Impor Daging Sapi, namun upaya pembersihan diri PKS dari kaitan dengan kasus itu tampaknya tak begitu efektif.  Sebab sudah menjadi preseden di negeri ini sejak dulu,  jika oknum yang terlibat berbuat salah, tetap saja dikaitkan dengan lembaga atau institusi dimana oknum bernaung atau menjabat. Apalagi saat berbuat salah, oknum tersebut menjadi pimpinan di lembaga atau institusi tersebut. Hal itu berlaku juga terhadap PKS tanpa terkecuali. Partai politik lain juga tak bisa mengelak atas berlakunya preseden tersebut, salah satunya adalah Partai Demokrat dengan sejumlah kasus korupsinya yang melibatkan politisinya. Itulah realita yang berlaku dan harus dihadapi PKS, meskipun Lufthi Hasan Ishaaq tak lagi menjabat Presiden PKS, ternyata tak memutus mata rantai kasus tersebut dengan PKS. Selama pemeriksaan kasus tersebut berjalan selama itu pula tudingan negatif mendera PKS. 

Ketika belakangan penanganan kasus itu semakin berkembang, maka semakin berkembang pula tudingan miring terhadap PKS. Terutama sejak KPK mengembangkan pemeriksaan dengan menjerat Lufthi Hasan Ishaaq dan Ahmad Fathanah dengan UU Tindak Pidana Pencucian Uang, yang memicu terbongkarnya keberadaan asset-asset mewah milik Lufthi dan Fathanah, Sejak saat itu pandangan publik terhadap PKS semakin negatif. Bahkan muncul kecurigaan kalau permainan Lufthi Hasan Ishaaq dan Ahmad Fathanah sudah berlangsung lama sebelum kasus tersebut terkuat. Tak sebatas itu, muncul pula kecurigaan kalau PKS menerima aliran dana dari hasil korupsi yang dilakukan Lufthi dan Fathanah, dan jika itu memang terjadi maka PKS terancam eksistensinya.
Terkuak adanya keterlibatan sejumlah artis cantik diantaranya artis cantik Ayu Azhari, model majalah pria Vitalia Shesya, dan penyanyi dangdut Tri Kurnia Rahayu alias Nia Karina, (nama terakhir diketahui telah menjadi isteri siri Ahmad Fathanah), menerima aliran dana dan hadiah dari Ahmad Fathanah, tak ditampik menambah image buruk terhadap PKS. Mungkin karena masih dalam lingkaran kasus tersebut, maka tetap dikaitkan dengan PKS, meskipun aliran dana tersebut dari Ahmad Fathanah, bukan dari Lufthi Hasan Ishaaq dan wanita-wanita tersebut tak ada kaitannya dengan Lufthi Hasan Ishaaq.

Kemudian yang menambah kesalnya publik terhadap PKS, yakni terkait upaya pihak PKS menghalangi penyitaaan sejumlah mobil mewah yang diduga milik Lufthi Hasan Ishaaq yang berada di kantor DPP PKS. Apalagi terendus bahwa mobil-mobil mewah milik Lufthi Hasan Ishaaq tersebut sengaja dipindahkan ke Kantor DPP PKS karena sebelumnya dapat bocoran mobil-mobil tersebut akan disita oleh KPK.  Apapun alasan pihak PKS menghalangi penyitaan tersebut, yang pasti cara PKS itu menambah kebencian pubilk terhadap PKS. Ini menjadi nilai minus buat PKS karena publik melihat PKS menghalangi penegakan hukum terutama menghalangi upaya pemberantasan korupsi. 

Kasus Suap Kuota Impor Daging Sapi, adalah satu-satunya kasus korupsi yang menerpa eksistensi PKS karena melibatkan pimpinan tertingginya. Meskipun hanya diterpa satu kasus korupsi, namun kasus korupsi tersebut laksana telah menjadi najis atau kotoran yang menodai kesterilan PKS yang sebelumnya dikenal relatif bersih dari najis atau kotoran apapun. Bahkan kalau melihat sulitnya PKS menghindar dari persoalan yang berkaitan degan kasus tersebut alias sulitnya PKS membersihkan diri dari noda yang tertorehkan oleh kasus tersebut, maka pantas kasus itu diibaratkan najis yang mengkotori PKS tersebut dikategorikan sebagai Najis Mughallazah atau Najis Berat

Selanjutnya jika kasus itu dikonotasikan sebagai Najis Mughallazah yang mengkotori atau menodai kesucian PKS, maka yang pantas dianggap biang kerok pembawa Najis tersebut adalah Lufthi Hasan Ishaaq. Bahkan pantas juga Lufthi Hasan Ishaaq disebut sebagai Najisnya.  Persoalannya Lufthi Hasan Ishaaq lah yang berkaitan langsung dengan PKS dan bukan Ahmad Fathanah, kendati yang  paling berperan memperparah keadaan PKS terkait kasus itu adalah Ahmad Fathanah. Sebab Lufthi Hasan Ishaaq dijerat sebagai tersangka dengan terkuaknya kasus tersebut, berposisi sebagai orang yang ditauladani di PKS yakni sebagai pemimpin (imam) dengan jabatan Presiden PKS. 

Sangat disayangkan seorang Lufthi Hasan Ishaaq pernah jadi kader PKS dan pernah jadi Presiden dan politisi PKS. Jika tidak, mungkin PKS tak pernah terkena Najis Mughallazah alias Najis Berat bernama Lufthi Hasan Ishaaq, yang sulit dibersihkan kendati PKS telah berusaha keras untuk menyamaknya. (***)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Running Teks ANTARA


Berita Terkini dari ANTARA