Aku
Bersyukur, Tak Tertarik Masuk Partai Demokrat
Oleh
: M Alinapiah Simbolon
Kota
Pematangsiantar adalah kota kelahiranku dan tempat aku berdomisili sekarang ini
Aku dikenal sebagai Aktivis LSM, aku selalu kritis terhadap pemerintah dan dan
aparatnya, termasuk terhadap instasi penegakan hukum serta aparatnya. Dan aku
juga kerap menulis dan berkomentar di sejumlah media di kotaku. Kata orang aku
dianggap salah satu aktivis yang sangat vocal. Aku pernah berperan memasukkan
mantan kepala daerah ke jeruji penjara karena kasus korupsi. Aku juga aku
pernah membuat seorang jaksa dipecat sebagai jaksa, karena kukuakkan
permainannya menggelapkan (tak melimpahkan ke persidangan) kasus narkoba dan
daging illegal. Sorotanku sangat tajam dan selalu buat gerah pejabat
pemerintahan termasuk kepala daerah di kotaku. Entah betul entah tidak, itulah
menurut penilaian publik terhadapku.
Mungkin karena
kevokalanku, pada tahun 2008, Walikota Pematangsiantar Ir RE Siahaan yang saat itu juga menjabat Ketua DPC Partai
Demokrat Kota Pematangsiantar, membujukku masuk ke partai yang dipimpinnya. Aku
pun dijanjikan menjadi Calon Legislatif pada Pemilu 2009 dan biaya pencaleganku
pun dijanjikan dibantunya, bahkan aku dijanjikannya akan ditempatkan sebagai
caleg di nomor urut atas. Namun berdasarkan pertimbangan kilat,saat itu juga
aku menolak ajakannya tersebut.
Tak lama kemudian
kuketahui, ternyata tidak hanya aku dari kalangan aktivis yang diajaknya
bergabung masuk Partai Demokrat dan dijanjikan sebagai Caleg. Ada kawan yang
juga dari kalangan aktivis menerima ajakan sang Walikota yang juga Ketua Partai
Demokrat tersebut. Dan benar, saat pencalegan kawan tersebut ditempatkan
dinomor urut atas. Sayangnya kawan tersebut gagal sebagai legislator karena,
sebelum pemilihan legislatif, keluar putusan Mahkamah Konstitusi, bahwa
pemenang dalam pemilihan umum legislatif 2009 bukan lagi berdasarkan nomor
urut, tapi berdasarkan suara terbanyak yang didapat caleg.
Mungkin, jika
ketika itu aku menerima tawaran sang Walikota dan jadi caleg, dan bias memang
meraih suara terbanyak, mungkin saat sekarang ini aku masih menjabat sebagai
anggota DPRD di Kota ku. Dan memang saat itu menurut sebagian besar kawan-kawanku
seandainya aku jadi caleg, kemungkinan aku berpeluang menang. Dan kalau aku
mencaleg, banyak orang yang mendukungku. Namun karena aku langsung menolak saat diajak
masuk ke Partai Demokrat, maka jadi
anggota legislatif hanyalah sebatas kata jika, kalau dan seandainya
Bagiku tidak ada
penyesalan karena menolak masuk Partai Demokrat dan tak menjadi caleg.
Penolakan spontan atas ajakan tersebut, meskipun melalui pertimbangan singkat,
kuanggap sebagai keputusan penuh dengan perhitungan. Karena satu sisi, namaku
yang harum di mata publik saat itu tak ingin kukorbankan dengan menjadi
antek-antek pendukung RE Siahan yang menjabat Walikota Siantar dan Ketua
Partai Demokrat Siantar serta dan harga diriku tak ingin kukorbankan untuk
menerima sodoran uang tanda berkawan dengan RE Siahaan saat dia mengajakku
masuk Partai Demokrat. Pertimbangan lain, sebab saat itu kepemimpinan RE
Siahaan, begitu bobrok dan pemerintahannya jauh dari nilai good government dan
akupun tak mau berpihak dengan kepala daerah yang seperti itu.
Sejujurnya aku
juga tak menyesal, bahkan bersyukur tak masuk Partai Demokrat, sehingga aku tak
terkait dengan RE Siahaan yang akhirnya dicokok KPK setelah tak lagi jadi
Walikota, karena terlibat kasus korupsi. Aku juga bersyukur karena tak pernah
menjadi anggota dan antek-antek mantan Ketua DPC Partai Demokrat yang pernah
menjadi Calon Gubernur Sumut pada tahun 2008 tersebut, dan i kini telah menjadi
hotel prodeo dengan hukuman melebihi periode jabatan walikota yang pernah
dijabatnya.
Melihat kondisi
Partai Demokrat saat sekarang ini, kembali aku bersyukur tak tergoda rayuan RE
Siahaan untuk masuk ke Partai Demokrat, sehingga namaku pun tak tercatat
sebagai kader di partai yang pernah dihuni para koruptor dan calon koruptor
kelas kakap seperti Nazaruddin, Angelina Sondahk, Andi malaranggeng dan Anas
Urbaningrum. Dan tak termasuk kader partai yang dihujat sebagai partai
sarang koruptor. Dan terakhir aku juga bersyukur tak tertarik diajak masuk
Partai Demorkat saat itu, karena namaku
tak terdaftar sebagai kader partai yang kini berpenampilan baru yang dipimpin
dengan gaya Monarkhi oleh SBY pasca Kongres Luar Biasa di Bali. (***)
Klik dan Baca Artikel ini di :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar