Minggu, 23 Februari 2014

Ruhut Pantas Disebut si Poltak = Politisi Tak Berotak


Ruhut Pantas Disebut si Poltak = Politisi Tak Berotak

Oleh : M Alinapiah Simbolon


Ruhut Sitompul (foto : kompas.com)
Poltak adalah kata dari bahasa batak yang artinya Terbit. Bagi orang batak, Poltak peruntukannya untuk nama anak laki-laki. Kalau ada pria yang bernama Poltak, sudah dipastikan itu adalah orang dari suku batak..  Dalam sinetron Gerhana, yang pernah ditayangkan RCTI beberapa tahun yang lalu ada peran pria batak bernama Poltak. Dalam sinetron tersebut si Poltak adalah sosok seorang raja minyak dari Medan.  Si Poltak suka dengan si Bulan yang merupakan pacar si Gerhana. Pemeran si  Poltak dalam sinetron Gerhana adalah pria yang memang asli suku batak bernama Ruhut Sitompul.

Kendati sinetron tersebut sudah tak lagi tayang, namun nama Poltak selalu melekat dan  akrab pada sosok Ruhut, bahkan Ruhut kerap menyebut dirinya si Poltak. Meski Ruhut sebelumnya adalah seorang pengacara yang juga politisi Partai Golkar, tapi peran poltak telah membuat Ruhut jadi lebih terkenal.

Ruhut yang saat ini sebagai politisi Partai Demokrat dan anggota DPR RI memang termasuk publik figur yang sangat tenar, tetapi ketenaranya sebagai politisi tak bisa dilepaskan dari ketenarannya sebagai pemeran Poltak di sinetro Gerhana.  Aksentuasi bicaranya juga kerap dibuatnya persis seperti saat dia memerankan si Poltak di sinetron Gerhana.

Karena Ruhut selalu menyebut dirinya si Poltak, berarti tak salah penulis dalam tulisan ini merasa sangat cocok menyebut Ruhut dengan sebutan si Poltak. Tapi pengertian si Poltak dalam konteks tulisan ini bukan bermakna sebuah nama batak yang artinya Terbit. Sebutan Poltak yang penulis maksudkan adalah singakatan dari “Politisi Tak Berotak“.

Mohon maaf buat orang yang bernama Poltak, bukan maksud melecehkan orang-orang yang punya nama asli Poltak, dan bukan pula  mau melencengkan arti Poltak yang sebenarnya.. Sebutan Poltak terhadap Ruhut sebagai singkatan dari Politisi Tak berotak hanya kepentingan tulisan yang berkaitan dengan sosok Ruhut Sitompul selaku seorang politisi yang karekater, sikap dan ucapannya, penulis nilai tak mencerminkan seorang politisi. karena kerap membuat ketersinggungan dan kegeraman berbagai pihak serta mendapat tudingan negatif dari publik.

Sebagai seorang politisi Ruhut terbilang sosok yang sudah keseringan tak beretika dalam berbicara. Dan rasanya itu tak hanya merupakan penilaian penulis, tapi juga menjadi penilaian khalayak banyak. Sebab memang nyata Ruhut dalam berbagai acara dialog atau wawancara yang disiarkan di televisi kerap mengeluarkan ucapan yang tak beretika dan membuat tersinggung lawan bicaranya.  Pernyataan-pernyataan Ruhut yang dilansir via media online dan media cetak, juga kerap membuat ketersinggungan dan membuat pembaca geram. Alasan-alasan Ruhut dalam mengeluarkan pernyataan, terutama dalam hal mengkritik pihak tertentu atau pihak yang berseberangan dengan posisinya, terkadang tak berdasarkan fakta dan logika.
Soal membuat orang tersinggung, Ruhut memang ahlinya. Kalimat-kalimat kontrovesial begitu gamblang keluar dari mulut Ruhut. Dia tak segan-segan menuding lawan bicara dengan kata-kata kasar, pedas dan penuh tudingan yang tendesius ke arah pribadi.  Pastinya sudah tak terhitung ucapan Ruhut membuat  ketersinggungan berbagai kalangan.

Sebagai orang partai politik, Ruhut juga acapkali berkomentar yang menyerempet urusan internal partai politik lain, dan bahkan tak jarang Ruhut mendiskreditkan partai lain.  Ruhut juga sudah keseringan menyindir profesi dan pribadi orang lain. Beberapa kali tayang di televisi adegan pertengkaran Ruhut dengan lawan bicaranya jadi tontonan rakyat.  Ironisnya, saat pertengkaran, ucapan-ucapan yang keluar dari mulut tak lagi mencerminkan dirinya seorang politisi ataupun seorang tokoh yang punya latar belakang pendidikan di bidang hukum.

Ucapan Ruhut saat terjadi insiden pertengkaran dengan lawan bicaranya dalam acara dialog, ternyata tak hanya sekedar meyerempat internal partai lain ataupun menyindir profesi dan pribadi orang lain. Pernah ucapan Ruhut dalam sebuah dialog diacara yang ditayangkan sebuah televisi, membuat lawan bicara yang berasal dari kalangan pengamat politik sangat tersinggung dan merasa terhina. Ucapan Ruhut dianggap telah menyinggung SARA, dan Ruhut pun dilaporkan ke Komnas HAM dan ke Kepolisian.

Ruhut terkesan sangat egois alias mau menang sendiri dalam mengeluarkan ucapan baik dalam dialog maupun dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Ruhut kerap lebih dulu memulai mengkritik, tapi jarang bisa terima atau legowo ketika menyikapi kritikan. Dalam hal merespons kritikan, Ruhut lebih sering memperlihatkan sikap emosionalnya. Dengan gaya temperamentalnya Ruhut pun tak segan mengkounter kritikan tersebut dengan balas menyerang pihak yang mengkritik dengan kalimat-kalimat kebabalasan.

Yang fenomenal, dalam halnya merespon kritik, Ruhut tak hanya berani melawan pihak lain. Rekan separtainya  juga berani dilawannya, terbukti sejumlah rekannya termasuk salah seroang seniornya di Partai Demokrat karena mengkritik sikap dan ucapan Ruhut , jadi sasaran ucapan kasar yang keluar dari mulut Ruhut. Sikap Ruhut yang berani melawan seniornya di Partai Demokrat, jelas tak mencerminkan sikap seorang politisi yang professional.

Ketikadakprofesionalannya sebagai politisi, juga diperlihatkan Ruhut ketika melakukan pembelaan atas munculnya sorotan dan kritikan dari pihak lain terhadap SBY dan keluarganya. Pembelaan yang dilakukan Ruhut dianggap sangat berlebihan, dan itu membuatnya dianggap sebagai politisi penjilat, apalagi Ruhut tak malu-malu mengklaim dirinya merupakan kesayangan SBY.

Terkait  karakter, sikap dan ucapan Ruhut yang jauh dari standar nilai etika dan  moral membuat penulis menganggap Ruhut pantas disebut sebagai si Poltak. Apalagi Ruhut sendiri memang kerap menyebut dirinya sebagai si Poltak. Tapi maksud sebutan si Poltak dalam anggapan penulis adalah singkatan dari Politisi Tak Berotak. Pertimbangan penulis menyebut Ruhut si Poltak atau Politisi Tak Berotak, karena memang faktanya sebagai seorang politisi, karekter, sikap dan ucapan sosok seorang Ruhut memang nyata-nyata mencerminkan sikap dan ucapan orang yang tak berotak.  Penulis berani dan bertanggung jawab menilai  Ruhut sebagai Politisi Tak Berotak, karena penulis yakin sikap dan ucapan yang demikian, dinilai dari sudut pandang etika dan moral termasuk kategori sikap dan ucapan orang-orang yang tak berotak. Bahkan penulis merasa yakin penilaian penulis tersebut tak berbeda dengan penilaian banyak orang.


Penulis ingin sekedar mengingatkan, bahwa kehidupan pribadi Ruhut khusus menyangkut masalah perkawinannya telah menjadi sorotan miring. Tanpa merasa malu dan seolah tanpa beban, Ruhut telah menyatakan bahwa perkawinanan dengan Ana Rudhiantiana Legawati tak diakuinya sebagai perkawinan yang sah, dan dinyatakannya sebagai kumpul kebo, lalu anak  lahir dari perkawinannya dengan Ana Rudhiantiana Legawati itu dinyatakannya juga bukan anak yang lahir dari hasil perkawinan yang syah alias anak hasil kumpul kebo. Persoalan perkawinannya tak terlepas dari dari posisinya sebagai seorang politisi dengan jabatan wakil rakyat, sebab masalah perkawinannya itu telah masuk ranah politik, karena Ruhut telah dilaporkan isteri yang tak diakuinya itu ke Badan kehormatan DPR RI. Jadi sikap dan ucapan Ruhut yang tak mengakui perkawinannya dan tak mengakui anaknya, membuatnya penulis juga merasa pantas menyebut Ruhut disebut si Poltak alias Politisi Tak berotak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Running Teks ANTARA


Berita Terkini dari ANTARA