Konvensi
Capres Yang Tak Mendapat Tepuk Tangan
Oleh
: M Alinapiah Simbolon
Sejak bulan Agustus
2013 lalu, panggung politik Partai Demokrat diisi salah satu acara seleksi
politik mencari calon presiden, Acara tersebut bernama Konvensi Calon Presiden
Partai Demokrat. Ada 11figur yang ikut jadi peserta konvensi, dan ke 11 peserta
tersebut telah melakukan sejumlah
kegiatan yang telah diagendakan komite konvensi.
Hampir 5 bulan
berjalan, tampaknya greget dan kemeriahan konvensi belum kelihatan. Hiruk pikuk
konvensi pun nyaris tak terdengar. Ke 11 peserta konvensi telah berupaya mensosialisasikan
diri sebagai bakal capres ke publik, namun secara secara umum belum menambah
nilai plus untuk mengangkat citra ke 11 peserta konvensi agar menjadi kandidat
capres yang diminati dan diperhitungkan, serta tak mampu mengangkat citra dan
elektabilitas Partai Demokrat. Kehadiran ke 11 peserta konvensi ke tengah
masyarakat juga terlihat tak mendapat aplaus dan atensi besar.
Estimasi banyak
kalangan dari sejak awal, yang menilai konvensi capres Partai Demokrat bakal
tak mampu menaikkan elektabilitas Partai Demokrat, nampaknya sedikit terbukti,
jika melihat realita perjalanan konvensi sampai saat ini. Gelaran konvensi yang
menjual 11 figur bakal capres Partai Demokrat sepertinya tak punya nilai jual
alias tak laku. Kenapa tak laku ? tentunya banyak faktor penyebab. Yang paling
utama adalah disebabkan kondisi partai demokrat yang telah dicap negatif oleh
publik, terutama sejak terkuaknya sejumlah kasus mega korupsi yang melibatkan
para elit dan politisi Partai Demokrat.
Salah satu anggota
komite konvensi capres Partai Demokrat, Effendi Ghazali, berulang kali
menyampaikan rasa pesimistisnya terikait kegitan konvensi yang tak memiliki
daya jual. Belakangan anggota konvensi yang direkrut dari luar Partai Demokrat
tersebut, memprediksi pelaksanaan konvensi tetap tidak akan meriah di tahun
2014. Pasalnya menurut Pakar Komunikasi Universitas Indonesia itu, hidup dan
matinya konvensi ini sangat tergantung
pada prilaku para elite Partai Demokrat.
Selain banyaknya elit partai yang terlibat kasus korupsi, pernyataan
kontrovesi yang acapkali keluar dari mulut para elit Partai Demokrat sangat mempengaruhi
elektabilitas partai, yang juga mempengaruhi pelaksanaan konvensi sehingga tak mendapat
respon publik.
Sejak publik hilang
simpati dengan partai besutan SBY tersebut, apapun yang diperbuat untuk meningkatkan
elektabilitas Partai Demokrat, termasuk menggelar konvensi capres, tampaknya
tak membuahkan hasil. Justru elektabilitas Partai Demokrat semakin menurun disaat masih berjalannya konvensi.
Ali Masykur Musa, Anies
Baswedan, Dahlan Iskan, Dino Patti Jalal, Endriatono Sutarto, Gita Wiryawan,
Hayono Isman, Irman Gusman, Marzuke Alie, Pramono Edhi Wibowo dan Sinyo Haris
Sarundajang, yang menjadi 11 kandidat capres Partai Demokrat, juga tak mampu
menarik perhatian publik, sehingga tak berimbas meningkatkan elektabilitas
partai penguasa tersebut.
Sosialisasi sejumlah
kandidat capres tersebut secara umum tak mendapat respon positif dari masyarakat,
dan sehingga untuk sementara tak bisa diharapkan mendukung peningkatan
elektabilitas Partai Demokrat. Jangankan untuk meningkatkan elektabilitas,
justru konvensi itu sendiri tak mampu bergaung sebagai sebuah helatan politik
akbar yang digelar oleh salah partai politik besar. Dan manuver konvensi juga
tak mampu membuat para pesertanya tercitra sebagai kandidat capres.
Partai Demokrat dan SBY
termasuk elit partai tersebut, seharusnya jangan berharap banyak dari konvesi
Partai Demokrat, begitu juga sebaliknya konvensi Partai Demokrat juga jangan
terlampau berharap banyak bisa melahirkan capres yang mampu bersaing di Pilpres
mendatang, Harus dimaklumi kondisi
Partai Demokrat yang dilanda gelombang kasus korupsi yang melibatkan banyak
elit partai itu, ditambah lagi kegeraman publik melihat tingkah dan pernyataan
kontroversi yang keluar dari mulut sejumlah politisinya, sangat tak mendukung membuat
konvensi jadi atensi rakyat, apalagi membuat Partai Demokrat kembali terangkat
citranya.
Terbukti sampai saat
ini gaung konvensi tak ada gemanya. Bahkaan tak terdengar suara hiruk pikuk
soal kandidat capres yang ikut konvensi. Harapan kalangan Partai Demokrat,
bahwa kelak capres Partai Demokrat dari hasil konvensi akan mampu bersaing di
bursa Pilpres mendatang, tampaknya jauh dari harapan. Ke 11 kandidat tak bisa
disalahkan sepenuhnya dengan alasan tak maksimal mensosialisasikan diri
kemasyarakat. Kalaupun benar mereka tak maksimal juga tak bisa disalahkan,
karena dari awal publik sudah apriori dan apatis terhadap kenderaan kenderaan
politik yang mereka naiki. Pada kenyataannya mereka sulit mempeneltrasi rakyat
agar memberikan atensi kepada mereka, sebab sebagian besar rakyat memang sudah
berpandangan negatif dan tak simpati dengan Partai yang mengusung kegiatan
konvensi, sehingga berimbas, rakyat juga
menilai negatif dan tak simpati dengan figur ke 11 peserta, karena diusung oleh
Partai Demokrat.
Panggung politik yang
digelar oleh Partai Demokrat bernama Konvensi Capres Partai Demokrat, memang
masih belum usai pelaksanaannya. Hanya beberapa adegan politik yang menjadi
tahapan pertunjukan konvensi baru diperankan oleh 11 figur peserta konvensi. Dan
masih ada lagi sejumlah adegan kegiatan konvensi yang akan diperankan dalam
waktu dekat ini. Namum melihat beberapa adegan yang telah diperankan, yang tak
ada kemeriahannya serta ditambah dengan antipati publik dengan pihak yang
menggelar pertunjukan politik tersebut, sehingga belum mendapat tepuk tangan
publik alias tak mendapat respon, maka tak salah kalau diprediksi bahwa adegan
selanjutnya sampai usai pertunjukan panggung politik yang digelar Partai
Demokrat tersebut, tetap tak kan menjadi pagelaran politik yang meriah, sebab
diperkirakan tak akan menjadi tontonan publik, Setiap pertunjukan yang tak ada
penonton, pasti takkan ada tepuk tangan, atau kalaupun minim penonton, tentu
bakal tetap tak ada tepuk tangan yang meriah.
Klik dan baca juga di
sini :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar