Mendadak
Peduli,
Politisi Cari Simpati Di Lokasi Pengungsi
Oleh
: M Alinapiah Simbolon
Capres dan Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto saat mengunjungi pengungsi banjir jakarta (foto : wwwpresiden2014.com) |
Bencana Gunung Sinabung
memang lebih tragis jika dibandingkan dengan Bencana Banjir di Jakarta dan banjir
atau banjir di beberapa daerah lainnya. Letusan Gunung Sinabung belum juga
terhenti dan sudah berlangsung sejak bulan September 2013 yang lalu. Hingga
saat ini hampir 30 ribu orang atau hampir
10 ribu keluarga yang berdomisili di sekitar Gunung tersebut terpaksa menjadi
pengungsi, diantara 19 orang meninggal dunia. Karena sampai saat ini letusan
gunung tersebut tak menjukkan penurunan aktivitas, maka diperkirakan jumlah
pengungsi akan bertambah.
Banjir Jakarta
merupakan bencana musiman yang sudah diprediksi kapan datangnya dan kapan
berakhirnya, dan biasanya terjadi di bulan Januari hingga Februari setiap tahun,
juga membuat sekitar 28 ribu warga Jakarta yang terpaksa harus tinggal untuk
sementara di lokasi pengungsian, akibat bencana banjir jakarta sebanyak 23 jiwa
meninggal dunia. Selain banjir Jakarta, bencana banjir ataupun banjir bandang
di sejumlah daerah lainnya juga membuat ribuan bahkan puluhan ribu warga
terpaksa mengungsi, dan tak sedikit tempat tinggal dan harta benda warga hanyut
terbawa arus air.
Kehidupan pahit dan
menyedihkan menjadi penderitaan puluhan ribu warga yang mengungsi akibat bencana
ledakan Gunung Sinabung serta bencana-bencana banjir. Tidur bertumpuk di
lokasi-lokasi dan tenda-tenda pengungsian, makan minum di jatah, penyakit rentan
datang melanda, bahkan ada yang melahirkan saat dalam pengungsian. Anak-anak para
pengungsi untuk sementara tak bisa
bersekolah, begitu juga rumah dan harta benda mereka yang tak bisa dibawa, tak
tau bagaimana keadaannya.
Pengungsi korban bencana erupsi Gunung Sinabung (foto :meterotvnews.com) |
Pengungsi korban bencana banjir jakarta (foto : merdeka.com) |
Namun di balik penderitaan
puluhan ribu pengungsi korban bencana, tak sedikit orang atau mereka yang
menjadikan musibah bencana sebagai momen strategis untuk meraih ambisinya. Sebagian
besar dari mereka adalah para politisi yang saat ini tengah berjuang meraih
kursi kekuasaan di lembaga legislatif dan berjuang mencari simpati menuju pemilihan
presiden. Lokasi bencana dan lokasi-lokasi
pengungsian merupakan bagian daerah pemilihan atau territorial garapan para
politisi berstatus calon legislatif, menjadi daerah tujuan pencitraan mereka,
dan hak suara warga yang mengungsi menjadi target untuk diraih.
Posko bencana dengan
atribut caleg, atribut partai berupa spanduk dan baliho ditambah, bahkan spanduk bakal capres bertebaran
di sekitar lokasi bencana maupun di sekitar lokasi pengungsian.. Semua yang
mereka lakukan di tengah berlangsungnya bencana, tak lain dan tak bukan, maksudnya
untuk mencitrakan diri sekaligus mencari simpati para pengungsi korban bencana.
Posko banjir Jakarta yang didirikan caleg Partai Golkar (foto : metrotvnews.com) |
Posko banjir caleg PKS di Cikarang (foto : www.pksciktim.org) |
Posko banjir PDIP di Indramayu (foto : ciamanuk.com) |
Rasa empati yang dikemas
dengan gestur seolah ikut prihatin dan raut wajah seolah ikut merasakan
penderitaan, serta dibarengi aksi sosial terutama pemberian bantuan, menjadi penunjang
dan cara mencari menarik perhatian untuk memuluskan agar nama dan tampang mereka diingat oleh para
pengungsi korban bencana. Malah tak sedikit yang melakukan blusukan ditengah
lokasi bencana. Tujuan akhirnya tentu agar
nama dan tampang mereka yang terdaftar dan terpampang sebagai caleg, menjadi pilihan di ajang pemilihan umum
legislatif tanggal 9 April 2014.
Caleg Partai Hanura memberi sumbangan kepada pengungsi bencana erupsi Gunung Sinabung (foto : waspada.co.id) |
Caleg PKS di Bekasi membantu evakuasi korban banjir (foto : gobekasi.com) |
Caleg Partai Nasdem turun mengantar bantuan di lokasi banjir Tanggerang (beta.partainasdem0250.org) |
Tak hanya para caleg dengan
partai politiknya. Sejumlah sosok yang berambisi menjadi presiden juga tak mau
ketinggalan menyambangi lokasi bencana dan lokasi pengungsian, kehadiran mereka
juga dibarengi aksi pemberian bantuan kepada para pengungsi. Tujuannya tak lain
dan tak bukan untuk cari simpati sekaligus mencitrakan diri dan meningkatkan nilai elektabilitas kefigurannya. Sejumlah
bakal capres yang ikut bertarung dalam seleksi capres sebuah partai politik
besar, tak ketinggalan menyambangi para pengungsi di sejumlah lokasi
pengungsian. Ada yagn sok akrab dengan pengungsi, malah ada pula yang nginap
dan tidur bersama pengungsi di kamp pengungsian. Ada juga sejumlah tokoh yang
digadang-gadang bakal mencapres, datang berkunjung ke lokasi pengungsi dengan
mengatasnamakan dan memanfaatkan jabatan atau lembaganya.
Dahlan Iskan bersama anak-anak pengungsi bencana erupsi Gunung Sinabung (foto :sumutberita.com) |
Dahlan Iskan tidur di lokasi pengungsi bencana erupsi Gunung Sinabung (foto : jpnn.com) |
Hidayat Nurwahid blusukan di genangan banjir Jakarta (foto : pkssoko.org) |
Hatta Rajasa, mengunjungi korban banjir Jakarta (foto : shnews.com) |
Jusuf kalla saat mengunjungi pengungsi bencana erupsi Gunung Sinabung (foto : antaranwes.com) |
Gita Wiryawan saat mengunjungi pengungsi Sinabung (foto : ayogitabisa.com) |
Berbagai macam cara
dilakukan para politisi untuk mencari simpati deengan mencitrakan dirinya
dihadapan para pengungsi. Banyak diantara para politisi yang berstatus caleg
yang terang-terangan menunjukkan identitas calegnya sekaligus mengkampanyekan
dirinya saat menyambangi dan memberikan bantuan kepada para korban bencana.
Atribut dan berbagai petunjuk tentang status mereka sebagai caleg lengkap
dengan nomor urut dan daerah pemilihan serta partainya, mereka tunjukkan saat
berkunjung kelokasi bencana maupu ke lokasi pengungsian. Gubernur DKI Jakarta Jokowi
sempat terkejut, sebab saat blusukan menaiki perahu karet dengan sejumlah
bawahannya untuk meninjau lokasi banjir, perahu yang mereka tumpangi sempat berpapasan
dengan perahu karet yang bertuliskan nama sorang caleg yang masih satu partai
dengan Jokowi. Caleg tersebut adalah Effendi Simbolon yang diketahui juga Caleg
DPR RI yang diusung PDIP untuk Dapil DKI 3. Perahu karet tersebut berisi enam
orang yang mengenakan kaos bergambar wajah Effendi Simbolon. Salah seorang dari
penumpang perahu karet tersebut sempat meneriakkan yel-yel “ Hidup Pak Effendi
Simbolon!”
Ada juga caleg yang
bertindak curang saat melakukan pemberian bantuan di lokasi banjir
Jakarta. Selain terang-terang
mengkampayekan dirinya sebagai caleg, si politisi juga memberikan bantuan makanan
yang ternyata milik pemerintah. Caleg tersebut adalah Dra Wirianingsih Msi,
celeg Partai Keadilan Sejahtara (PKS) yang juga anggota DPR RI. Bantuan berupa
biskuit susu untuk bayi yang diberikan politisi PKS itu kepada korban banjir
ternyata biskuit dari Kementerian Kesehatan. Parahnya lagi di kemasan biskuit dari kementerian Kesehatan tersebut
ditempelkan striker foto Wirianingsih dengan tulisan “Bantuan ini diperjuangkan dan diusahakan oleh Drs Wirianingsih Msi,
Anggota DPRRI Komisi IX, Fraksi PKS periode 2009-2014, Caleg DPRRI Dapil DKI 3.
Cerdas, Ramah, Peduli”
Bantuan Biskuit dari Kementrian Kesehatan ditempel striker gambar caleg PKS Drs Wirianingsih Msi , yang dibagikan kepada korban banjir Jakarta (foto :tribunnews.com) |
Memang kunjungan dan
pemberian bantuan yang dilakukan para politisi yang mencaleg terkesan dadakan. Mereka
mendadak bersikap peduli dan menunjukkan keprihatinan padahal sebelumnya tak
terlihat kepedulian dan rasa keprihatinan mereka. Mereka mendadak bergaya merakyat
padahal sebelum tak terlihat gaya merakyat mereka. Kunjungan dan bantuan yang diberikan kepada
korban bencana juga bukan karena ketulusan dan panggilan hati nurani melainkan
karena adanya kepentingan politik menjelang pemilu legislatif ataupun adanya
kepentingan pencitraan menuju pemilu presiden 2014.
Tak ada salahnya dan
tak bisa disalahkan jika para politisi mengunjungi pengungsi dan memberi
bantuan bagi pengungsi yang menjadi korban bencana. Juga tak ada larangan, meskipun gaya dan
tingkah para politisi tersebut sebagai bentuk kesengajaan dalam rangka mencitrakan diri dengan tujuan untuk dipilih.
Kalaupun ada kecurangan, misalnya bertindak sudah seperti kampanye atau
memanfaatkan asset pemerintah, saat mereka mengunjungi dan memberi bantuan
kepada korban bencana, itu hanya persoalan etis dan tidak etis, meskipun ada
aturan yang melarangnya tapi tak satupun yang terdengar mendapat sanksi.
Paling tidak ada hal
yang patut disyukuri, yakni kehadiran mereka di tengah-tengah korban bencana
dan ditimpali pemberian bantuan, sedikit banyak bermanfaat meringankan beban
penderitaan para korban bencana. Tak apalah, mumpung bantuan itu memang
dibutuhkan korban bencana, kendati pemberian bantuan dilakukan berketepatan
menjelang pemilu legislatif, dan murni karena kepentingan politik. Sebab dapat
diperkirakan kalaulah misalnya pristiwa bencana terjadi tak berdekatan dengan
momen perhelatan politik, jauh kemungkinan akan terlihat para politisi beratribut
beramai-ramai menunjukkan kepeduliannya terhadap korban bencana.memang itulah
faktanya, dan memang sudah terbukti ketika terjadi banjir Jakarta tahun 2012
dan 2013, nyaris tanpa kehadiran dan tanpa mengalirnya bantuan dari politisi
beratribut partai.
Pantas atau tidak, etis atau tidak, para politisi yang mencitrakan dirinya di
lokasi pengungsi dan di lokasi bencana yang orientasinya mencari simpati,
terpulang kepada penilaian. Persoalan apakah mereka akan laku di mata para
pengungsi, itu juga tergantung kepada
penilaian, khususnya penilaian dari para pengungsi korban bencana. Yang penting
para politisi yang mendadak peduli terhadap pengungsi korban bencana, harus
rela ketika apa yang telah mereka berikan kepada pengungsi tak membuahkan imbalan
sesuai harapan. Kalau itu terjadi mereka harus ikhlas dan jangan sampai merasa
kesal dan menyesal, karena apa yang telah diberikannya tidak ada imbalan
pahalanya.
Klik dan baca juga di :