16
Triliun, Ongkos Melahirkan Koruptor
Oleh
: M Alinapiah Simbolon
Apakah
ada jaminan Pemilu Legisatif 2014, akan melahirkan wakil rakyat yang betul
betul merakyat , jujur, bersih dan tak berprilaku korup ?
Tak
perlu banyak alasan untuk menjawab bahwa tidak ada jaminan. Sebab hampir semua
partai politik, diyakini masih tetap mencalonkan sebagian besar wajah-wajah
lama, alias politisi yang pernah menjabat atau yang saat ini masih menjabat
sebagai wakil rakyat. Dan tak sedikit pula dari calon berwajah lama itu dikenal
sebagai politisi yang tak berpihak kepada rakyat, serta tak sedikut yang
terindikasi dan diindikasikan sebagai politisi yang terkait dengan kasus
korupsi. Malah partai politik yang baru bergabung ikut pemilu pun, diketahui
mencalonkan sejumlah politisi kutu loncat dari partai lain, ataupun dari partai
yang terdegradasi.
Pemilu
2014, dianggarkan berbiaya sebesar Rp 16 Triliun. Jumlah yang sangat fantastis
dan hampir dua kali lipat lebih besar dari anggaran pemilu 2009 yang hanya
sebesar Rp 8,5 Triliun. Anehnya anggaran yang sedemikian besar, kata Menteri
Keuangan Agus Martowardoyo digunakan untuk penyelenggaraan pemilu yang sehat,
terencana, demokratis dan menjaga stabilitas nasional. Dan ditambahkannya lagi
alokasi anggaran dengan jumlah tersebut, diharapkan partisipasi masyarakat pada
Pemilu 2014 dapat mencapai 75 persen.
Kalau
untuk tujuan tersebut, oke-oke saja, dan memang manjadi sebuah pengharapan jika
Pemilu 2014 dapat berlangsung secara sehat, terencana, demokratis dan menjaga
stabilitas nasional, serta tingginya partisipasi masyarakat. Namun sangat
disayangkan jika ongkos pemilu yang sangat fantastis jumlahnya itu, tak
menjamin Pemilu 2014 menghasilkan para legislator yang bersih, jujur dan tak
korup. Apalagi diperkirakan calon legislatif yang akan dicoblos rakyat pada
helatan demokrasi 2014, kebanyakan dari politisi berwajah lama yang sebelumnya
terindikasi berprilaku korup. Jika masih figur-figur yang demikian banyak
dicalonkan partai politik peserta pemilu, maka persentasi yang paling banyak
dilahirkan Pemilu 20124 adalah legislator wajah lama pula.
Tak
hanya itu, jika calon legislatif yang masih berstatus legislator ikut
direproduksi pada Pemilu 2014, secara kuantitatif lebih banyak dihidangkan
untuk dicoblos oleh rakyat, sangat memungkinkan terhambatnya target pemilu yang
bersih dan demokratis dan terjaganya stabilitas. Dan target peningkatkan
partisipasi rakyat juga sangat memungkinkan takkan tercapai. Sebab
kemungkinan calon legislatif wajah lama, lebih berpotensi melakukan cara-cara
tak sehat dan melanggar nilai-nilai demokrasi agar terpilih kembali sebagai
legislator, kendati caleg pendatang baru juga berpotensi melakukan hal yang
sama. Dalam kondisi ini tentunya rentan terciptanya instabilitas
Selain
itu, besarnya jumlah caleg muka lama yang jadi menu pilihan pada pesta politik
di 2014, memicu munculnya sikap apatis dari rakyat. Rakyat akan berpikir
kebanyakan calon yang dipilih yang tak pro rakyat dan takkan membuat perubahan,
karena saat masih menjabat sebagai legislator kebanyakan dari mereka tak
terlihat tak mencerminkan legislator yang pro rakyat dan pro perubahan.
Refleksinya, rakyat pun banyak yang tak tergiur menggunakan hak pilihnya
alias berposisi sebagai Golput pada Pemilu 2014.
Sangat
disayangkan jika ongkos untuk proses melahirkan legislator Pada Pemilu 2014
yang sangat wah jumlahnya, akhirnya akan menghasilkan legislator yang
terindikasi koruptor, atau akan menghasilkan legislator yang setelah terpilih
kembali, baru terungkap sebagai koruptor. (***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar