Ibas, Politisi Bau
Kencur Yang Dielus Gantikan Anas
Oleh : M Alinapiah
Simbolon
Penyelamatan
partai demokrat dari keterpurukan elektabilitas yang diawali dengan
pengkebirian otoristas Anas Urbaningrum selaku Ketua Umum Partai Demokrat
disertai pengambilalihan kekuasaan oleh Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua
Majelis Tinggi dan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, lalu dilanjutkan dengan
penandatanganan Fakta Integritas dan penyelenggaraan Rapimnas, serta
diwarnai pengunduran diri Edhi Baskoro alias Ibas dari Anggota DPR RI, adalah
rentetan rangkaian perkembangan politik yang terjadi di tubuh partai demokrat.
Pengunduran diri
Seketraris Jenderal Partai Demokrat itu dari anggota DPR RI dengan alasan untuk
fokus mengurus partai, merupakan perkembangan menarik, dan memicu ragam
pendapat dan analisa. Ada kesan pengunduran itu sebagai bentuk pengeliminasian
atas terkuaknya prilaku buruk Ibas yang tak muncul di sidang paripurna DPR RI,
tapi tertangkap kamera mengisi absen sebelum paripurna berlangsung. Namun salah
satu isu yang juga mengaktual seputar pengunduran diri Ibas, adalah rencana
politik untuk menjadikan Ibas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat menggantikan
Anas Urbaningrum. Kendati banyak interpretasi yang muncul terkait
pengunduran diri Ibas, tapi setidaknya alasan pengunduran diri Ibas itu,
menjadi pemicu munculnya pendapat kalau memang Ibas memang dielus untuk diusung
dan dijadikan orang nomor satu di partai demokrat.
Isu rencana
pengusungan Ibas menggantikan Anas, tentunya masih hanya sebatas isu yang belum
tentu menjadi sebuah kebenaran. Tapi hal lebih menarik yang perlu dibahas dan
menjadi tanda tanya besar, Apakah sosok Ibas sudah pantas jadi Ketua Umum
Demokrat ?
Kalau berbicara
soal kepantasan, setidaknya harus dilihat dulu dua aspek yang
menjadi modal dasar seseorang dianggap mampu berpolitik yaitu latar belakang
pendidikan dan pengalaman berpolitik diantara pengalaman berpartai dan
berorganisasi Kalau dilihat dari pendidikan, memang latar belakang pendidikan
Ibas tak perlu diragukan. Putra sulung SBY kelahiran Bandung 24 November 1980
itu, meraih gelar Bachelor of Finance and E-Commerce tahun 2005 dari
Curtin University, Perth, Australia. Ibas kemudian melanjutkan studinya di
Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University,
Singapura, dimana ia meraih gelar masternya pada tahun 2007 dengan spesialisasi
Ekonomi Politik Internasional.
Namun dalam
berpolitik, tak semata hanya faktor pendidikan yang tinggi dan tamatan luar
negeri. Pendidikan memang merupakan modal dalam hal keilmuan untuk mendukung
kualitas dalam perjalanan karir politik seeorang, serta sebagai salah satu
syarat bagi seorang politisi untuk bisa menjadi seorang pejabat politis.
Prinsipnya seseorang dinilai sebagai politisi adalah karena kepiawaian dan
pengalamannya dalam berpolitik. Banyak contoh bahwa tak sedikit orang
yang hanya dengan modal pendidikan pas-pasan, namun piawai sebagai politisi
karena pengalamannya dalam berpolitik. Dan perlu diingat bahwa berpolitik tak
hanya sebatas berada di lingkaran partai politik tapi juga didukung pengalaman
pernah berkecimpung di dunia organisasi.
Dan Ibas hanya
masih sebatas punya pendidikan tinggi dan tamatan luar negeri, tapi tak punya
modal pengalaman politik yang didukung pengalaman dijenjang partai politik dan
pengalaman berorganisasi. Sebelumnya tak pernah terdeteksi kalau sosk Ibas
punya pengalaman berpartai dan berorganisasi. Dalam hal pengalaman berpartai,
dia juga tak punya jenjang karir di partai demokrat. Ibas masuk ke partai
demokrat langsung jadi Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat, dan itu atas
usungan para politisi penjilat yang ada di partai demokrat dan karena Ibas anak
kandung SBY selaku pendiri yang secara impisit pemilik asli partai
demokrat.
Tak adanya
pengalaman Ibas dalam berpolitik, memang tak terbantahkan secara fakta. Selama
menjadi politisi dan legislator di senayan, Ibas tak menunjukkan bahwa dirinya
seorang politisi. Selama menjabat sebagai anggota DPR RI, Ibas juga tak
mengimflementasikan dirinya sebagai seorang wakil rakyat, dan tak sekalipun
dari moncong seorang Ibas keluar kalimat dan pernyataan yang mengindikasikan
kalau dia adalah penyampai aspirasi rakyat.
Siapa pun tahu
kalau di partai demokrat Ibas adalah politisi karbitan yang di plot langsung
jadi Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, karena dia putra pendiri dan putra
ketua dewan pembina partai demokrat serta putra presiden. Sebelum duduk jadi
petinggi partai demokrat, tak ada yang meragukan kalau pengalaman Ibas dalam
berpolitik dan berorganisasi memang sama sekali masih dangkal, karena
sebelumnya Ibas tak pernah berkecimpung dan tak berpengalaman di kancah
perpolitikan dan keorganisasian.
Memang harus
diakui kalau keterpilihan Ibas sebagai anggota DPR RI pada pemilu 2009 dari
Daerah Pemilihan VII Jawa Timur, mewakili 5 daerah: Pacitan, Ponorogo,
Trenggalek, Magetan, dan Ngawi, dengan perolehan suara tertinggi se Indonesia
yakni 327.097 suara. Namun harus diakui juga, kalau Ibas terpilih karena dia
mencalon dari kampung dan tanah kelahiran orang tuanya, dan dia dipilih oleh
konstituen bukan karena memandang dia sosok seorang Ibas, tapi sosok anak
seorang presiden.
Kalau dibandingkan
dengan sosok Anas Urbaningrum yang baru dilucuti kewenangannya sebagai Ketua
Umum Partai Demokrat oleh SBY, tentunya Ibas tak ada apa-apanya dan tak pantas
dibandingkan dengan Anas. Anas yang punya modal pendidikan dan sarat pengalaman
berpolitik tak diragukan lagi eksistensinya sebagai politisi yang handal, dan
dia berpolitik tak didukung oleh nama besar orangtuanya, karena orang tuanya
bukan orang terkenal.
Sebelum masuk
lingkaran partai demokrat, kiprah Anas di dunia organisasi juga sangat
spektakuler. Masih di usia muda, organisasi besar yaitu PB Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) sudah di nahkodainya, dan pernah berkecimpung di lembaga negara
yang mengatur partai politik dan mengurusi pemilihan umum yaitu Komisi
Pemilihan Umum (KPU). Bahkan, sejarah telah mencatat, bahwa keberadaan Anas di
partai demokrat itu adalah karena pinangan SBY, karena saat itu SBY melihat
kemampuan Anas sebagai seorang politisi muda yang handal. Dan harus diingat
pula, seorang SBY saja terlihat sangat hati-hati ketika melucuti kewenangan
Anas selaku Ketua Umum Partai Demokrat, dan itu juga karena memandang
kepiawaian dan kehandalan seorang Anas dalam berpolitik..
Jadi kalau melihat
sosok Ibas, lalu dibandingkan dengan sosok Anas, baik dari segi pengalaman dan
kepiawaian berpolitik, maka jelas terlihat perbedaan yang sangat mencolok, dan
Ibas layaknya seorang politisi yang masih bau kencur, dan masuk ke politik
dimuluskan oleh nama besar orang tuanya. Maka jika dipandang dari sudut apapun,
sungguh tak pantas kalau sosok Ibas yang masih kategori politisi bau kencur dan
anak bawang di dunia politik, menggantikan Anas yang merupakan sosok
politisi kawakan yang sarat pengalaman. Dan yang sangat ironis dan juga dinilai
sangat tak pantas, bila kelak segerombolan politisi senior, handal dan sarat
pengalaman yang berada di partai demokrat, dipimpin dan diperintah seorang
politisi bau kencur bernama Edhi Baskoro Yudhoyono alias Ibas. Itu pun kalau
kelak memang benar Ibas diplot menggantikan Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum
Partai Demokrat, sebagaimana pendapat dan isu yang berkembang. (***)
Klik dan Baca
Artkel ini di :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar