Efek Jokowi Tak Perlu
Diragukan
Oleh : M Alinapiah Simbolon
Pasangan
Rieke Diah Pitaloka - Teten Masduki di Pilgub Jawa Barat dan pasangan Effendi
MS Simbolon - Jumiran Abdi di Pilgub Sumatera Utara, adalah dua pasangan calon
gubernur dan wakil gubernur yang diusung PDIP. Kedua pasangan tersebut dirundung
nasib yang sama, yaitu sama-sama kalah, sama-sama berada di posisi runner up dan
sama-sama dikalahkan calon yang di usung PKS, dalam pemilihan yang hanya
berlangsung satu putaran. Tak hanya itu, kedua pasangan itu juga sama-sama
mendaulat Jokowi sebagai juru kampanyenya.
Karena
kedua pasangan calon itu sama-sama menggunakan pengaruh Jokowi, maka tak pelak,
banyak kalangan memberikan penilaian miring terhadap Jokowi. Yang tendesius
mendiskreditkan Jokowi juga muncul, karena sebagai jurkam Jokowi tak bisa
memenangkan kedua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung PDIP.
Malah ada pula yang meragukan pengaruh figur Jokowi.
Dengan
posisi sebagai jurkam, bukan sepenuhnya salah Jokowi karena tak bisa
memenangkan pasangan yang diusung PDIP tersebut, tapi memang figur kedua
pasangan calonlah yang tak bisa menggaet suara rakyat. Harus
diingat bahwa figur kedua pasangan calon itu bukan seperti figur Jokowi. Figur
Jokowi yang kental berkarakter pro rakyat telah terbukti berhasil menjadi
magnet yang mampu menarik simpati rakyat. Kemenangan Jokowi di Pilgub DKI
Jakarta merupakan bukti kuat bahwa Jokowi adalah figur yang sangat luar biasa.
Tak ada yang menyangka sosok pendatang berhasil menang ditanah leluhur
pesaingnya. Bahkan yang ditaklukkannya adalah figur saingan yang saat itu masih
berposisi sebagai penguasa.
Tak
bisa disimpulnya kekalahan pasangan Rieke –Teten di Pilgub Jawa Barat dan
Effendi Simbolon - Jumiran di Pilgub Sumut, akibat tak ampuhnya
pengaruh kehadiran Jokowi sebagai jurkam. Bisa saja Rieke-Teten atau pun
Effendi Simbolon – Jumiran, berhasil jadi runner up dengan raihan suara yang signifikan,
sangat besar pengaruh dari kehadiran Jokowi. Atau bisa saja warga Jabar yang
tak memilih Rieke dan Teten, dan warga Sumut yang tak memilih Effendi Simbolon
– Jumiran, karena menilai kedua sosok pasangan tersebut tak punya
karakter seperti pasangan Jokowi-Ahok.
Publik
tahu, kehadiran Jokowi sebagai jurkam di Jawa Barat dan di Sumut mendapat
sambutan yang luar biasa dari warga, bahkan warga sampai mengelu-elukan Jokowi.
Antusias warga menghadiri masing-masing kampanye kedua pasangan tersebut, tak
diragukan karena ingin melihat langsung sosok Jokowi, dan bukan fokus karena
mendukung kedua pasangan calon tersebut
Yang
paling menarik ketika kedatangan Jokowi ke Medan bersama Ketua Umum PDIP
Megawati Sukarnoputri. Berjibun warga antri menunggu kedatangan Jokowi di
Bandara Polonia. Dengan satu tujuan untuk melihat langsung sosok Jokowi. Yang
menyedihkan, Megawati Sukarnoputri yang datang bersama Jokowi, tampak
terabaikan dan kehadirannya tak mendapat atensi warga. Pasangan Cagubsu Efendi
Simbolon dan Jumiran Abdi yang menyambut kedatangan Jokowi dan Megawati,
terlihat berposisi seperti pengawal Jokowi.
Fakta
juga membuktikan, bahwa sebelum kedatangan Jokowi sebagai jurkam,
pasangan Rieke –Teten, diperkirakan hanya akan mendulang suara dibawah 20persen.
Namun setelah Jokowi hadir berkampanye, meskipun tak menang pasangan artis -
aktivis anti korupsi itu berhasil mendulang suara lebih 28 persen.
Begitu
juga, sebelum Jokowi berkampanye di kota Medan, pasangan Effendi
Simbolon-Jumiran tak diperhitungkan meraup suara signifikan di wilayah kota
Medan. Tapi setelah Jokowi berkampanye, tak ada yang menyangka ternyata
pasangan tersebut berhasil menempati urutan kedua dalam meraup suara di ibukota
provinsi Sumut tersebut, dengan capaian 25 persen suara. Tak hanya sebatas itu,
kehadiran Jokowi, kendati hanya di kota Medan, sedikit banyaknya juga berbias
meningkatkan suara pasangan Effendi –Jumiran di luar kota Medan.
Selain
itu perlu diingat, peran Jokowi sebagai jurkam dan satu partai politik dengan
Effendi Simbolon, tak bisa dikesampingkan telah memberi pengaruh kepada warga
untuk menjatuhkan pilihannya kepada pasangan Effendi –Jumiran. Dan publik
harus tahu, bahwa tak masuk akal, figur seorang Effendi Simbolon yang
sebelumnya tak dikenal di Sumut, karena dia tak pernah berdomisili di Sumut dan
bukan pula kelahiran Sumut (meskipun bertnis Sumut), bias berhasil menjadi
runner up di Pilkada Sumut. Meskipun raihan itu banyak faktor penyebabnya, tapi
setidaknya pengaruh Jokowi juga menjadi salah satu faktor.
Sangat
disayangkan dan sangat tak beralasan jika ada anggapan dan penilaian, sosok
Jokowi tak punya efek di Pilkada Jabar dan Sumut, hanya karena masing-masing
pasangan calon yang dikampanyekan Jokowi tak berhasil memang. Mungkin bisa
dimaklumi kalau penilaian seperti itu, karena pandangan yang dangkal serta tak
memahami situasi dan eskalasi politik di kedua pilbgub tersebut. Yang
perlu digaris bawahi, pengaruh sosok Jokowi hanya sebatas jurkam dan bukan
calon. Dan sebagai jurkam kehadirannya, bukan otomatis bisa memenangkan calon
yang dikampanyekannya. Namun demikian kehadirannya sebagai jurkam terbukti bisa
mendongkrak suara calon yang dikampanyekan. Lain ceritanya lagi kalau misalnya
dia yang menjadi calon.
Untuk
sekarang ini dalam kapasitas sebagi figur pemimpin. Jokowi masih tetap sebagai
sosok yang punya pengaruh besar. Dan sosoknya tak hanya berpengaruh di level
provinsi tapi sudah di level nasional. Sosoknya terbukti bisa mempengaruhi
rakyat negeri ini, dan sebagian besar rakyat seantero negeri sangat
mengidolakan sosok Jokowi. Tak bisa ditampik kalau Jokowi telah jadi parameter
penilaian tentang sosok pemimpin yang ideal. Dan memang tak terbantakan kalau
Jokowi merupakan sosok pemimpin harapan rakyat, Efek Jokowi tak perlu diragukan
dan sampai sekarang masih sangat kuat, sebab sampai detik ini sebagian besar
rakyat masih ngefans dan mengdiolakannya. Jokowi masih diyakini rakyat sebagai
pemimpin yang pro rakyat. Survei membuktikan, bahwa Jokowi menempati posisi
teratas sebagai calon presiden, Jadi. (***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar