Pangeran
Lengan Panjang dan Kisah 200.000 Dollar
Oleh
: M Alinapiah Simbolon
Sebenarnya kiprah Ibas
di ajang politik tak ada yang luar biasa. Karir politiknya pun tak mumpuni, dan
keberadaannya di Partai Demokrat dengan jabatan Sekretaris Jenderal juga tak
ditempuh melalui proses jenjang kaderisasi, Yang luar biasa dari Ibas adalah
karena dia seorang putra kandung Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI yang
masih menjabat sampai saat ini, sehingga sosoknya jadi perhatian dan mendapat
perlakuan istimewa.
Di lingkungan Partai
Demokrat, perhatian dan perlakuan istimewa terhadap Ibas lebih nyata terlihat.
Dan itu juga tak lepas karena faktor ayahnya sebagai pendiri dan pemimpin
tertinggi di Partai Demokrat. Jabatan Sekretaris Jenderal yang dipegangnya di
usia yang sangat mudah, dan baru seumur jagung menghuni Partai Demokrat adalah
manifesto dari perlakuan istimewa yang diterimanya di Partai Demokrat.
Kebanyakan politisi di
Partai Demokrat, bahkan politisi seniornya, selalu berupaya cari perhatian
alias ambil muka dan angkat telor dihadapan SBY, salah satunya memberi
perlakuan istimewa terhadap putra bungsu SBY tersebut. Pembelaan terhadap Ibas
ketika mendapat kritikan dan sorotan juga sangat berlebihan diperlihatkan para politisi Partai Demokrat.
Perlakuan istimewa
terhadap Ibas di Partai Demokrat, memang sudah tampak sejak awal dia masuk
Partai tersebut. Pertama sekali masuk Partai Demokrat dia langsung menjadi caleg
DPRRI pada Pemilu 2009 melalui Daerah Pemilihan VII Jawa Timur yang meliputi
Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Magetan dan Ngaw. Salah satu daerah di dapol
tersebut yaitu Pacitan merupakan kampung halaman SBY. Faktor Presiden SBY yang saat
itu masih mendapat simpati besar rakyat, membuat Ibas terpilih dengan suara
terbanyak di Indonesia. Tak lama setelah aktif di DPR RI, Ibas dimasukkan dalam
struktur kepengurusan DPP Partai Demokrat sebagai Ketua Departemen Kaderisasi. Kemudian
pada Kongres Partai Demokrat di Bandung
Tahun 2010, Ibas yang masih seumur
jagung menghuni Partai Demokrat di plot menjadi Sekretaris Jenderal DPP Partai
Demokrat mendampingi Anas Urbaningrum yang terpilih menjadi Ketua Umum DPP. Dengan
jabatannya itu, pria kelahiran 24 November 1980 itu pun menorehkan rekor sebagai
Sekretaris partai politik termuda.
Aktivitas Ibas ketika menjadi
anggota DPR RI pun juga tak menonjol. Nyaris tak pernah terdengar suara lantang
yang keluar dari mulut Ibas pada saat rapat-rapat ataupun sidang di DPR. Bahkan
Ibas termasuk salah satu legislator yang kerap bolos mengikuti agenda rapat dan
persidangan. Setahun yang lalu, dia mundur dari keanggotaan DPR RI, tak lama
setelah tertangkap kamera menekan absensi tapi tak masuk pada acara rapat di
DPR RI.
Jika di negara
Monarkhi, maka sebagai anak kepala negara Ibas akan dijuluki sebagai pangeran. Meskipin
negeri ini negara republik, tapi tak menjadi hal yang krusial kalau penulis
dalam konteks tulisan ini menjuluki Ibas sebagai pangeran. Dia anak seorang kepala
negara yang tengah berkuasa, dan dapat perlakuan istimewa, serta kerap berada
di lingkungan istana. Dan memandang dari sisi perlakuan istimewa yang diraihnya,
meskipun Ibas anak kepala negara di negara republik, penulis merasa wajar mengkiaskan sosok Ibas ibarat seorang Pangeran.
Pangeran Edhi Baskoro Yudhoyono.
Julukan Pangeran yang
penulis sematkan kepada Ibas dalam konteks tulisan ini. bukanlah berarti
Pangeran yang dimaknai sebagai calon pemegang takhta kekuasaan negara secara
turun temurun sebagaimana lazimnya di negara monarkhi. Penulis hanya meilhat
sisi perlakuan keistimewaan yang didapat Ibas baik sebagai anak kandung
Presiden dan sebagai politisi dan elit di partai yang di pimpin ayahnya.
Sejujurnya kalau
dicermati, posisi Ibas sebagai Sekjen Partai Demokrat yang notabene merupakan
jabatan orang kedua, lebih tepat mem-pantaskan dirinya dijuluki sebagai seorang
Pangeran di Partai Demokrat. Apalagi jabatan Ketua Umum yang notabene merupakan
jabatan orang pertama di Partai Demokrat, saat ini dipegang oleh ayahnya yaitu
SBY. Dua jabatan tertinggi di Partai Demokrat yang dipegang oleh ayah dan anak
secara bersamaan, sangat pantas dikategorikan sebagai dinasti kekuasaan. Tak
bisa juga dinafikan kalau kondisi dan posisi Ibas demikian, adalah indikator
kuat adanya proyeksi menjadikan Ibas sebagai
calon atau ahli waris pemegang pucuk pimpinan di Partai Demokrat.
Sebagai putra kandung
Presiden SBY, ditambah lagi posisinya sebagai politisi, mantan anggota DPR RI dan
Sekretaris Jenderal partai Demokrat sekaligus tanden ayahnya meminpin Partai
Demokrat, maka wajar jika Ibas jadi perhatian publik. Sebagai anak presiden
sekaligus sebagai politisi, wajar pula jika lensa kamera para paparazzi selalu
mengarah kepadanya. Gestur, gaya dan performa Ibas, dan secuil apapun tentang
diri dirinya akan tetap jadi pusat
perhatian. Informasi tentang Ibas maupun penampilannya jadi objek amatan, oleh
siapa saja, baik kalangan pencari berita maupun orang-orang yang memang
hobbinya tukang mengamati. Di alam demokrasi blak-blakan seperti sekarang ini
sosok seorang Ibas termasuk salah satu sasaran utama untuk dipantau, terutama
untuk disoroti dan dikritik, apalagi ketika ada sisi negatif yang terkait
dengan aktivitas dan sosok Ibas .
Memang kiprah Ibas sejak
menjadi politisi, selalu diwarnai kritikan dan sorotan. Kritikan dan sorotan
terhadap Ibas juga sangat intens. Tingginya frekwensi sorotan dan kritikan
terhadap Ibas, tak terlepas karena posisi ayahnya sebagai Presiden dan Pemegang
kekuasaan tertinggi di Partai penguasa tersebut. Kondisi Partai Demokrat yang
tengah tersuruk dan terpuruk, dimana Ibas menduduki posisi strategis di partai
itu, juga menjadi salah satu penyemangat
untuk mengkrtik dan meyoroti sosok Ibas berikut kinerjanya.
Keberadaannya di Partai
Demorkat sempat membuat dia dituding sebagai politisi karbitan. Perkawinannya
dengan putri Ketua Umum Partai Amanat Nasional yang juga Menko Perekonomian
Hatta Radjasa dinilai banyak kalangan sebagai perkawinan politik. Aktivitasnya
saat menjadi anggota DPR juga kerap mendapat sorotan. Dia termasuk jajaran
anggota DPR yang paling banyak bolos. Pengunduran dirinya dari DPR pasca tertangkap
kamera bolos dari sidang DPR, dan kemudian mencaleg lagi pada Pileg 2014 juga
menjadi cibiran banyak kalangan.
Tak hanya kritikan dan
sorotan, menurut versi keluarga SBY, Ibas termasuk sosok yang sering kena
fitnah. Bahkan SBY sendiri, sebagaimana dicurhatkannya dalam buku yang baru
diluncurkan berjudul “Selalu Ada Pilihan” , bahwa putra bungsunya Edhi Baskoro
Yudhoyono adalah anggota keluarganya yang paling sering di fitnah. “Tampaknya
disamping saya, Ibas lah yang paling sering dihujani fitnah dan pergunjingan.
Seperti tak ada habis-habisnya. Isteri saya sering menitikkan air matanya
mendengar betapa tiada hari tanpa fitnah bagi Ibas” curhat SBY dalam bukunya
tersebut.
Memang sorotan terhadap
Ibas selalu menjadi perhatian. Dari sejumlah sorotan terhadap Ibas, yang
menarik yaitu soal pakaian Ibas. Suami Aliyah yang selalu memakai baju lengan
panjang sempat jadi pergunjingan di dunia maya melalui media social. Karena
sang pangeran Ibas kerap memakai baju lengan panjang, maka lengannya
dicurigai memiliki tato dan penuh
goresan silet tanda pengguna narkoba, Soal baju lengan panjang sang pangeran
pun sempat jadi polemik antara Ibu Ani dengan sejumlah pengguna media sosial di
dunia maya.
Soal Kasus korupsi
Proyek Hambalang yang membuat sejumlah politisi Partai Demokrat indekost gratis
di sel KPK, juga mengaitkan nama sang pangeran berlengan panjang tersebut.
Mantan anggota DPR RI itu, diduga menerima aliran dana proyek Hambalang sebesar
200.000 Dollar AS. Hal itu terungkap berdasarkan pengakuan Yulianis mantan
Wakil Direktur Keuangan Grup Permai usai bersaksdi di persidangan kasus korupsi
Hambalang 14 Mei 2013. Pernyataan Yuliani itu pun menggurita dan jadi isu
hangat. Ibas melaporkan Yulianis ke Polda Metro Jaya dengan tuduhan pencemaran
nama baik.
Sebelumnya nama Ibas
juga disebut-sebut menerima uang dari Proyek Hambalang berdasarkan dokumen yang
pernah beredar pada tanggal 28 Fenruari 2013, di kalangan wartawan yang
bertugas di DPR RI Senayan Jakarta, beredar selebaran dokumen laporan keuangan
milik PT Anugrah Nusantara milik Nazaruddim. Dalam selebaran itu tertera bahwa
Ibas menerima uang 900.000 Dollar AS,
yang diterima sebanyak empat kali. Tanggal 29 April 2010 sebanyak dua tahap
yaitu 500.000 Dollar AS, dan 100.000 Dollar AS. Lalu tanggal 30 April 2010 juga
dua tahap yaitu 200.000 Dollar AS dan 100.000 Dollar AS. Dan kemungkinan 200.000 Dollar AS seperti
pengakuan Yulianis merupakan bagian dari 900.000 Dollar AS yang diterima Ibas. Karna
dalam selebaran yang beredar ada disebutkan Ibas menerima 200.000 Dollar AS.
Sebulan sebelum Anas
Urbaningrum ditahan KPK terkait Kasus Korupsi Proyek Hambalang, kembali persoalan 200.000 Dollar AS, munciut
ke permukaan, Pernyataan Yulianis bahwa Ibas ada menerima 200.000 Dolar AS
dalam persidangan direspon Ketua KPK Abraham Samad saat acara Refleksi Akhir
Tahun Pekan Politik Kebangsaan di Kantor Internationel Confrence of Islamic
Scholars (ICIS) di Jakarta (12 Desember
2013). Abraham menyebut Yulianis aneh, karena keterangan terkait nama Ibas hanya
dilontarkan dalam persidangan tak pernah dikatakannya secara resmi saat di
periksa KPK untuk dimasukkan ke dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP).
Pernyataan Abraham itupun dibantah
Yulianis, dia pun mendatangi Gedung KPK 18 Desember 2013 untuk menyampaikan
surat resmi kepada Ketua KPK agar mengklarifikasi pernyataannya tersebut..
Usai menyampaikan surat
kepada KPK, Yulianis kembali menegaskan bahwa dia pernah menyebutkan nama Ibas saat
diperiksa KPK. Yulianis menyebut nama Ibas saat penyidik KPK menayakan soal
Kongres Partai Demokrat 2010. Didalam suratnya Yulianis yang salinannya
dibagi-bagikan kepada wartawan di gedung KPK, Yulianis mengaku telah menyebut
semua orang yang berkaitan dengan Nazaruddin dalam persidangan. Dalam suratnya
Yulianis juga mengatakan bahwa keterangannya dalam persidangan bukanlah hasil
rekayasa atau titipan pihak tertentu.
Soal 200.000 Dollar AS kembali
marak diperbincangkan, pasca penahanan Anas Urbaningrum oleh KPK. Ucapan terima
kasih Anas kepada SBY tampaknya menjadi siratan peringatan bagi SBY dan Partai
Demokrat termasuk bagi Ibas. Setelah ditahan Anas menunjukkan tanda-tanda
keseriusan untuk mengungkapkan keterlibatan Ibas menerima 200.000 Dollar AS dari
Proyek Hambalang. Seusai diperiksa KPK sebagai tersangka dalam kasus korupsi
Proyek Hambalang, Jumat 17 Januari 2014, Anas pun langsung menyampaikan
pernyataan terkait pemeriksaannya, dan pernyatannya itu menyiratkan keseriusan
membongkar keterlibatan pihak-pihak yang menerima gratifikasi Proyek Hambalang.
Dikatakannya bahwa
pemeriksaan dirinya tersebut sangat produktif . Katanya kalau diibaratkan
sebuah buku, maka apa yang disampaikannya kepada penyidik baru bagian
pendahuluan. Menurutnya apa yang disampaikannya kepada KPK adalah sesuatu yang
sangat penting.
“ Tentu pernyataan,
juga keterangan-keterangan informasi yang saya sampaikan itu, babak baru
pendahuluan, baru bagian awal. Meskipun bagian awal, awal yang penting, karena
tak mungkin ada tengah yang penting atau akhir yang penting.
Keterangan-keterangannya Insya Allah sesuatu yang sangat penting,” ujar Anas seusai diperiksa KPK
Jumat 17 Januari 2014.
Pasca penahanan Anas,
Nazaruddin pun sepertinya mulai berhasrat ingin membongkar pihak-pihak yang
terlibat menerima dana proyek Hambalang, dan tampaknya akan mengarah pada soal 200.000
Dolar AS yang diungkapkan Yulianis diterima Ibas melalui Nazaruddin pada
Kongres partai Demokrat 2010 di Bandung. Keinginan Nazaruddin tersebut tersirat
dari permintaan Nazaruddin yang dikirim ,melalui kepada Yusril Ihza Mahendra
untuk mendampinginya mengungkapkan kasus-kasus besar yang diketahuinya. Permintaan
Nazaruddin tersebut terkait banyaknya tekanan yang diterima di LP Suka Miskin, setelah
mengungkapkan berbagai kasus korupsi ke publik. Dalam surat permintannya itu
Nazaruddin juga menyebut Kasus Hambalang.
Tampaknya soal 200.000
Dolar AS yang diungkapkan pernah diterima sang pangeran legan panjang,
kemungkinan akan terus jadi cerita panjang. Anas Urbaningrum, Nazaruddin,
Yulianis dan sejumlah orang yang terkait dengan kisah 200.000 Dollar AS, akan berposisi
menjadi nara sumber yang menarasikannya. Apakah kisah uang 200.000 Dollar AS,
akan membuat Ibas pindah tugas ke sel KPK mengikuti jejak sejumlah koleganya,
itu akan tergantung apa yang dinarasikan Anas Urbaningrum, Nazaruddin, Yulianis
dan orang yang dianggap mengetahuinya. Dan itu juga tergantung KPK apakah mampu
menggali cerita dari narasumber yang mengetahui kisah uang 200.000 Dollar AS itu. Sepenuhnya terpulang kepada KPK,
apakah mampu menggali data, lalu menyusun dan mengemasnya menjadi rangkaian cerita
yang berfakta, ataupun menjadi kisah nyata.
Klik dan baca juga di :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar