Good Bye Partai Demokrat !
Oleh : M Alinapiah Simbolon
Sebagai
partai politik yang lahir setelah 4 tahun reformasi bergulir, tepatnya tanggal
9 September 2001, Partai Demokrat termasuk partai yang sangat cepat popular
dimata rakyat. Kepopuleran Partai Demokrat tersebut tak terlepas dari figur
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku pendiriya. Pertama kali berkiprah ikut
Pemilu adalah pada Pemilu tahun 2004, dan hasilnya luar biasa, Partai Demokrat
finish sebagai diperingkat kelima dari 42 parpol yang ikut bertarung saat itu.
Partai Demorat berhasil meraup 8.455.225 suara (7,45 persen), dan berhasil
menempatkan 57 orang kadernya di DPR RI.
Yang
sangat luar biasa, pada Pimilihan Presiden yang diselenggarakan tahun itu juga,
Pendiri Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai capres yang
diusung Partai Demokrat dan didukung sejumlah partai lain, dan berpasangan
dengan Yusuf Kalla, berhasil memenangi dua putaran Pilpres 2004, dengan meraup
suara sebanyak 36.070.623 suara (33,58 persen) pada putaran pertama dan meraup
sebanyak 69.266.350 suara (60.82 persen) pada putaran kedua.
Selanjutnya
pasca Pemilu 2004, figur SBY dan figur Partai Demokrat semakin popular.
Elekrabilitas SBY dan Partai Demokrat pun terus bergerak naik secara
beriringan. Terbukti pada Pemilu Legislatif 2009 Partai Demokrat berhasil
menjadi pemenang dengan meraup 28,85 persen suara dan menempatkan 150 orang
kadernya di DPR RI. Disusul pula dengan keberhasilan SBY terpilih untuk kedua
kalinya sebagai presiden yang berpasangan dengan Budiono, pada Pemilihan Presiden
2009.
Kondisi
sekaranng ini citra Partai Demokrat dalam kondisi terpuruk, dan berimbas juga
terhadap citra SBY selaku Presiden. Jasad Partai Demokrat dalam kondisi babak
belur dan hancur lebur, meskipun rohnya masih tetap hidup. Elektabilitas Partai
Demokrat, semakin terpuruk dengan tercap sebagai partai korupsi, sebab banyak
kader partai tersebut terlibat korupsi. SBY sebagai pribadi memang tak
diperlukan lagi elektabilitasnya dan memang tak dinilai lagi, karena tak ada
lagi karir politik yang harus dikejarnya. Namun kapal politik yang telah dua
kali menghantarkanya sebagai Presiden tersebut, yang kini dalam kondisi
memprihatinkan, memang harus diperjuangkannya untuk bisa berlangsung hidup, dan
bisa eksis dan berperan dalam kancah politik. Dan Pemilu 2014 akan menjadi
penentu apakah partai ini akan tetap sebagai partai besar atau tidak, atau juga
roh partai itu akan tetap bercokol dalam jasadnya.
Badai
yang berkepanjangan melanda Partai Demokrat dan masih berlangsung sampai saat
ini serta diperkirakan akan masih tetap berlangsung untuk jangka waktu yang
lama, sangat berpotensi membuat partai tersebut, berubah menjadi partai yang
tak lagi masuk bursa partai besar. Dan yang membuat partai Demokrat itu dalam
kondisi hancur lebur dan babak belur bukan karena imbas kompetisi politik, tapi
disebabkan keborokan yang sumbernya dari internal partai, terutama borok yang
terpicu oleh terkuaknya prilaku korup para elit dan politisi Partai Demokrat.
Sebagai
gambaran, mantan pemegang dana dan logistik Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin
tampaknya juga masih memiliki banyak senjata dan ranjau untuk menembak dan
menghancurkan partai yang pernah dihuninya itu dan menjerat orang-orang yang
ada didalamnya. Ditambah lagi bakal datang seorang pasukan baru yang juga
mantan komandan pasukan di Partai Demokrat bernama Anas Urbaningrum dengan
senjata lengkap dengan misi yang pesis sama dengan Nazaruddin. Dan serangan
awal sudah dimulai dipertontonkan Anas, tak hanya ke arah benteng pertahanan
Partai Demokrat tapi arahnya juga ke lingkaran SBY, termasuk keluarganya.
Penyelamatan
partai yang dilakukan SBY, tampaknya hanya sekedar menjadi sebuah ikhtiar, yang
bakal nihil hasilnya. Sebab kompleksitas persoalan yang terjadi di internal
Partai Demokrat akibat ulah orang-orang dalam partai tersebut, terefleksi
kepada kealergian rakyat terhadap partai besutan SBY itu. Dalam keadaan seperti
ini, elektabilitas yang sudah anjlok tak terharapkan lagi bisa naik, bahkan
diperkirakan akan bertambah anjlok.
Image
yang terbenam dalam pikiran rakyat sekarang ini bahwa Partai Demokrat adalah
partai sarangnya para koruptor. Mata dan telinga rakyat telah melihat dan
mendengar bahwa sejumlah elit dan politisi Partai Demokrat telah mendapat gelar
koruptor, dan sejumlah elit dan politisi Partai Demokrat lainnya juga bakal
menyusul karena masih dalam proses penasbihan untuk meraih gelar koruptor.
Serta banyak lagi elit dan politisi Partai Demokrat telah masuk daftar bidik
orang-orang yang bakal diproses untuk diajukan mendapat gelar koruptor. Tak
terhitung pula berapa jumlah uang negara yang nota bene uang rakyat, raib
ditelan para koruptor maupun calon dan bakal calon koruptor yang pernah
bernaung ataupun yang masih bernaung di Partai Demokrat.
Sebenarnya
kebanyakan rakyat negeri ini memandang kondisi Partai Demokrat yang sekarang
ini dengan kacamata polos serta dibarengi alasan yang sederhana. Intinya apa
yang dilihat dan didengar oleh rakyat tentang Partai Demokrat yang terbukti
banyak dihuni orang-orang berprilaku korup, menjadi pembuktian sekaligus
menjadi alasan kuat bagi rakyat untuk menilai Partai Demokrat dan elit-elit di
dalamnya tak layak lagi jadi pilihan. Kalau memang sudah demikian pandangan
kebanyakan rakyat negeri ini, maka berkemungkinanlah Partai Demokrat yang dalam
kondisi sekarat bakal tinggal riwayat. Apalagi kalau rakyat sudah menetapkan
sikap, dan kemudian mengucapkan “Good Bye” pada Partai Demokrat. (***)
http://politik.kompasiana.com/2013/02/27/good-bye-partai-demokrat--537805.html
http://www.facebook.com/notes/simbolon-m-alinapiah/good-bye-partai-demokrat-/10151334500716864
Klik dan Baca juga Artikel ini di :
http://politik.kompasiana.com/2013/02/27/good-bye-partai-demokrat--537805.html
http://www.facebook.com/notes/simbolon-m-alinapiah/good-bye-partai-demokrat-/10151334500716864