Partai
Demokrat, Riwayatmu…. Kini !
Oleh
: M Alinapiah Simbolon
Penonaktifan sementara
Anas Urbaningrum dari tugas dan
wewenangnya sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat, dan pengambilalihan
wewenang dan tanggung jawab partai oleh Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua
Dewan Pembina yang juga Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, dengan alasan penyelamatan
partai demokrat, merupakan langkah politik yang memang harus diambil SBY. Terlepas
apakah cara yang dilakukan SBY tersebut dianggap sesuai sesuai aturan dan mekanisme partai atau tidak,
ataupun sudah sesuai dengan nilai demokrasi
atau bentuk sikap otoriter, yang jelas alasan penyelamatan partai demokrat, menjadi
dasar yang sangat prinsip, mengingat partai demokrat telah mengalami keterpurukan
yang ditandai elektabilitas partai yang turun drastis sehubungan indikasi
keterlibatan Anas Urbaningrum dalam kasus korupsi Hambalang, ditambah lagi
keterlibatan sejumlah elit pusat dan politisi partai demokrat sebagai pelaku
kasus korupsi.
Pemeretelan habis
kewenangan Anas sebagai Ketua Umum, sekaligus pengalihan otoritas tugas dan
tanggung jawab partai dari tangan Anas ke tangan SBY, pada prinsipnya akan
bermuara ke pencopotan Anas dari Ketua Umum secara permanen. Anas yang
disarankan untuk fokus menghadapi persoalan kasus korupsi hambalang yang ditangani
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dipastikan takkan mampu, melepaskan diri
dari kasus hukum yang disarankan untuk dihadapinya. Tak logis Anas dalam waktu
yang singkat bisa menyelesaikan masalah hukum sehubungan keterkaitannya dengan
kasus korupsi Hambalang. Apalagi estimasi kuat Anas bakal jadi tersangka dan
selanjutnya di cokok oleh KPK. Jika kelak benar-benar dijadikan tersangka dan
ditahan pula oleh KPK, sudah jelas penonaktifan permanen alias pencopotan pasti
akan terjadi.
Pada dasarnya SBY sudah
baca perkembangan kasus Hambalang, atau bisa saja sebelumnya SBY memang sudah
dapat informasi, dan meyakini Anas bakal dicokok KPK. Disamping itu sebelumnya
juga ada penyataan Ketua KPK Abraham Samad, yang memberi sinyal kuat bahwa Anas
tak lama akan senasib dengan Andi Malaranggeng, sekaligus menambah daftar
politisi partai demokrat lagi terjerat kasus korupsi.
Namun harus disadari
SBY dan petinggi partai demokrat bahwa, penurunan elektabilitas, penyebabnya
bukan karena Anas seorang, tapi sudah meng kompleksitas, alias banyak faktor penyebab.
Memang faktor Anas cukup berperan, karena dia menjabat ketua umum, namun disamping
faktor Anas, juga dianggap berperan menurunkan elektabilas partai demokrat adalah
keterlibatan sejumlah elit dan politisi partai demokrat lain sebagai pelaku
korupsi, baik yang sudah divonis maupun
masih dalam pemeriksaan. Tak hanya itu, faktor SBY juga dinilai punya peran menurunkan
elektabilitas partai demokrat, karena kepemimpinan SBY sebagai komandan pemerintahan
dan negara ini, juga dinilai tak membawa perubahan bagi rakyat bangsa dan negara,
apalagi selama SBY presiden, praktek korupsi
terlihat semakin marak dan menggurita.
Tentu masih belum sirna
dalam ingatan, ketika Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin, melarikan
diri dengan alasan berobat ke Singapura, karena terkuaknya kasus korup Wisma
Atlit. Apalagi selama dalam pelarian ke Singapura sampai akhirnya tertangkap di
Kolombia, Nazaruddin masih menyempatkan diri mengoceh, dan mengaku adanya keterlibatan
sejumlah elit dan politisi partai demokrat, dalam kasus korupsi yang dituduhkan
kepadanya, bahkan pelariannya ke Singapura sempat diungkapkan Nazaruddin adalah
atas saran Anas dan sejumlah elit partai demokrat.
Ocehan Nazaruddin itu pun
berlanjut saat dia diperiksa oleh KPK maupun saat dia disidangkan, bahkan
sampai sekarang dia pun masih terus ngoceh, Faktanya, ocehan nazaruddin menjadi pembuktian
keterlibatan elit dan politisi partai demokrat. Angelina Sondakh dan Andi
Malaranggeng adalah dua elit dan politisi partai demokrat korban hasil ocehan sakti
Nazaruddin, dan berikutnya Anas Urbaningrum juga diperkirakan akan jadi korban
ocehan sakti Nazaruddin tersebut.
Sebenarnya terkuaknya
kasus korupsi Nazaruddin, merupakan awal dari kehancuran partai demokrat.
Sangat disayangkan, kenapa saat itu SBY tak jeli selaku Ketua Dewan
Pertimbangan Partai Demokrat. Kalau dia jeli sepatutnya sejak terkuaknya kasus
Nazaruddin dia langsung bertindak melakukan penyelamatan partai besutannya itu.
Sebagai seorang politikus SBY sepatutnya bisa membaca tanda-tanda kehancuran partai
demokrat pasca tertangkapnya Nazaruddin, apalagi sudah ada indikasi kuat
keterlibatan sejumlah elit dan politisi demokrat, dan berpeluang muncuat ke public.
Kalau saat itu SBY memang tidak bisa membaca gelagat kehancuran partai demokrat,
berarti SBY bodoh dalam berpotitik. Kalaupun dia tahu, tapi pura-pura tidak
tahu, berarti sama saja SBY juga kategori orang yang bodoh dalam berpolitik,
karena melakukan pembiaran.
Penyelamatan partai demokrat
yang dilakukan baru-baru ini jelas merupakan upaya telat, walupun berbagai cara dan terobosan dilakukan
dan akan dilakukan untuk memulihkan citra partai tersebut, seperti membuat Fakta
Integritas, rencana Rampimnas dan berbagai upaya lainnya, tampaknya hanya
sekedar efektif untuk kepentingan konsolidasi internal partai, dan tidak punya
pengaruh besar untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap partai demokrat.
Partai Demokrat diperkirakan sangat sulit untuk bangkit,
karena kondisinya sudah babak belur plus hancur lebur. Jangankan untuk
mempertahankan sabuk juara atau mengulangi kemenangan yang diraih pada pemilu
2009, untuk mencari posisi tiga besar pun pada pemilu 2014 pun sudah terasa
sangat sulit. Dan bukan tak mungkin juga posisinya bakal berada di posisi
degradasi. Semua itu akibat kompleksitas persoalan yang dihadapi partai
demokrat, tanpa ada antisipasi dini, terutama masalah kasus korupsi yang melibatkan
banyak elit dan politisinya.
Kalaupun ada tenggang satu
kalender lagi menuju pemilu 2014, sepertinya juga sulit, karena partai demokrat
telah berada pada posisi mundur beberapa langkah, dan harus bekerja keras
melakukan pemulihan citra partainya, sementara sejumlah partai lain sudah pada
posisi maju jalan dan siap mengahadapi pemilu 2014. Meski ada partai lain yang
kondisinya nyaris sama dengan partai demokrat, namun partai itu bukan partai
pemenang pemilu, dan tak terbebani target mempertahankan kemenangan, dan
kondisinya juga tidak separah partai demokrat.
Sebelumnya SBY juga telah
memberikan sinyal dan menyadari kalau partai yang membesarkannya dan menjadikan
dia sebagai presiden akan sulit mempertahankan posisi sebagai partai pemenang
pemilu 2013. Namun tampaknya SBY masih berusaha membangkitkan partai demokrat
ditengah hancurnya kredebilitas partai yang dibesutnya itu. Upaya ngotot SBY membenahi
konstruksi serta merecoveri wajah partainya itu, bukan hal yang gampang. SBY
harus sadar ,meskipun dia masih presiden dan masih punya kekuasaan secara
politik, bahwa mengembalikan kepercayaan dan simpati rakyat tak semudah yang dibayangkan.
Kalau partai demokrat tak mampu memang pada pemilu 2014, adalah konsekwensi
dari terpuruknya citra partai demokrat saat ini. SBY, elit dan politisi partai
demokrat, kelak jangan menyalahkan rakyat
yang tak mau lagi menjatuhkan pilihan pada partai demokrat, tapi renungkanlah
kenapa saat ini rakyat alergi dan hilang kepercayaan pada partai demokrat. Riwayat partai demokrat saat ini, akan menjadi
rangkaian riwayat partai demokrat dimasa mendatang ! Partai Demokrat, Riwayatmuuuu……
Kini !!! (***)
Klik dan Baca
Artkel ini di :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar