Jumat, 29 November 2013

Prabowo Sulit Ungguli Jokowi

Prabowo Sulit Ungguli Jokowi

Oleh M Alinapiah Simbolon


Calon Presiden (Capres) yang diusung Partai Gerindra Prabowo Subianto, secara tegas mengaku tak melarang Joko Widodo atau siapapun  menjadi capres. “Enggak ada larangan, ini demokrasi, siapa saja boleh nyapres,” kata prabowo seusai menjadi penbicara dalam sebuah seminar di kampas Fakultas Kedokteran Umum Universitas Indonesia (FKUI) Salemba Jakarta, Rabu 27 November 2013 lalu. (pernyataan Prabowo itu sebagaimana dilansir kompas.com)

Terkesan minor mendengar penyataan Prabowo tersebut. Sebab tak ada hak Prabowo melarang siapapun menjadi Capres yang diusung partai diluar Partai Gerinda, termasuk si Jokowi jika nantinya dicalonkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Soalnya Mantan Danjen Kopassus itu juga belum tentu lolos jadi capres meskipun sejak awal telah dinobatkan sebagai Capres oleh partainya. Pastinya Prabowo bisa diusung dan mendaftar jadi Capres itu tergantung hasil suara Partai Gerindra Pada Pemilihan legislatif 2014, dan kondisi seperti itu sama halnya juga dengan sosok yang sudah maupun yang bakal digadang jadi Capres oleh partai-partai lain. Kalaupun ada kesan seolah Prabowo bisa melarang menjadi Capres, mungkin karena dikaitkan dengan adanya Perjanjian Batu Tulis antara Gerindra dan PDIP. Dan mungkin juga karena Prabowo dengan Partainya merupakan pendukung dan pengusung pasangan Jokowi Ahok saat Pilgub DKI Jakarta.

Hal yang menarik yang bisa ditangkap dari pernyataan Prabowo itu, mensiratkan bahwa Prabowo sangat khawatir menjadi capres. Apalagi Jokowi yang belakangan terdengung bakal digadang juga sebagai Capres oleh PDIP, maka Prabowo pun tak bisa berbuat apa-apa untuk menghadangnya.  Lalu kalau melihat perkembangan politik di Internal PDIP belakangan ini, dimana sebagian besar kader PDIP memang menginginkan Jokowi jadi Capres dan kemungkinan besar PDIP pun bakal mengusung Jokowi, wajar dan tak dipungkiri kalau Prabowo ataupun capres lainnya sangat khawatir. Sehingga terkait pencapresan Jokowi, maka Prabowo untuk meng absurd kan rasa khawatirnya, seakan dia tak takut bersaing dengan Jokowi dengan menegaskan tak melarang Jokowi nyapres.

Pastinya Jokowi akan menjadi batu sandungan dan rival sangat berat bagi Prabowo. Dan kemungkinan besar jika Jokowi di capreskan PDIP, akan menjadi Capres terkuat dan sangat berpeluang untuk menang. Jokowi tidak hanya saingan terkuat bagi Prabowo, tapi juga bagi capres-capres lain yang ikut bertarung di kompetisi Pilpres.

Bukan tak mungkin kelak siapa pun capres yang ikut bersaing, termasuk Prabowo, akan sulit mengungguli  Jokowi, jika mantan Walikota Solo itu benar-benar ikut nyapres. Fakta-fakta awal sangat kuat mengindikasikan Jokowi memang Capres yang terkuat dan paling berpeluang menang. Hasil survei dari berbagai lembaga survei, dan derasnya dukungan dari masyarakat adalah indikator  yang mengarah bahwa Jokowi berpeluang jadi kampiun di Pilpres 2014. Intinya Prabowo dan capres lain pada prinsipnya sangat berharap Jokowi tak ikut mencapres, jika ingin berpeluang menang di Pilpres 2014.

Hasil sejumlah survei membuktikan Prabowo berada dibawah Jokowi soal elektabilitas sebagai Capres, dengan persentase suara yang signifikan jaraknya. Mau tak mau Prabowo pun menyadari bahwa jika Jokowi Capres maka menjadi satu-satunya saingan terberat. Kalau Capres lainya termasuk ARB dan Wiranto,  mungkin Prabowo tak begitu mengkhawatirkannya  jadi saingan berat, karena hasil sejumlah survei sampai saat ini Prabowo ini selalu unggul dari ARB maupun capres lainnya selain Jokowi.

Kendati demikian, tampaknya Prabowo bukan tipe orang yang gampang menyerah Ambisi Prabowo menjadi Presiden dapat dikatakan sudah menjadi tekad bulat, dan Prabowo terlihat all out untuk menggapai kursi nomor satu di republik ini yang kompetisinya digelar tahun 2014.

Ikhtiar Prabowo menarik simpati termasuk begitu intens. Memang saat sekarang ini Prabowo hanya sesekali melakukan kegiatan cari simpatinya dalam bentuk kunjungan ke daerah-daerah dan dengan bertatap muka dengan masyarakat  seperti yang tengah instensif dilakukan oleh Capres Partai Golkar Abu Rizal Bakri (ARB) alias Ical. Menarik simpati cara blusukan, nampaknya Prabowo nyaris tak melakukan itu. Prabowo seakan menyadari kalau melakukan blusukan terkesan mengadopsi ataupun meniru gaya Jokowi yang sudah terkenal dengan gaya blusukannya, dan kalaupun itu dilakukannya, publik akan menganggap Prabowo hanya sekedar cari simpati karena mau nyapres.

Prabowo menyadari bahwa aksi kunjungan seperti yang dilakukan ARB dan blusukan yang sudah dianggap publik sebagai trademark nya Jokowi, untuk saat ini kurang efektif baginya, Prabowo juga bukan capres yang punya fasilitas media sehingga bisa mengiklankan diri alias pencitraan secara berlebihan di media seperti capres lain yang memang punya media ataupun didukung media seperti ARB dan Wiranto. Mensiasati agar tercitra di publik. Prabowo tampak lebih fokus memanfaatkan isu dan pristiwa yang berkembang dan menjadi perhatian publik, dengan cara berpeneltrasi merespon dan menyikapi isu dan pristiwa yang terjadi.

Berbagai isu aktual acapkali direspon dan menjadi santapan penyikapan oleh Prabowo. Dalam menyikapi berbagai persoalan, Prabowo selalu tendensius menyudutkan dan menyalahkan pemerintah, dan nampaknya itu merupakan trik yang dianggap efektif oleh Prabowo dalam rangka menarik simpati. Sikap prabowo terkini adalah ketika menjadi pembicara dalam seminar di kampus FKUI Salemba, Prabowo mengaku prihatin dengan praktek korupsi yang semakin mengakar. Menurutnya korupsi telah menyentuh hampir kesemua sendi Negara. Bahkan Prabowo menuding ada kesalahan fatal dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Prabowo pun menilai Indonesia sebagai negara gagal, sebab pemerintah lemah dan inefesiensi dalam mengelola kekayaan negara, korupsi, tidak ada pembangunan untuk rakyat, ekonomi tidak stabil dan terjadi kesenjangan sosial.

Prabowo juga terlihat handal memanfaatkan momen atas berbagai pristiwa aktual yang terjadi. Salah satunya ketika mencuatnya persoalan salah seorang TKI bernama Wilfrida Soik asal Betu Nusa Tenggara Timur, di Malaysia yang terancam hukuman mati karena dituding telah membunuh majikannya dan masih ditahan di Penjara Pangkalan Chepa, Kota Nharu Kelantan Malaysia sejak tiga tahun yang lalu. Kasus tersebut dimanfaatkan Prabowo dengan cara membantu Wilfrida Soik agar terbebas dari hukuman mati, dengan cara membayar dan mengutus salah seorang pengacara top Malaysia untuk mengadvokasi Wilfrida Soik.

Tak pelak, Prabowo juga memanfaatkan momen tersebut menyudutkan pemerintah, dengan mengungkapkan bahwa penanganan termasuk bantuan hukum terhadap Wilfrida Soik dari pemerintah kurang instensif, dan menurut Prabowo lawyer yang ditunjuk pemerintah dari Kedubes RI hanya menengok Walfrida sebelum sidang. Setelah itu Prabowo juga menyempatkan mempromosikan dirinya saat bertolak ke Malaysia untuk menghadiri persidangan kasus tersebut, bahwa jika dia terpilih sebagai presiden pada Pilpres 2014, akan memperkuat perekonomian supaya warga Negara Indonesia tak usah menjadi TKI.

Apakah cara cari simpati Prabowo tersebut efektif mengungguli Jokowi. Hasil nyata ditentukan oleh hasil Pilpres 2014, itu pun kalau Jokowi dan Prabowo jadi sebagai calon. Namun untuk sementara dan dari penilaian saat ini, sebagian besar masih mengunggulkan Jokowi sebagai capres yang berpotensi menang. Beberapa kategori survei terakhir yang menyangkut capres, Jokowi masih tetap unggul di tempat teratas, Prabowo berada dibawahnya dan terpaut tipis nilainya dengan capres ARB dan Wiranto yang diusung Partai Hanura. Dan perlu digaris bawahi bahwa elektabilitas Jokowi unggul, dinilai sejumlah lembaga survei saat Jokowi belum menyandang status capres, sementara Prabowo, termasuk ARB dan Wiranto elektabilitasnya dinilai oleh sejumlah lembaga survei dalam posisi telah dinobatkan menyandang status sebagai capres oleh partai.

Dari sisi kefiguran, tak dipungkiri Prabowo ataupun ARB dan Wiranto serta capres lainnya punya nilai minus jika dibandingkan dengan figur Jokowi. Jokowi adalah figur yang punya nilai lebih. Tak diragukan Jokowi dikenal sebagai figur yang lebih bersih, lebih jujur, dan lebih merakyat serta figur yang tak ternoda dengan background kelabu, seperti persoalan hukum dan pelanggaran HAM. Dan Jokowi adalah figur yang berkiprah di era reformasi dan tak pernah merasakan menjadi pejabat di era orde baru.

Dari sisi kemepimpinan, Jokowi termasuk lebih berpengalaman dan lebih teruji sebagai pemimpin pemerintahan dan masyarakat (rakyat), dan jabatan itu masih didudukinya sampai saat ini yakni Gubernur DKI Jakarta. Harus diingat bahwa Presiden adalah jabatan yang berkaitan dengan pemerintahan dan masyarakat (rakyat). Dan kalau berdasarkan penilaian sekarang ini, tampaknya Prabowo termasuk ARB dan Wiranto, memang sulit berharap banyak untuk bisa mengalahkan Jokowi jika mereka bertarung pada Pilpres mendatang, kendati melakukan berbagai cara dan siasat untuk mengungguli elektabilitas Jokowi. Ingat, terlepas dari hasil survei, wacana yang berkembang ternyata jauh lebih banyak rakyat menginginkan Jokowi jadi Presiden. Kalau tak percaya silahkan langsung survei lapangan dan tanyakan langsung ke masyarakat !



Baca juga di sini :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Running Teks ANTARA


Berita Terkini dari ANTARA