Ruhut
Pantas Disebut si Poltak = Politisi Tak Berotak
Oleh
: M Alinapiah Simbolon
Ruhut Sitompul (foto : kompas.com) |
Poltak adalah kata dari
bahasa batak yang artinya Terbit.
Bagi orang batak, Poltak peruntukannya untuk nama anak laki-laki. Kalau ada
pria yang bernama Poltak, sudah dipastikan itu adalah orang dari suku batak..
Dalam sinetron Gerhana, yang pernah ditayangkan RCTI beberapa tahun yang
lalu ada peran pria batak bernama Poltak.
Dalam sinetron tersebut si Poltak
adalah sosok seorang raja minyak dari Medan.
Si Poltak suka dengan si Bulan yang merupakan pacar si Gerhana. Pemeran
si Poltak dalam sinetron Gerhana adalah pria
yang memang asli suku batak bernama Ruhut Sitompul.
Kendati sinetron
tersebut sudah tak lagi tayang, namun nama Poltak selalu melekat dan akrab pada sosok Ruhut, bahkan Ruhut kerap
menyebut dirinya si Poltak. Meski Ruhut sebelumnya adalah seorang pengacara
yang juga politisi Partai Golkar, tapi peran poltak telah membuat Ruhut jadi
lebih terkenal.
Ruhut yang saat ini
sebagai politisi Partai Demokrat dan anggota DPR RI memang termasuk publik
figur yang sangat tenar, tetapi ketenaranya sebagai politisi tak bisa
dilepaskan dari ketenarannya sebagai pemeran Poltak di sinetro Gerhana. Aksentuasi bicaranya juga kerap dibuatnya persis
seperti saat dia memerankan si Poltak di sinetron Gerhana.
Karena Ruhut selalu
menyebut dirinya si Poltak, berarti tak salah penulis dalam tulisan ini merasa
sangat cocok menyebut Ruhut dengan sebutan si Poltak. Tapi pengertian si Poltak
dalam konteks tulisan ini bukan bermakna sebuah nama batak yang artinya Terbit.
Sebutan Poltak yang penulis maksudkan adalah singakatan dari “Politisi
Tak Berotak“.
Mohon maaf buat orang
yang bernama Poltak, bukan maksud melecehkan orang-orang yang punya nama asli
Poltak, dan bukan pula mau melencengkan
arti Poltak yang sebenarnya.. Sebutan Poltak
terhadap Ruhut sebagai singkatan dari Politisi
Tak berotak hanya kepentingan tulisan yang berkaitan dengan sosok Ruhut
Sitompul selaku seorang politisi yang karekater, sikap dan ucapannya, penulis nilai
tak mencerminkan seorang politisi. karena kerap membuat ketersinggungan dan
kegeraman berbagai pihak serta mendapat tudingan negatif dari publik.
Sebagai seorang
politisi Ruhut terbilang sosok yang sudah keseringan tak beretika dalam
berbicara. Dan rasanya itu tak hanya merupakan penilaian penulis, tapi juga menjadi
penilaian khalayak banyak. Sebab memang nyata Ruhut dalam berbagai acara dialog
atau wawancara yang disiarkan di televisi kerap mengeluarkan ucapan yang tak
beretika dan membuat tersinggung lawan bicaranya. Pernyataan-pernyataan Ruhut yang dilansir via
media online dan media cetak, juga kerap membuat ketersinggungan dan membuat
pembaca geram. Alasan-alasan Ruhut dalam mengeluarkan pernyataan, terutama
dalam hal mengkritik pihak tertentu atau pihak yang berseberangan dengan
posisinya, terkadang tak berdasarkan fakta dan logika.
Soal membuat orang tersinggung,
Ruhut memang ahlinya. Kalimat-kalimat kontrovesial begitu gamblang keluar dari
mulut Ruhut. Dia tak segan-segan menuding lawan bicara dengan kata-kata kasar,
pedas dan penuh tudingan yang tendesius ke arah pribadi. Pastinya sudah tak terhitung ucapan Ruhut membuat
ketersinggungan berbagai kalangan.
Sebagai orang partai
politik, Ruhut juga acapkali berkomentar yang menyerempet urusan internal partai
politik lain, dan bahkan tak jarang Ruhut mendiskreditkan partai lain. Ruhut juga sudah keseringan menyindir profesi
dan pribadi orang lain. Beberapa kali tayang di televisi adegan pertengkaran
Ruhut dengan lawan bicaranya jadi tontonan rakyat. Ironisnya, saat pertengkaran, ucapan-ucapan
yang keluar dari mulut tak lagi mencerminkan dirinya seorang politisi ataupun
seorang tokoh yang punya latar belakang pendidikan di bidang hukum.
Ucapan Ruhut saat
terjadi insiden pertengkaran dengan lawan bicaranya dalam acara dialog, ternyata
tak hanya sekedar meyerempat internal partai lain ataupun menyindir profesi dan
pribadi orang lain. Pernah ucapan Ruhut dalam sebuah dialog diacara yang
ditayangkan sebuah televisi, membuat lawan bicara yang berasal dari kalangan
pengamat politik sangat tersinggung dan merasa terhina. Ucapan Ruhut dianggap
telah menyinggung SARA, dan Ruhut pun dilaporkan ke Komnas HAM dan ke
Kepolisian.
Ruhut terkesan sangat
egois alias mau menang sendiri dalam mengeluarkan ucapan baik dalam dialog
maupun dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Ruhut kerap lebih dulu memulai
mengkritik, tapi jarang bisa terima atau legowo ketika menyikapi kritikan.
Dalam hal merespons kritikan, Ruhut lebih sering memperlihatkan sikap
emosionalnya. Dengan gaya temperamentalnya Ruhut pun tak segan mengkounter
kritikan tersebut dengan balas menyerang pihak yang mengkritik dengan
kalimat-kalimat kebabalasan.
Yang fenomenal, dalam
halnya merespon kritik, Ruhut tak hanya berani melawan pihak lain. Rekan separtainya juga berani dilawannya, terbukti sejumlah
rekannya termasuk salah seroang seniornya di Partai Demokrat karena mengkritik
sikap dan ucapan Ruhut , jadi sasaran ucapan kasar yang keluar dari mulut
Ruhut. Sikap Ruhut yang berani melawan seniornya di Partai Demokrat, jelas tak
mencerminkan sikap seorang politisi yang professional.
Ketikadakprofesionalannya
sebagai politisi, juga diperlihatkan Ruhut ketika melakukan pembelaan atas
munculnya sorotan dan kritikan dari pihak lain terhadap SBY dan keluarganya.
Pembelaan yang dilakukan Ruhut dianggap sangat berlebihan, dan itu membuatnya
dianggap sebagai politisi penjilat, apalagi Ruhut tak malu-malu mengklaim
dirinya merupakan kesayangan SBY.
Terkait karakter, sikap dan ucapan Ruhut yang jauh
dari standar nilai etika dan moral membuat
penulis menganggap Ruhut pantas disebut sebagai si Poltak. Apalagi Ruhut
sendiri memang kerap menyebut dirinya sebagai si Poltak. Tapi maksud sebutan si
Poltak dalam anggapan penulis adalah singkatan dari Politisi Tak Berotak. Pertimbangan penulis menyebut Ruhut si Poltak
atau Politisi Tak Berotak, karena memang faktanya sebagai seorang politisi,
karekter, sikap dan ucapan sosok seorang Ruhut memang nyata-nyata mencerminkan
sikap dan ucapan orang yang tak berotak.
Penulis berani dan bertanggung jawab menilai Ruhut sebagai Politisi Tak Berotak, karena
penulis yakin sikap dan ucapan yang demikian, dinilai dari sudut pandang etika
dan moral termasuk kategori sikap dan ucapan orang-orang yang tak berotak.
Bahkan penulis merasa yakin penilaian penulis tersebut tak berbeda dengan
penilaian banyak orang.
Penulis ingin sekedar
mengingatkan, bahwa kehidupan pribadi Ruhut khusus menyangkut masalah
perkawinannya telah menjadi sorotan miring. Tanpa merasa malu dan seolah tanpa
beban, Ruhut telah menyatakan bahwa perkawinanan dengan Ana Rudhiantiana
Legawati tak diakuinya sebagai perkawinan yang sah, dan dinyatakannya sebagai
kumpul kebo, lalu anak lahir dari
perkawinannya dengan Ana Rudhiantiana Legawati itu dinyatakannya juga bukan
anak yang lahir dari hasil perkawinan yang syah alias anak hasil kumpul kebo.
Persoalan perkawinannya tak terlepas dari dari posisinya sebagai seorang
politisi dengan jabatan wakil rakyat, sebab masalah perkawinannya itu telah
masuk ranah politik, karena Ruhut telah dilaporkan isteri yang tak diakuinya
itu ke Badan kehormatan DPR RI. Jadi sikap dan ucapan Ruhut yang tak mengakui
perkawinannya dan tak mengakui anaknya, membuatnya penulis juga merasa pantas
menyebut Ruhut disebut si Poltak
alias Politisi Tak berotak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar