Pilgub Sumut, Tanpa Calon yang Pro Rakyat
Oleh : M Alinapiah Simbolon
Tinggal
hitungan hari, tepatnya tanggal 7 Maret 2013 gebyar politik khusus bagi orang
Sumatera Utara bernama Pemilihan Gubernur Sumatera Utara, bakal digelar. Para pasangan
Cagub dan Cawagub Sumut, yang terdiri dari (1) Gus Irawan Pasaribu-
Soekirman, (2) Effendi MS Simbolon- Jumiran Abdi, (3) Chairuman Harahap-Fadly
Nurzal, (4) Amri Tambunan – RE Nainggolan, dan (5) Gator Pujo Nugroho – Tengku
Erry Nuradi, telah mencurahkan keringat, tenaga dan pikiran, serta telah
menggelontor uang yang tak sedikit agar bisa dijadikan pilihan oleh rakyat
Sumatera Utara.
Kendati
para calon telah berbuat maksimal melakukan pendekatan kepada rakyat Sumut
dengan segala upaya dan cara, tapi tampaknya hingga saat ini warga Sumut tak
mengalami stimulasi dan tak pula terejakulasi, melihat tampang para calon saat
menjajakan diri kepada warga. Berjibunnya massa yang hadir saat acara kampanye
para calon pun, bukan dilatarbelakangi karena daya tarik dan dan nilai jual
para calon yang terpampang dengan atribut visi dan misinya, tapi termotivasi
raihan materi baik dalan bentuk uang dan ongkos yang diberikan para calon via
tim suksesnya. Dan memang itulah kenyataan yang terjadi.
Begitu
pula ketika para calon berinisiatif mendatangi warga, seperti memblusuk ke
pemukiman dan ke sejumlah pasar, tak mendapat respon positif dari kabanyakan warga. Antusias warga biasa-biasa saja, bahkan kebanyakan terlihat acuh. Jauh
beda situasinya saat melihat Jokowi kampanye di Pilgub DKI Jakarta, yang
kehadirannya tetap mendapat sambutan hangat warga yang didatanginya.
Kondisi
itu, sesungguhnya dikarenakan tak adanya calon yang terlihat tulus dan diyakini
sebagai pemimpin yang pro rakyat. Meski sebelumnya para calon telah berupaya
menjelmakan diri seolah pro rakyat baik melalui jargon-jargon maupun melalui
penampilannya, tapi rakyat lebih jeli melihat dan lebih jitu menebak, kalau
penampilan para calon tersebut hanya sekedar akting belaka. Apalagi semua calon
sudah dikenal dan bukan orang baru kancah politik. Kebanyakan masih berstatus pejabat dan sisanya
pernah jadi pejabat. Warga juga tahu persis kalau para calon sebelumnya bukan
profil pemimpin yang dekat dengan rakyat, sehingga ketika para calon
berkoar-koar mengklaim sebagai pemimpin yang berpihak pada rakyat dan
menggaransi jika kelak terpilih akan memperhatikan dan mensejahterakan rakyat,
ternyata tak membuat rakyat terperdaya dan terkesima. Malah umbar janji
yang keluar dari mulut para calon, justru jadi bahan cibiran yang keluar
dari mulut warga. Bahkan meskipun di Pilgub Sumut, ada calon yang menjual tampang
Jokowi, tak akan signifikan mendongkrak citra si calon sehingga jadi pilihan
rakyat, karena rakyat tahu si calon bukanlah seperti Jokowi, bahkan tak mencerminkan sepertiganya figur
Jokowi, dan itu sudah terbukti di Pilgub Jawa Barat.
Namun
demikian, para calon yang ikut bertarung pada Pilgub Sumut, meskipun tanpa
calon yang pro rakyat, tetap dijadikan pilihan. Itu hanya berlaku bagi warga
pemilih yang memang menggunakan hak pilihnya. Yang perlu digarisbawahi bahwa
pemilih rasional yaitu pemilih yang memilih berdasarkan pertimbangan
rasional gambaran persentasenya terasa sangatlah kecil. Keengganan sebagian
besar warga terutama warga awam, untuk memilih secara rasional adalah sebab
akibat dari ketiadaan calon yang benar-benar terlihat berkarakter
kerakyatan. Yang tergambar, bahwa sebagian besar warga Sumut dalam
menentukan pilihannya jadi lebih cenderung didasarkan pertimbangan-pertimbangan
yang sifatnya primordial belaka, yakni berdasarkan fanatisme keagamaan dan
kesukuan (adat dan marga), lalu berdasarkan hubungan kedekatan ataupun
kekerabatan (baik dengan calon maupun dengan tim sukses). Ada juga pertimbangan
lain salah satunya karena instruksi dari partai politik atau organisai
yang mendukung calon tersebut (dan itupun hanya berlaku bagi partai politik dan
organisasi yang betul-betul punya militansi).
Selain
itu, tak sedikit juga warga yang menentukan pilihan, karena pertimbangan
materi, Karena sebagian warga menganggap helatan pilgub moment cari kesempatan,
Dan tak bisa dipungkiri juga warga yang memilih berdasarkan fanatisme
keagamaan, kesukuan dan kekerabatan, maupun karena garis kebijakan partai atau
organisasi pendukung, juga di sokong oleh pertimbangan materi. Sekarang ini sudah menjadi hal yang jamak,
kalau ada prinsip yang terwacana di pemikiran warga, bahwa calon mana yang
memberi uang ataupun memberi bantuan bentuk barang, maka itulah yang jadi
pilihan.
Tak
perlu heran kalau saat ini banyak warga yang punya hak pilih, belum menentukan
pilihannya, karena masih menunggu sampai tiba hari H, yaitu menunggu pencairan
alias kucuran dana dari para calon. Meskipun ada yang sudah pernah menerima,
tapi tak menutup kemungkinan merubah pilihannya jika ada calon lain yang
memberi materi dalam jumlah lebih besar. Kalau pun pencairan yang ditunggu tak
kunjung datang, namun ada warga yang tetap masuk TPS dan membuat pilihan,
juga tak bisa dipastikan kalau pilihannya berdasarkan pertimbangan
rasional.
Sejumlah
pertimbangan tersebut muncul, karena berdasarkan pengalaman bahwa pemimpin hasil
pilihan rakyat pada pemilihan-pemilihan terdahulu tak mencerminkan pimpinan
yang pro rakyat. Apalagi calon yang sekarang
ikut pilgub Sumut juga ada pemimpin yang lahir dari contrengan tangan rakyat. Muncuatnya
pertimbangan seperti ini, akibat kekecewaan yang pernah dirasakan. Kebanyakan
warga Sumut sudah tak mau lagi tertipu oleh tampang dan penampilan ataupun janji-janji
dan iming-iming para calon sebagaimana pernah dirasakan warga pada
pemilihan-pemilihan sebelumnya, baik pemilihan gubernur, bupati atau
walikota, maupun pemilihan legislatif. Ditambah lagi tak adanya calon dalam
pilgubsu kali ini yang memberi keyakinan kepada rakyat bahwa calon tersebut
benar-benar figur yang pro rakyat. (***)
http://politik.kompasiana.com/2013/03/02/pilgub-sumut-tanpa-calon-yang-pro-rakyat-538647.html
http://www.facebook.com/notes/simbolon-m-alinapiah/pilgub-sumut-tanpa-calon-yang-pro-rakyat/10151339265991864
Klik dan Baca juga Artikel ini di :
http://www.facebook.com/notes/simbolon-m-alinapiah/pilgub-sumut-tanpa-calon-yang-pro-rakyat/10151339265991864
Tidak ada komentar:
Posting Komentar