Skenario
Tak Memenangkan PDIP,
Jika
Jokowi Tak Dicapreskan Sebelum Pileg
Oleh
: M Alinapiah Simbolon
Spanduk Jokowi Yes! Megawati No! (foto : kompas.com) |
Ketua Umum PDIP Megawati
Sukarnoputri, sudah pernah mengeluarkan pernyataan bahwa penetapan calon
presiden yang diusung PDIP setelah 9 April 2014 atau setelah Pemilihan Umum
Legislatif. Itu dikatakan Megawati di sela-sela Acara “Dialog Kebangsaan :
Kedaulatan Pangan dan Martabat Bangsa” di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 21
Desember 2013 lalu (Siapa Capres PDIP?
Kata Megawati Tunggu 9 April 2014. Kompas 21/12/2013).
Pernyataan Megawati
tersebut, membuat banyak kalangan terutama pendukung Jokowi merasa kecewa. Megawati
dicurigai masih berambisi mencapreskan diri, apalagi sebelumnya pernyataan itu,
sudah lebih dulu muncul skenario menduetkan Megawati-Jokowi dari internal PDIP
yang dilontarkan segelintir elit PDIP. Skenario duet Megawati dianggap sebagai
skenario untuk mencapreskan Megawati dengan memanfaatkan popularitas Jokowi.
Dan untuk tak mengecewakan arus bawah yang mendukung Jokowi sebagai capres,
serta seolah-olah agar dinilai sosok Jokowi sebagai joker, bersamaan dengan skenario menduetkan
Megawati-Jokowi, sengaja dienduskan
skenario lain yaitu skenario menduetkan Jokowi dengan kader PDIP dan skenario
menduetkan Jokowi dan bekoalisi dengan partai lain. Skenario itu dinilai sengaja dienduskan,
soalnya Megawati tak mempersoalkan skenario tersebut, bahkan dinilai memang
merestui skenario tersebut dilontarkan,
Skenario itu pun terlihat sinkron dengan pernyataan Megawati soal
penetapan capres setelah pileg.
Kendati, sudah keluar
dari mulut Megawati mengenai penetapan capres usai pileg, dan yang didahului pemunculan
skenario mencapreskan Megawati yang diduetkan dengan Jokowi, tetap saja tak
mengurangi derasnya dukungan kepada Jokowi untuk menjadi capres. Malah desakan
terhadap Megawati agar mencapreskan Jokowi sebelum Pileg 2014 semakin menguat
dan membahana. Selain itu, gencarnya serangan dari pihak-pihak yang merasa
terganggu dengan wacana pencapresan Jokowi, serta munculnya upaya-upaya
menghancurkan elektabilitas Jokowi dengan cara mendramatisir dan mempolitisir
soal banjir Jakarta seolah menjadi sisi lemah kepemimpinan Jokowi sebagai
Gubernur DKI, juga tak memperlemah dukungan terhadap Jokowi.
Munculnya berbagai
kelompok yang menamakan diri sebagai pendukung Jokowi, diantaranya PDIP Projo
(Pro Jokowi), barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP, Pendukung Jokowi untuk
RI 1, Jokowi For Presiden, Komunitas Aksi Memaksa Jokowi Mejadi Presiden, dan sejumlah
nama lainnya, merupakan bukti bahwa dukungan terhadap Jokowi semakin menguat
dan mengkristal. Apalagi lahirnya
kelompok-kelompok tersebut atas kemauan arus bawah tanpa ada arahan, perintah
dan intervensi dari Jokowi. Semakin
mendekati pileg, kelompok-kelompok pendukung Jokowi, semakin berkembang serta
menggurita sampai ke daerah-daerah, dan intensitas desakan dari berbagai kelompok
pendukung Jokowi, kepada Megawati agar mencapreskan Jokowi sebelum pileg
semakin meningkat.
Desakan pun tak hanya
muncul dari kelompok-kelompok pendukung Jokowi. Sebagian besar elit politik
PDIP dan kalangan pengamat dan akademisi juga memberikan masukan bahwa Jokowi
harus dicapreskan sebelum pileg. Mayoritas kader PDIP secara nasional juga
berposisi di pihak yang mendukung Jokowi dicapreskan sebelum pelaksanaan pileg.
Pertimbangannya, karena melihat besarnya dukungan publik membuat PDIP menang di
Pileg 2014, jika Jokowi dicapreskan sebelum pileg, serta besarnya dukungan nitu
juga dibuktikan dengan berbagai survey yang tetap menempatkan Jokowi sebagai
capres yang berelektabilitas tertinggi berpeluang besar menang jika di
capreskan di pilpres 2014.
Salah seorang petinggi
PDIP Komaruddin Watubun yang juga masih mencaleg, dan berdasarkan kegiatan
sosialisasinya di daerah pemilihannya di Papua, mengatakan bahwa sebagian besar
rakyat Papua menginginkan Jokowi sebagai presiden. Antusias rakyat Papua untuk
memilih Jokowi takkan luntur meski Jokowi diserang dengan pemberitaan miring
terkait banjir Jakarta. Menurut Komaruddin, sebagian besar komit akan mendukung
dan memilih PDIP jika partai tersebut dipastikan mendukung Jokowi sebagai
capres sebelum pileg. Gambaran pemikiran rakyat di Papua yang demikian,
sebenarnya tak jauh beda dengan pemikiran rakyat di daerah-daerah lainnya.
Kengototan pendukung
Jokowi, agar Gubernur DKI Jakarta itu dicapreskan sebelum pelaksanaan pileg
2014, karena melihat Megawati selaku orang yang paling kompeten menentukan
capres PDIP tak kunjung menentukan sikap dan seolah tak merespon keinginan arus
bawah. Hingga saat ini Megawati juga dinilai masih belum memberikan sinyal yang
jelas dan mengarah untuk mencapreskan Jokowi. Munculnya skenario menduet
Megawati-Jokowi, yang sampai saat ini masih terus bergulir dan seakan dibiarkan
terus bergulir oleh Megawati, mengindikasikan bahwa Megawati masih belum ikhlas
memberikan jatah capres PDIP kepada Jokowi, atau masih ada keinginan Megawati menjadi
capres berduet dengan Jokowi, dengan tujuan tak lain dan tak bukan memanfaatkan
popularitas dan elektabilitas Jokowi.
Belakangan skenario
Duet Megawati-Jokowi yang awalnya dienduskan salah seorang elit PDIP seolah telah menjadi skenario resmi PDIP.
Bahkan secara terang-terangnya, dikatakan bahwa jika hasil pileg PDIP berhasil
meraih suara kuota untuk mencalonkan capres dan cawapres sendiri (tanpa
pentapan capres sebelum pileg), maka duet Megawati-Jokowi akan jadi piihan
utama. Skenario itu sinkron dengan sikap Megawati yang sudah menyatakan bahwa
penetapan capres setelah pelaksanaan pileg, dan dinilai mendukung dan
memuluskan skenario duet Megawati-Jokowi jika hasil pileg PDIP meraih suara
yang bisa mengusung capres dan cawapres sendiri.
Tapi tampaknya skenario
duet Megawati-Jokowi, mendapat revans dari kalangan pendukung Jokowi. Desakan
agar PDIP dan Megawati mencapreskan Jokowi sebelum pileg adalah bentuk
resistensi atas skenario duet Mega-Jokowi dan sikap Megawati yang telah
menyatakan akan menetapkan capres PDIP setelah pelaksanaan pileg. Pendukung
Jokowi, yang hanya menginginkan Jokowi sebagai capres dan bukan cawapres,
konsisten melakukan desakan agar Jokowi dicapreskan sebelum pileg. Intensitas dan
frekwensi desakan, dari hari ke hari kian meningkat, sejalan dengan
meningkatnya kuantitas pendukung Jokowi.
Belakangan desakan dari
kelompok-kelompok pendukung Jokowi, tak hanya sekedar desakan semata, tapi
sudah bernuansa ancaman yang digulirkan dalam
bentuk opsi atau pilihan. Opsi tersebut yakni
membiarkan PDIP kalah di pileg 2014, agar tak memenuhi syarat ambang batas
(kuota) untuk mengusung capres dan cawapres sendiri, sehingga dengan demikian
Jokowi berpeluang jadi capres PDIP. Atau
mendukung PDIP agar menang di pileg, dengan syarat Jokowi di capreskan sebelum
pileg.
Membiarkan PDIP kalah
di pileg 2014, artinya para pendukung Jokowi yang mayoritas bukan kader PDIP,
serta orang-orang yang selama ini dikenal menganut paham golongan putih
(Golput) dan kaum penganut aliran apatisme, takkan memilih PDIP (caleg PDIP) dengan
tujuan untuk tak memenangkan PDIP pada pileg 2014, apabila Jokowi tidak
dicapreskan sebelum pileg. Tujuannya sudah jelas, yaitu agar suara yang diraih PDIP
tak bisa menggiring capres dan cawapres sendiri. Baru baru ini ancaman seperti
itu dilontarkan salah satu kelompok pendukung Jokowi yang bernama Aksi Barisan
Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) saat menggelar deklarasi dukungan untuk
Jokowi jadi presiden, di Bundaran Hotel Indonesia Jakarta.
Tampaknya ancaman untuk
tak memenangkan PDIP jika Jokowi tak dicapreskan sebelum pileg, telah mewacana
menjadi skenario. Skenario dimaksud
prinsipnya bertujuan untuk melawan dan mengkounter pencapresan Megawati melalui
skenario menduetkan Megawati-Jokowi, dengan
modal memanfaatkan popularitas dan tingginya elektabilitas Jokowi. Apalagi skenario
duet Megawati-Jokowi tersebut kemungkinan akan terwujud jika raihan suara PDIP
di pileg (tanpa penetapan capres) memenuhi ambang batas untuk menggiring capres
dan cawapres tersendiri.
Megawati dan PDIP
jangan anggap remeh wacana skenario tak memenangkan PDIP di pileg 2014. Soalnya
skenario tersebut kemungkinan besar didukung dan terus diwacanakan selanjutnya
akan diwujudkan atau dibuktikan oleh pendukung Jokowi, jika Jokowi tak
dicapreskan sebelum pileg, maka skenario tak memenangkan PDIP di pileg akan dipatuhi
untuk diaplikasikan para pendukung Jokowi. Jika itu yang terjadi, maka sangat berpeluang
membuat raihan suara PDIP di pileg 2014
tak sesuai dengan harapan, atau bahkan mungkin jauh dari yang diprediksikan
sebelumnya.
Begitu pula sebaliknya,
jika Jokowi dicapreskan sebelum pileg, maka PDIP berpeluang besar untuk menang
atau paling tidak berhasil meraih kuota suara untuk menggiring capres dan
cawapres sendiri tanpa harus berkoalisi dengan partai lain. Sebab rakyat yang terobsesi
atau menginginkan agar Jokowi jadi presiden akan berupaya memenangkan PDIP.
Demikian juga dengan orang-orang yang
selama ini dikenal menganut paham golongan putih (Golput) dan kaum penganut
aliran apatisme, kemungkinan besar tak akan golput dan tak akan apatis lagi,
lalu menggunakan suaranya untuk memenangkan PDIP di pileg 2014, agar mulus
jalan Jokowi menjadi presiden.
Megawati dan PDIP,
harus menyadari bahwa sosok Jokowi karena kepemimpinannya, sudah bagaikan besi
sembrani, yang mampu membuat mayoritas dari rakyat tertarik, kagum dan simpati
kepadanya sehingga Jokowi menjadi pemimpin yang diidamkan dan jadi pilihan untuk
ikut mencapres, dan kemungkinan besar menjadi pilihan rakyat banyak, karena
dianggap mampu membawa perubahan bagi negara dan rakyat negeri ini.
Megawati dan PDIP, juga
harus menyadari, bahwa skenario duet Megawati-Jokowi, bekemungkinan akan jadi
blunder, apabila skenario tak memenangkan PDIP yang sudah mewacana, betul-betul
terwujud karena Megawati tak mencapreskan Jokowi sebelum pileg 2014. Ingat
bahwa skenario tak memenangkan PDIP, lebih tangguh dan lebih berpeluang
mengalahkan dan menjungkalkan ambisi Megawati mencapres melalui skenario duet
Megawati-Jokowi.
Memang sehari setelah
munculnya skenario tak memenangkan PDIP, jika Jokwi tak dicapreskan sebelum
pileg, muncul pernyataan dari Megawati bahwa penetapan capres PDIP belum tentu
setelah pileg. Namun pernyataan Megawati yang dilontarkannya dari Purwakarta
itu, terkesan sekedar untuk meredakan desakan terhadapnya dari kelompok
pendukung Jokowi, dan pernyataan itu belum menjamin bahwa Jokowi akan
dicapreskan sebelum pileg. Kalau pun itu sebagai sinyal, tapi sinyalnya masih
mengambang dan tak mengarah untuk pencapresan Jokowi sebelum pileg.
Klik dan Baca juga di :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar