Anas
Dendam, Partai Demokrat Terancam
Oleh
: M Alinapiah Simbolon
Setelah ditetapkan
sebagai tersangka Kasus Korupsi Proyek Hambalang oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), pastinya tak mungkin tak ada rasa sakit hati dan dendam yang dari
seorang Anas Urbaningrum. Meski Anas sendiri menunjukkan sikap yang tenang
setenang penampilannya setelah jadikan tersangka oleh KPK, namun yang bisa
ditangkap bahwa dibalik ketenangan sikap Anas, adalah sikap resistensi atau
perlawanan dari Anas, yang substansinya
tertuju kepada penguasa Partai Demokrat. Dan perlawanan tersebut, tak bisa pula
dibilang bukan didasarkan dendam.
Tabuhan genderang perlawanan
dari Anas membahana tak lama dirinya ditetapkan sebagai tersangka. Mulai dari
isi status BBM nya “Nabok Nyilih Tangan“ yang artinya “Memukul
Meminjam Tangan”, nyata menyindir ke lingkaran penguasa di Partai
Demokrat. Seterusnya ungkapan kebingungan Anas seputar penetapan
status tersangka terhadap dirinya, apakah itu merupakan pristiwa hukum atau
politik, juga menindikasikan perlawanan yang arahnya ke penguasa Partai
Demokrat, yang disampaikan melalui orang dekatnya yang juga politisi Partai
Demokrat, Saan Mustafa.
Frekwensi
perlawanan yang dilakukan Anas pun semakin meninggi, sehari setelah, ditetapkan
sebagai tersangka, tepatnya hari Sabtu tanggal 23 Februari 2013, Anas pun
menggelar jumpa pers di kantor DPP Partai Demokrat. Kendati dalam jumpa pers
tersebut Anas menyatakan pengunduran dirinya dari Ketua Umum DPP Partai
Demokrat, namun dalam pidatonya Anas dengan tegas mengindikasikan akan
melakukan perlawanan terhadap penguasa Demokrat. Dari seluruh isi pidatonya,
sebagian besar adalah bahasa perlawanan yang terucap dengan kalimat bernuansa
ancaman terhadap eksistensi Partai Demokrat ke depan.
Diskripsi
perlawanan, tergambar mulai soal alasan pengunduran dirinya. Anas
mengeyampingkan soal penandatanganan fakta integritas yang dicanangkan Susilo
Bambang Yudhoyono selaku Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat yang juga Ketua
Dewan Pembina. Dikatakannya bahwa dia mundur bukan karena dia telah
menandatangani fakta integritas, tapi mundur karena itu adalah standar etika
yang sudah dipegangnya. Dan hanya kebetulan saja standar etika yang dipegangnya
sesuai dengan fakta integritas. Menurut Anas ada atau tidak ada fakta
integritas dia akan mengundurkan diri kalau jadi tersangka.
Anas juga
menuturkan flashback ketika dirinya dipersilahkan SBY untuk lebih fokus
menghadapi masalah hukum di KPK, saat pengkebirian wewenangnya sebagai Ketua
Umum Partai Demokrat oleh Majelis Tinggi Partai Demokrat, Sejak saat itu dirinya
sudah divonis punya status hukum, yaitu tersangka. Apalagi Anas tahu kalau
beberapa petinggi di Partai Demokrat yakin betul dirinya bakal jadi
tersangka. Menurut Anas semua itu merupakan rangkaian yang pasti
tidak bisa dipisahkan dari apa yang disebut sprindik (bocornya Sprindik KPK). Itu satu peristiwa
rangkaian yang utuh, terkait dan erat. Dan Anas mengatakan, tidak butuh
pencermatan yang terlalu canggih untuk mengetahui rangkaian itu. Bahkan
masyarakat umum pun dengan mudah membaca dan mencermatinya. Dan dalam hal ini,
intinya dia jadi tersangka buah dari tekanan politik.
Selanjutnya,
diungkapkannya pula bahwa keterpilihannya sebagai Ketua Umum DPP Partai
Demokrat, pada Kongres II Partai Demokrat di Padalarang Kabupaten Bandung Barat
Jawa Barat 24 Mei 2010, sejak awal memang tidak diharapkan. Ia mengibaratkan
dirinya adalah bayi baru lahir, tapi bayi yang tak diharapkan kelahirannya.
Meskipun dia telah menjalankan amanah tersebut selama lebih dari dua tahun.
Menurut Anas, masalah yang dihadapinya saat ini tidak lepas dari rangkaian
tekanan yang diterimanya sejak awal terpilih menjadi Ketua Umum Partai
Demokrat.
Indikasi ancaman
juga dicetuskan Anas, dengan mengingatkan dan kalau ke depan Partai Demokrat
masih akan menghadapi ujian yang besar. Terutama ujian terkait etika politik yang dianut selama ini, yakni
santun, bersih, dan cerda, akan diuji oleh sejarah, apakah Partai
Demokrat partai yg bersih atau tidak bersih, partai bersih atau yang korup.
Ujian lainnya yang akan dihadapi, apakah Partai Demokrat sebagai partai
yang cerdas atau tidak cerdas, partai yang solutif menawarkan gagasan yang
bernas untuk masa depan bangsa atau bukan. Juga akan diuji apakah Partai
Demokrat menjadi partai yang santun atau partai yg sadis. Tentu ujian itu
menurut Anas akan berjalan sesuai dengan perkembangan waktu dan keadaan. Tapi
yang paling penting, bahwa tidak ada pengarahan dan kebencian, dan kata Anas
itu jauh dari rumus politik yang dianutnya.
Yang paling keras
dari pernyataan Anas saat pidato pengunduran dirinya adalah saat Anas
mencetuskan kalimat yang berbunyi , “ Hari ini Saya nyatakan sebagai
permulaan. Ini baru awal dari langkah-langkah besar. Ini baru halaman pertama.
Masih banyak halaman berikutnya yang akan kita buka dan akan kita baca bersama
untuk kebaikan bersama”. dan dilanjutkan dengan kalimat “Jadi ini bukan
tutup buku. Ini pembukaan buku halaman pertama. Saya yakin halaman berikutnya
akan makin bermakna bagi kepentingan kita bersama”. Pernyataan Anas
yang bertujuan menyikapi anggapan atau ramalan dari pihak-pihak yang menyebut
penetapan dirinya sebagai tersangka terkait dugaan korupsi proyek Hambalang
merupakan akhir dari segalanya itu, merupakan ancaman keras buat Partai
Demokrat, apalagi ancaman Anas tersebut dibarengi dengan ajakan kepada awak
media bahwa akan banyak buku yang akan dibaca bersama.
Ancaman itu
menimbulkan berbagai tanggapan dari sejumlah kalangan termasuk dari elit dan
politisi Partai Demokrat. Perang pernyataan pun tak bisa dihindari, antara
yang pro dengan yang kontra. Ada yang menilai hanya sebatas
ancaman, namun ada yang menilai bahwa itu merupakan ancaman besar yang
pasti akan dibuktikan oleh Anas. Ruhut Sitompul, elit dan politisi yang
sebelumnya paling berani mendesak Anas mundur, sehingga dicopot Anas dari
kepengurusan Partai Demokrat, menilai ancaman Anas situ hanya sebatas gertak
sambal, dan langkah Anas itu ibarat semut yang akan diinjak, tapi masih
melakukan perlawanan untuk hidup. Sementara, merespons pernyataan Ruhut,
Muhammad Rahmat, yang sebelumnya juga telah mengundurkan diri dari jabatan
Wakil Direktur Eksekutif DPP partai Demokrat,mengatakan bahwa pernyataan Anas
bukanlah gertak sambal. Rahmat yakin Anas membuktikan omongannya. Ditegaskan
orang dekat Anas tersebut, kalau itu terjadi dan Anas benar, maka elektabilitas
Partai Demokrat akan semakin turun. Selain itu ada juga muncul tanggapan
pro pada Anas yang terkesan memanfaatkan situasi, sekaligus ingin menambah
keterpurukan Partai Demokrat, tanggapan tersebut datangnya dari elit dan
politisi partai lain.
Terlepas adanya
pro kontra dan berbagai tanggapan, tampaknya Partai Demokat tak mau menilai
ancaman Anas itu sebelah mata. Setidaknya Partai Demokrat melalui Majelis
Tinggi Partai Demokrat yang diketuai SBY, melalui pertemuan Majelis Tinggi
Partai Demokrat, dalam merespons pengunduran diri Anas, mengambil langkah
antisipatif terkait pernyataan, tudingan dan serangan Anas terhadap Partai
Demokrat. Dalam poin1, 5, 6 dan 7 merupakan 4 poin dari 7 poin yang dikeluarkan
Majelis Tinggi Partai Demokrat merespons pengunduran diri Anas, merupakan poin
tanggapan atas pernyataan, tudingan dan serangan Anas terhadap Partai Demokrat,
dan dalam ke empat poin tersebut juga bermaksud untuk menangkis tudingan
sekaligus meredam serangan serta melunakkan sikap Anas.
Logikanya seorang
takkan melawan dan takkan menyerang jika tak merasa dizholimi. Tentunya itu
juga sangat bisa berlaku pada diri seorang Anas. Memang tak terungkap dan tak
terekspresi adanya dendam, jika melihat penampilannya yang tenang. Tapi bisa
terbaca, dan terdeteksi kalau segala tudingan dan serangannya terhadap mantan
partai yang dipimpinnya itu adalah refleksi dari rasa dendam, apalagi Anas
bertindak melakukan serangan didasarkan kengototannya yang merasa yakin tak
bersalah di Kasus Proyek Hambalang, dan keyakinannya bahwa ada tekanan politik
atas penetapannya sebagai tersangka. Dari perkembangan selanjutnya, memang
tampaknya Anas, akan bertindak melakukan perlawanan, secara hukum terkait
penetapannya sebagai tersangka akan dilakukan secara hukum, dan terkait masalah
politik akan dilakukan secara politik, Dan Anas telah memberikan sinyelemen
akan berada dibarisan terdepan dalam penegakan hukum dan pemberantasan korupsi,
Apalagi Anas diyakini punya data terkait penyelewengan sejumlah kasus, termasuk
dana talangan Rp 6,7 Triliun untuk Bank Century. Dan tambahan lagi Anas
tampaknya mendapat dukungan dari berbagai kalangan untuk melakukan perlawanan.
Nah… Kalau memang
benar Anas punya halaman berikutnya yang bisa dibaca bersama,
maka Partai Demokrat pasca mundurnya Anas, akan tetap berada pada posisi
terancam yang berkepanjangan, sebab partai besutan SBY tersebut memang sudah sejak
lama berada pada posisi terancam. Dan Partai Demokrat, termasuk SBY serta elit
Partai Demokrat diperkirakan takkan mampung menghadang ancaman dari Anas. Apakah Anas akan berhasil membuat Partai
Demokrat terancam seperti yang dilakukan pendahulunya Muhammad
Nazaruddin? Itu tergantung dari kuantitas dan kualitas bahan ancaman yang
akan dikeluarkan dan ditularkan Anas, dan tentunya itu juga tergantung apakah
dendamnya dendam kesumat atau tidak. (***)
Klik dan Baca
Artkel ini di :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar