SBY
Curhat Lagi,
Ungkap
Soal Fitnah Dibalik Serangan Media
Oleh
: M Alinapiah Simbolon
Bukan sekali dua kali Susilo Bambang Yudhono (SBY) dalam berbagai kesempatan baik sebagai Presiden maupun sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, menyampaikan curahan hati (curhat) nya ke publik. Curhat-curhat SBY, kebanyakan diluncurkannya sebagai reaksi atas kritikan dan serangan terutama dari pemberitaan media terhadap kepemimpinannya sebagai presiden maupun terhadap Partai Demokrat yang dipimpinnya.
Tampaknya SBY sudah mulai tak mempedulikan kalaupun dia dicap
sebagai presiden yang hobi curhat. Malah
dia tak peduli setiap curhatnya selalu disikapi secara negatif oleh
banyak kalangan. Menyikapi serangan
media, SBY
kembali mengucurkan curhatnya saat berpidato pada saat Perayaan HUT LKBN Antara
ke 76 di Wisma Antara Jakarta, Rabu tanggal 18 Desember 2013 lalu. Isi
curhatnya, tetap dalam konteks yang tak jauh beda seperti curhatnya terdahulu. Tapi curhat SBY kali ini agak lebih terdramatisir
kedengarannya, karena menyangkut
soal adanya serangan berbentuk fitnah terhadap dirinya dibalik serangan-serangan pemberitaan media
terhadap dirinya. Fitnah dinyatakan tak bisa diterimanya,
dan di differensiasikannya dengan
kritikan yang menurutnya masih bisa dipermaklumkannya
Dalam pidatonya SBY
menyampaikan kalau dirinya sudah sembilan tahun memimpin Indonesia. Menurut
SBY, ia telah menerima ribuan kritik sejak menjadi presiden pada tanggal 20
Oktober 2004. SBY mengaku bisa menerima kritikan itu lantaran terkadang membawa
manfaat. Mengecam, menghujat, mencemooh katanya juga merupakan hak setiap
orang.
“Saya
menyadari kalau ada apa-apa, SBY salah, SBY enggak benar, dikecam, disalahkan
segala macam. Saya harus menerima keadaan seperti itu. Hanya satu yang saya sulit
menerima, fitnah. Tentu sulit secara bathiniah menerimanya,”
kata SBY saat itu dalam pidatonya.
SBY juga menuturkan
yang dianggapnya sebagai fitnah adalah tuduhan melakukan sesuatu sementara ia
tidak bertindak atau tidak berbuat apa-apa. “
Yang tidak tepat, saya tidak berbicara apa-apa, saya tidak berbuat apa-apa,
tiba-tiba diisukan SBY melakukan A, dan A itu diserang berhari-hari,
berminggu-minggu. Ini yang tidak mendidik karena tak ada faktanya. Tidak ada
keputusan, kebijakan dan perbuatan saya,” ungkap SBY.
Dalam curhatnya di HUT
LKBN Antara tersebut, SBY juga tampak sedikit mengekspresikan pengharapan agar serangan terhadapnya tak berbentuk
fitnah dan terkesan mengajak agar tak bertoleransi dengat fitnah. “ Hanya permohonan saya sebagai seseorang
yang sebentar lagi kembali ke masyarakat, janganlah kita berikan toleransi
kalau itu berupa fitnah, karena fitnah lebih kejam dari pembunuhan,” pinta
SBY.
Memang ungkapan curhat
SBY, di HUT LKBN Antara, tetap mengarah terhadap pemberitaan media, apalagi dia
berbicara dalam forum acara yang diselenggarakan media. Namun saat mengucurkan
curhatnya kali ini, SBY tak tampak menunjukkan luapan emosional, Tidak seperti
saat dia curat melalui pidatonya pada silaturrahmi Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) tanggal 24 Oktober
2013 lalu di Banjar Baru Kalimantan Selatan, serta curhatnya di Acara Temu
Kader Nasional Partai Demokrat tanggal 26 Oktober 2013
lalu di Sentul.
Saat curhat di Acara HUT LKBN Antara, gestur dan performance SBY pun tak
memperlihatkan kemarahan atau kegusaran yang
berlebihan. Justru yang terlontar adalah
untaian kalimat pemakluman atas kecaman dan serangan terhadap dirinya, kendati
tetap disampaikan dengan nuansa kekesalan.
Pemakluman dari ucapan
SBY tergambar saat dia mengatakan bahwa dia adalah presiden dan pemimpin, sehingga serangan di media cetak, elektronik
ataupun di media sosial adalah takdir dan nasib yang harus diterima sebagai
presiden. Sebagai presiden dia jadi pusat segalanya, jadi tembakan kiri, kanan,
atas, bawah, dan diakuinya sudah bertahun-tahun dirasakannya.
Penekanan soal fitnah
terhadap dirinya, memang dicurhatkannya dalam porsi yang agak berlebih. Benar-tidaknya
ada fitnah yang dirasakan SBY dibalik serangan pemberitaan media, tampaknya
soal fitnahitu , sengaja disampaikan secara tegas dan berlebihan untuk
mendramatisir suasana agar setiap orang bisa menerima bahwa fitnah itu memang
lebih kejam dari pembunuhan, dan sekaligus fitnah terhadap dirinya merupakan perbuatan
yang tak bisa ditoleransi. Ada nuansa
pengharapan melalui ungkapannya khalayak akan merasa tersentuh dan
membenarkan bahwa fitnah terhadap dirinya tak bisa ditoleransi, dan fitnah
adalah perbuatan yang tak bisa diterima, tidak hanya oleh diri SBY, tapi juga
oleh setiap orang.
SBY juga menebarkan dan memanfaatkan soal
fitnah dalam curhatnya sebagai salah satu upaya untuk menepis berbagai serangan
pemberitaan, baik kritikan, cemoohan, hujatan, termasuk fitnah yang diarahkan
kepada dirinya. Mengangkat
soal fitnah yang menurut SBY memang ada dirasakannya, lebih memungkinkan dan lebih efektif
untuk ditepis, sekaligus agar penilaian negatif terhadap SBY diharapkan dapat
imbas ikut juga tertepis
Benar atau
tidaknya ada fitnah terhadap SBY dari
pemberitaan media, hanya SBY yang merasakan dan bisa menilainya sebagai sebuah
fitnah, sebab dari curhatnya tak ada disebutkannya contoh kasus soal
pemberitaan yang dianggapnya fitnah.
Memang SBY terlihat
serius menyikapi soal adanya terhadap dirinya dan sebelumnya juga SBY telah
menunjuk tim pengacara untuk mewakili dirinya dan keluarganya menghadapi
serangan-serangan yang mengarah ke fitnah. Namun demikian menebarkan soal fitnah yang dirasakannya dalam
curhatnya di Acara HUT LKBN Antara, tampaknya memang sebuah siasat untuk
mengajak khalayak bisa memaklumi bahwa fitnah adalah perbuatan yang tak bisa
dibenarkan, sehingga tak bisa diterima, sekaligus juga untuk meyakinkan
khalayak agar menaruh
simpati dan merasa yakin memang ada fitnah dari banyaknya serangan pemberitaan yang
mengarah ke SBY. Dan
setidaknya ungkapan curhatnya soal fitnah sebagai upaya menepis serangan
pemberitaan yang bersifat negatif terhadap SBY.
Baca juga di sini :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar