Lufthi
Hasan Ishaaq, Najis Berat Menodai PKS
Oleh
: M Alinapiah Simbolon
Sebelum
terungkapnya Kasus Suap Kuota Impor Daging Sapi, PKS adalah salah satu
partai politik yang dikenal relatif bersih dari hal-hal yang berkaitan dengan
korupsi Eksistensi PKS pun begitu mantap di perpolitikan nasional. Masyarakat
Islam yang berada di luar PKS, banyak yang bersimpati menjatuhkan pilihannya
terhadap PKS dibandingkan partai politik berbasis Islam lainnya, karena
menganggap PKS sebagai partai yang bersih dan komit memperjuangkan kepentingan
ummat Islam.
Terbongkarnya
Kasus Korupsi Suap Kuota Impor Daging Sapi, yang menyeret Presiden PKS Lufthi
Hasan Ishaq menjadi tersangka bersama orang kepercayaannya Ahmad Fathanah,
drastis membuat perubahan besar pemikiran dan penilaian publik terhadap PKS.
Eksistensi PKS pun langsung terganggu. Anggapan publik selama ini kalau PKS
sebagai partai bersih dan komit memperjuangkan kepentingan ummat Islam dimentahkan
oleh kasus tersbut. Bagai dihantam badai dahsyat, PKS jadi bulan-bulanan
tudingan dan penilaian negatif.
Menghindari
penilaian negatif, petinggi PKS pun berupaya maksimal memutus mata rantai untuk
menghindari terpaan dahsyat terhadap PKS terkait Kasus Suap Kuota Impor Daging
Sapi. Anis Matta yang diangkat sebagai Presiden PKS menggantikan Lufthi Hasan
Ishaaq yang mengundurkan diri tak lama setelah ditetapkan sebagai tersangka,
berupaya mengembalikan citra PKS. Pada pidato politik saat pengukuhannya
sebagai Presiden PKS Anis Matta pun langsung melakukan manuver politik. Dia berakting
dengan cara mencari kambing hitam terkait kasus yang melibatkan Lufthi Hasan
Ishaaq. Tudingan adanya konspirasi pun
keluar dari mulut Anis Matta, kendati tudingan konspirasi tersebut hanya
sebatas tudingan tanpa bisa dibuktikannya. Anis Matta juga meluncurkan program “Tobat Nasional”, meskipun tak ada
konteksnya bagi orang diluar PKS karena yang terlibat dalam Kasus Korupsi
adalah oknum pimpinan PKS.
Kendati
berbagai cara dilakukan PKS untuk mengeleminir efek dari Kasus Suap Kuota Impor
Daging Sapi, namun upaya pembersihan diri PKS dari kaitan dengan kasus itu
tampaknya tak begitu efektif. Sebab sudah menjadi preseden di negeri ini
sejak dulu, jika oknum yang terlibat berbuat salah, tetap saja dikaitkan
dengan lembaga atau institusi dimana oknum bernaung atau menjabat. Apalagi saat
berbuat salah, oknum tersebut menjadi pimpinan di lembaga atau institusi
tersebut. Hal itu berlaku juga terhadap PKS tanpa terkecuali. Partai politik
lain juga tak bisa mengelak atas berlakunya preseden tersebut, salah satunya adalah
Partai Demokrat dengan sejumlah kasus korupsinya yang melibatkan politisinya.
Itulah realita yang berlaku dan harus dihadapi PKS, meskipun Lufthi Hasan
Ishaaq tak lagi menjabat Presiden PKS, ternyata tak memutus mata rantai kasus
tersebut dengan PKS. Selama pemeriksaan kasus tersebut berjalan selama itu pula
tudingan negatif mendera PKS.
Ketika
belakangan penanganan kasus itu semakin berkembang, maka semakin berkembang
pula tudingan miring terhadap PKS. Terutama sejak KPK mengembangkan pemeriksaan
dengan menjerat Lufthi Hasan Ishaaq dan Ahmad Fathanah dengan UU Tindak Pidana
Pencucian Uang, yang memicu terbongkarnya keberadaan asset-asset mewah milik
Lufthi dan Fathanah, Sejak saat itu pandangan publik terhadap PKS semakin
negatif. Bahkan muncul kecurigaan kalau permainan Lufthi Hasan Ishaaq dan Ahmad
Fathanah sudah berlangsung lama sebelum kasus tersebut terkuat. Tak sebatas
itu, muncul pula kecurigaan kalau PKS menerima aliran dana dari hasil korupsi
yang dilakukan Lufthi dan Fathanah, dan jika itu memang terjadi maka PKS
terancam eksistensinya.
Terkuak
adanya keterlibatan sejumlah artis cantik diantaranya artis cantik Ayu Azhari,
model majalah pria Vitalia Shesya, dan penyanyi dangdut Tri Kurnia Rahayu alias
Nia Karina, (nama terakhir diketahui telah menjadi isteri siri Ahmad Fathanah),
menerima aliran dana dan hadiah dari Ahmad Fathanah, tak ditampik menambah
image buruk terhadap PKS. Mungkin karena masih dalam lingkaran kasus tersebut,
maka tetap dikaitkan dengan PKS, meskipun aliran dana tersebut dari Ahmad
Fathanah, bukan dari Lufthi Hasan Ishaaq dan wanita-wanita tersebut tak ada
kaitannya dengan Lufthi Hasan Ishaaq.
Kemudian
yang menambah kesalnya publik terhadap PKS, yakni terkait upaya pihak PKS
menghalangi penyitaaan sejumlah mobil mewah yang diduga milik Lufthi Hasan
Ishaaq yang berada di kantor DPP PKS. Apalagi terendus bahwa mobil-mobil mewah
milik Lufthi Hasan Ishaaq tersebut sengaja dipindahkan ke Kantor DPP PKS karena
sebelumnya dapat bocoran mobil-mobil tersebut akan disita oleh KPK. Apapun alasan pihak PKS menghalangi penyitaan
tersebut, yang pasti cara PKS itu menambah kebencian pubilk terhadap PKS. Ini
menjadi nilai minus buat PKS karena publik melihat PKS menghalangi penegakan hukum
terutama menghalangi upaya pemberantasan korupsi.
Kasus
Suap Kuota Impor Daging Sapi, adalah satu-satunya kasus korupsi yang menerpa
eksistensi PKS karena melibatkan pimpinan tertingginya. Meskipun hanya diterpa
satu kasus korupsi, namun kasus korupsi tersebut laksana telah menjadi najis atau kotoran yang menodai kesterilan PKS yang sebelumnya dikenal relatif
bersih dari najis atau kotoran apapun. Bahkan kalau melihat sulitnya PKS
menghindar dari persoalan yang berkaitan degan kasus tersebut alias sulitnya
PKS membersihkan diri dari noda yang tertorehkan oleh kasus tersebut, maka pantas
kasus itu diibaratkan najis yang mengkotori PKS tersebut dikategorikan sebagai Najis Mughallazah atau Najis Berat.
Selanjutnya
jika kasus itu dikonotasikan sebagai Najis Mughallazah yang mengkotori atau
menodai kesucian PKS, maka yang pantas dianggap biang kerok pembawa Najis
tersebut adalah Lufthi Hasan Ishaaq. Bahkan pantas juga Lufthi Hasan Ishaaq
disebut sebagai Najisnya. Persoalannya
Lufthi Hasan Ishaaq lah yang berkaitan langsung dengan PKS dan bukan Ahmad
Fathanah, kendati yang paling berperan memperparah
keadaan PKS terkait kasus itu adalah Ahmad Fathanah. Sebab Lufthi Hasan Ishaaq dijerat
sebagai tersangka dengan terkuaknya kasus tersebut, berposisi sebagai orang
yang ditauladani di PKS yakni sebagai pemimpin (imam) dengan jabatan Presiden
PKS.
Sangat
disayangkan seorang Lufthi Hasan Ishaaq pernah jadi kader PKS dan pernah jadi
Presiden dan politisi PKS. Jika tidak, mungkin PKS tak pernah terkena Najis
Mughallazah alias Najis Berat bernama Lufthi Hasan Ishaaq, yang sulit
dibersihkan kendati PKS telah berusaha keras untuk menyamaknya. (***)
Klik
dan Baca juga Artikel ini di :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar