Magnet
Jokowi
Oleh
: M Alinapiah Simbolon
Bukan bermaksud
diskriminatif, pastinya kalau hanya memandang dari sisi fisik plus penampilan, jasad seorang Joko Widodo alias Jokowi, memang
bukan gaya yang pas untuk diidolakan. Dibilang ganteng, jelas memang tak ganteng,
dan kalaupun ada yang bilang dia ganteng itu tegantung siapa yang menilainya. Yang
jelas postur Jokowi kerempeng seperti kurang gizi, dan penampilannya juga jauh
dari gaya modis, kalau diperuntukkan jadi seorang model. Ini adalah penilaian
jujur dalam konteks sebatas penilaian pada sisi fisik dan penampilan seorang Jokowi.
Namun, penilaian yang sangat
jujur juga, kalau sosok konprehensif seorang Jokowi, telah mengidola, bahkan pengidolaan
terhadap Jokowi telah membumi dan mempeneltrasi pelosok negeri ini. Dari segi
popularitas, tak diragukan lagi. Jangkauan popularitas Jokowi tidak hanya me
nasional tapi sudah meng internasional,
meskipun sebagai seorang pejabat dan pemimpin, jabatannya hanya sebatas jabatan pimpinan
tingkat regional yakni Gubernur Propinsi
DKI Jakarta.
Karekter, sikap dan performa
Jokowi, dinilai bukan hasil settingan,
tapi memang merupakan karakter, sikap dan performa lahiriah. Dia merakyat atau
dekat dengan rakyat bukan karena sebatas
ada kepentingan politis. Jauh sebelum pencalonannya sebagai Gubernur DKI, yakni
saat menjabat Walikota Solo dia sudah dikenal pemimpin yang merakyat atau dekat
dengan rakyat. Lalu, setelah dia terpilih sebagai Gubernur DKI, terbukti
karakter, sikap dan performanya sebagai pemimpin yang merakyat dan dekat dengan
rakyat secuil pun tak berubah, Malah intensitas kunjungannnya ke lapangan dan
bertatap muka dengan rakyat lebih intens dan frekwensinya jauh lebih meningkat dibandingkan
saat dia kampanye sebagai Cagub di Pilkada DKI Jakarta.
Blusukan ketempat kumuh
dan kepemukiman rakyat kecil dilakoninya hampir setiap hari. Sementara tugas
kantor dan administrasi diwewangkannya kepada Wakilnya Basuki Tjahaya, Purnama
alis Ahok, kendati tetap harus dikordinasikan dengannya. Bahkan konsep dan
komitmennya bersama Ahok menjadikan
pemerintah DKI Jakarta yang bersih dan bebas KKN, serta menjadikan kepemimpinan
dan pemerintahannya yang pro rakyat tampaknya menjadi pembuktian nyata, kendati masih hitungan bulan menjabat. Paling
tidak itu telah terlihat dari berbagai kebijakan spektakular yang dibuatnya
bersama Ahok, menunjukkan kalau dia pemimpin yang mengedepankan kepentingan rakyat, dan berupa
menciptakan pemerintahan yang besih dan bebas KKN.
Publik tidak lagi
memandang Jokowi seorang pimpinan atau pejabat tingkat propinsi, tapi seorang
tokoh dan pemimpin yang punya nilai plus dibandingkan dengan tokoh dan pejabat tingkat
nasional yang ada. Keberhasilan Jokowi menjuarai Pilkada DKI Jakarta, sebuah
pembuktian bahwa seorang tokoh atau pejabat “kampung” dengan gaya kampungan, yang berhasil menjuarai kompetisi pilkada di ibukora negara, dengan menaklukkan
tokoh dan pejabat ibukota yang sudah punya nama, hanya dengan modal kemampuan
melakukan pedekatan dengan rakyat. Fenomenalnya, dia adalah sosok pemimpin urban
yang berhasil menggaet hati rakyat
ditempat yang didatanginya.
Masih segar dalam
ingatan ketika terjadinya bencana besar yaitu banjir dahsyat yang melanda
Jakarta. Dalam kondisi itu, nyaris tak terdengar suara yang mendiskreditkan Jokowi.
Malah blusukan Jokowi ke lokasi banjir, tetap mendapat mendapat sambutan hangat
dari warga. Tingginya antusias warga menyambut kehadiran Jokowi ditengah-tengah
mereka, warga yang jadi korban banjir pun seakan melupakan kalau mereka sedang
mendapat musibah,
Rintisan karir politik Jokowi
memang mengagumkan, setelah berhasil menang pilkada DKI Jakarta. Sebagai
seorang pemimpin, sosok Jokowi tak terbantahkan sebagai pemimpin yang punya
pamor dan dinilai pemimpin yang bersih. Hal yang sangat mengagumkan tentunya
elektabilitas Jokowi yang mampu melampaui elektabilitas sejumlah tokoh ternama
saat ini. Bahkan dua tokoh papan atas yang merupakan pimpinan partai politik yang
mengusung Jokowi sebagai Cagub DKI, yaitu Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan Megawati Sukarnoputri dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo
Subianto, elektabilasnya berada dibawah Jokowi.
Ketua Umum Partai
Golkar, Abu Rizal Bakri, yang hampir dipastikan ikut capres dari Partai Golkar
pada Pilpres 2015, tak mampu menandingi elektabilitas Jokowi yang belum pasti
jadi Capres, malah perbedaan persentasenya sangat jauh dari Jokowi. Jokowi hanya dalam waktu yang relatif singkat mampu meraih elektabilitas yang
tinggi, sementara sosok ARB yang jauh lebih dulu dikenal dari Jokowi, tak mampu
menaikkan elektabilitasnya, meski dilakukan dengan biaya mahal dan berbagai settingan,
termasuk melalui settingan publikasi media secara jor-joran. Bahkan kalau misalnya
Susilo Bambang Yudhoyono, diikutkan untuk dinilai elektabilitasnya, kemungkinan
besar elektabilitas SBY juga berada dibawah Jokowi.
Harus diakui bahwa
popularitas Jokowi semakin besinar. Itu semua karena penilaian positif atas
kinerja positif yang diperlihatkan Jokowi selaku pemimpin. Pada taggal 3 Januari 2013 lalu, nama Jokowi diumumkan
sebagai Walikota Terbaik nomor tiga di dunia oleh World Mayor Project (Yayasan
Wali Kota Sedunia), penilaiannya adalah saat Jokowi masih menjabat Walikota
Solo. Sosok Jokowi yang sudah kesohor sampai ke berbagai negara, juga membuat perusahaan
konstruksi asal Korea Selatan (Korsel), Doosan Group tertarik, sehingga
berminat bekerjasama dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta.
Melihat pamor terkini
yang ada pada sosok Jokowi, memang tak keliru jika sejumlah lembaga servey membuktikan
figure Jokowi sangat pantas dijagokan untuk
memenangi Pilpres 2014 mendatang. Survei calon Presiden Indonesia 2014 oleh
Aliansi Pemuda Indonesia (API), Jokowi meraih suara sebesar 37,4 persen sebagai
calon presiden dari tokoh parpol, yang kemudian disusul Prabowo Subianto (10,3
persen) dan Jusuf Kalla (6,5 persen).
Lalu, Jokowi juga menempati
urutan nomor satu dalam "Survey Opinion Makers dan Pakar" terhadap 35
tokoh muda potensial yang dinilai berpotensi menjadi figur alternatif di
Pilpres 2014, yang diadakan oleh Pol-Tracking Institute. Dari tiga belas aspek
penilaian yang disurvei, Jokowi secara total unggul dalam sebelas aspek
penilaian, yaitu, aspek integritas, kapabilitas/intelektualitas, kepemimpinan,
pengalaman prestatif, keberanian mengambil keputusan, komunikasi publik,
komunikasi elite, empati dan aspiratif, kematangan emosi, akseptabilitas
publik, dan penerimaan partai, dengan skor total penilaian 78,6.
Hasil survey yang
dibuat oleh Pusat
Data Bersatu (PDB) baru-baru ini, nama Jokowi juga bertengger
di nomor wahid dari 13 orang yang dianggap sebagai Calon Presiden Potensial. Jokowi meraih 21,2 persen, iikuti Prabowo Subianto (18,4 persen), 3. Megawati
Soekarnoputri (13,0 persen) 4. Rhoma Irama (10,4 persen) 5.
Aburizal Bakrie (9,3 persen) 6. Jusuf Kalla (7,8 persen) 7. Wiranto
(3,5 persen) 8. Mahfud MD (2,8 persen) 9. Dahlan Iskan (2,0
persen) 10. Surya Paloh (1,3 persen) 11. Hatta Rajasa (1,2
persen) 12. Chairul Tanjung (0,4 persen) 13. Djoko Suyanto (0,3 persen). Tak
hanya hasil survey, melalui dunia maya pun muncul dukungan untuk pencapresan Jokowi. Di facebook lahir grup bernama, 'Gerakan Memaksa Jokowi untuk Siap jadi
Capres 2014' yang terus disukai
banyak orang.
Susah untuk
membandingkan figur Jokowi dengan figur-figur pemimpin yang ada. Sosok Jokowi seakan
punya magnet yang punya daya tarik luar biasa, sehingga membuat orang banyak tertarik
padanya. Magnet Jokowi ada pada karakter, sikap dan performanya yang
merakyat. Juga yang menjadi magnet adalah
gaya dan penampilannya yang sederhana, ramah, dan dianggap tak dibuat-buat. Sosoknya
tak berbatas dengan siapa saja dan tanpa mengenal usia, termasuk dengan rakyat
jelata sekalipun, sehingga semua kalangan dekat bagai terkena magnitnya. Bahkan
tumpukan sampah, gang sempit, kali yang jorok, dan gorong-gorong, kalau bisa berbicara
akan mengatakan merasa dekat dengan Jokowi.
Sosok Jokowi telah
menjadi magnit bagi semua kalangan, termasuk pejabat dan politisi. Gaya dan
penampilan Jokowi, tak bisa dipungkiri
telah menjadi trend bagi kalangan pejabat maupun politikus di pusat sampai
daerah. Tak sedikit pejabat dan politisi yang latah mengikuti gaya blusukan Jokowi,
sampai-sampai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dinilai mengikuti gaya Jokowi.
SBY, sejumlah Menteri, dan
pejabat tinggi, dan pimpinan parpol atau politisi, tak peduli dianggap meniru gaya
Jokowi. Pada saat banjir Jakarta tahun-tahun sebelumnya, tak pernah terjadi seorang
presiden, sejumlah menteri, pejabat tinggi dan pimpinan parpol atau politisi,
termasuk juga kalangan artis, buka sepatu dan gulung celana sampai selutut, lalu menjejakkan kakinya di areal banjir. Tapi pada
peristiwa banjir Jakarta baru baru ini, pertunjukan seperti itu memang
benar-benar nyata terjadi.
Bahkan menurut analisa
sejumlah kalangan, elektabilitas Megawati dan Prabowo termasuk elektabilatas
PDIP dan Partai Gerindra, belakangan jadi ikut naik, sebab Megawati dan Prabowo
beserta kedua parpol yang mereka pimpin,
mengusung Jokowi sebagai calon gubernur DKI. Pendapat itu tampaknya memang seperti menjadi sebuah
kebenaran, karena sisi penilaiannya adalah sosok Jokowi yang memukau dan
menarik hati rakyat, dan bermuara kepada kemenangan Jokowi pada Pilkada DKI Jakarta. Sehingga
memberikan imbas positif kepada Megawati dan Prabowo serta PDIP dan Partai
Gerindra, karena dinilai telah mengusung
sosok pro rakyat.
Selain itu magnet, Jokowi juga menarik perhatian para kuli tinta.
Bagi media cetak, media online maupun media
elektronik, sosok Jokowi menjadi trend menarik untuk pemberitaan. Jokowi tak
pernah meminta untuk diberitakan oleh media, malah jadwal kunjungannya pun
dirahasiakan dari para kuli tinta. Namun karena sosok Jokowi dan apa yang
dilakukannya, dianggap menjadi berita menarik oleh media, membuat sosok Jokowi tetap
jadi obejek kuntitan dan sasaran para paparazzi. Saking banyaknya pemberitaan
tentang Jokowi, tak heran untuk tahun 2012, Jokowi menjadi tokoh paling popular di pencarian
Google Indonesia. Namun Jokowi harus ingat, bahwa tak bisa dipungkirinya, kalau
peran media sangat signifikan menjadikannya sosok yang populer. (***)
Klik dan Baca
Artkel ini di :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar