Selasa, 10 Mei 2011

Anakku… Sayangku… Buah Hatiku… Jagoanku….. ( Catatan )


Anakku… Sayangku… Buah Hatiku… Jagoanku…..

Siantar, 11 Mei 2010


Anakku…..

Kukenalkan duniaku padamu, karena aku berharap agar kau menjadi anak yang kenal dengan lingkunganku, kenal orang-orang sekelilingku, .dan yang penting supaya kau tahu siapa sejatinya ayahmu

Sayangku…..

Kukenalkan duniaku padamu, karena aku berharap kau jadi anak gaul yang baik, berbudi, dan memiliki rasa sayang dan punya wawasan, serta punya jiwa dan pemahaman sosial yang tinggi

Buah Hatiku…..

Kukenalkan duniaku padamu, karena aku ingin memaklumkan pada dirimu, bahwa ayahmu ini memang bukan orang suci, tapi punya hati nurani dan niat yang suci untuk menjadikanmu menjadi orang yang punya hati nurani dan niat yang suci.

Jagoanku…..

Kukenalkan duniaku padamu, karena aku juga sangat berharap agar kau menjadi anak yang Tau Merasa, Jago Merasa, Hebat Merasa dan Pintar Merasa, dan bukan anak yang Merasa Tau, Merasa Jago, Merasa Hebat dan Merasa Pintar.

Nak…..

Ku berharap namamu, membawamu menjadi pria yang berharga dan pria yang tau menghargai.

Kuberharap harapanku kau tetap menjadi anak yang punya harapan, dan harapanmu selalu kudoakan agar menjadi sebuah kenyataan.

Nak.....

Katamu kau bercita-cita ingin jadi pemain bola yang hebat, terkenal dan mendunia seperti Lionel Messi, sampai-sampai kau bilang gelarmu Doli Messi, aku selalu tersenyum dan bangga dengan cita-cita dan harapanmu itu. Setidaknya aku bangga ternyata jagoanku sudah punya cita-cita dan keinginan positif. Ayahmu ini pasti bangga kalaupun itu akhirnya jadi kehidupanmu.

Yang pasti, apapun jadinya kehidupanmu kelak, kuharap kehidupanmu itu kehidupan yang berguna, kehidupan yang memberi marwah, mengangkat harkat dan yang penting kehidupanmu itu mulia dihadapan ALLAH.

Yang perlu kau tau, betapa aku sangat mengasihi, menyayangi dan mencintai mu…. Meskipun kau baru 8 tahun, aku bangga padamu, karena sudah punya sikap, punya prinsip dan punya harapan ditengah masih kentalnya perilaku manjamu…. Doaku selalu menyertaimu…..

Selamat Ulang Tahun… Selamat Panjang Umur… Anakku… Sayangku… Buah Hatiku… Jagoanku….. Doliarga Hasanul Abdillah Simbolon…..!!!

Semoga kau tetap dalam Lindungan ALLAH SWT… Amin Ya Robbal Alamin…..



Senin, 09 Mei 2011

Walikota "banyak Cakap" ( Tulisan )


Walikota “Banyak Cakap”

Oleh : M Alinapiah Simbolon SH

Seorang pemimpin yang didaulat jadi pimpinan atas hasil sebuah proses demokrasi yang melibatkan suara rakyat, harusnya mampu menunjukkan kapasitas dan kapabilitasnya sebagai seorang pemimpin pilihan rakyatnya. Dalam pemahaman yang sederhana idealnya harus seperti itu.

Penulis bukan mau mengajari, tapi menurut pandangan dan harapan penulis dan mungkin juga menurut pandangan harapan masyarakat awam, seorang pemimpin pemerintahan dan pemimpin rakyat yang baik, paling tidak mampu bersikap santun, baik dalam bertingkah maupun dalam berbicara. Dan tentunya yang lebih diharapkan rakyat, adalah seorang pemimpin yang lebih banyak berbuat untuk perubahan maupun kemajuan, bukan pemimpin yang banyak bicara alias “banyak cakap” kalau istilah bahasa pasarannya.

Hulman Sitorus SE, yang saat ini kapasitasnya sebagai walikota yang nota bene pemimpin pemerintahan dan pemimpin rakyat di negeri asri nan sejuk yang bernama kota Siantar ini, setelah resmi memimpin (dan saat ini masih tetap memimpin), justru tak mencitrakan diri sebagai pimpinan ideal dari kacamata penilaian awam seperti yang dimaksudkan penulis. Hulman Sitorus, tak menununjukkan sikap sebagai seorang pimpinan yang santun, terutama dalam hal bertitah atau berbicara.

Dus, Hulman juga tak menunjukkan kinerjanya sebagai pemimpin yang bisa membuat perubahan dan kemajuan bagi rakyat dan kota yang dipimpinnya, dan proses kearah itu pun selama setengah tahun dia memimpin belum terlihat sama sekali. Sampai detik ini buah dari hasil kepemimpinan Hulman yang dirasakan rakyatnya selama setengah tahun berjalan adalah rasa sinis dan pesimis terhadap sosok Hulman degan jabatan walikotanya, yang dinilai lebih dominan “cakap-cakap”.

Ironisnya. oleh karena Hulman lebih banyak “ pegang mik “ kalau berbicara (atau mungkin lagi kemaruk berbicara karena merasa dia Walikota), acapkali kalimat yang keluar dari mulut Hulman ketika berbicara dengan kapasitasnya sebagai Walikota dalam berbagai momen dan acara tertentu, lari dari konteks, malah kerap menuai masalah dan jadi kontroversi, serta memimbulkan ketersinggungan dan kental nada arogansinya. Tak hanya itu ucapan yang keluar juga kerap terkesan arogan dan bernuansa pembohongan, karena apa yang diucapkannya akhirnya tak sesuai kenyataan. Muaranya apa yang dicapkannnya kerap melahirkan persoalan dan dan menjadi berita aktual di media serta jadi sorotan berbagai kalangan Memang begitulah kenyataannya dan kalaupun ucapan Hulman jadi bumerang dan mendiskreditkan irinya sendiri, merupakan hal yang wajar. Namanya ucapan dan titah sang Walikota, jangankan bicaranya asal bunyi alias “asbun” atau bersalahan, nyeleneh sedikit saja pasti jadi pembahasan dan konsumsi publik.

Ucapan Walikota Siantar Hulman Sitorus, yang mengatakan “Ambil sama kau Partai Demokrat itu “ pada sebuah acara temu pisah pejabat dilingkungan TNI, merupakan bukti nyata bahwa Hulman terkesan bersikap arogan dalam berbicara, dan lari dari konteks. Ujung-ujung ucapan yang dilontarkannya itu menimbulkan masalah dan pastinya memicu ketersinggungan.

Hulman tampaknya tipe orang yang tak mau belajar dari kesalahan dan pengalaman sebelumnya, padahal berbagai rentetan persoalan yang timbul, dan menjadi sorotan dan kritikan kepada dirinya, adalah karena bicara dan penyataannya sendiri. Tentu masih belum hilang dari ingatan masyarakat akan janji-janjinya yang pernah diucapkannya tapi tak terealisasikan, lalu penyataannya yang anti media dan anti demo, serta omongan takaburnya saat adanya isu kebakaran Pasar Dwikora, ditambah lagi berbagai ucapannya yang terkesaan arogan. Ternyata semua itu tak dijadikan introspeksi dan evaluasi untuk merubah sikapnya dalam berbicara. Toh itu tetap berlangsung terus. Dan yang terhangat adalah ucapan yang keluar dari mulutnya yang menyinggung dan terkesan menyepelekan Partai Demokrat.

Seharusnya Hulman harus sadar, kalau dia bukan seorang pemimpin yang pandai beretorika dan merangkai kata. Kalau disbanding-bandingkan, sebenarnya Hulman tak layak dibandingkan dengan sosok-sosk pemimpin yang pintarm bicara dan jago beretorika. Dalam hal berbicara dalam forum resmi, Hulman belum bisa menandingi sepersekian dari kehebatan Mantan Bupati Simalungun Jabanten Damanik yang memang piawai dan punya bobot saat berbicara karena punya ilmu dan wawasan. Dia juga bukan bukn sosok yang tepat dibandingkan dengan Gus Dur, meskipun ucapan Gusdur sering nyeleneh dan kerap menimbulkan kntroversi, tapi punya nilai dan bobot tingkat tinggi disamping punya nilai ketokohan dan kharisma. Sangat jauh sekali kalau dia dibandingkan dengan Jabanten Damanik apalagi Gus Dur. Pastinya Hulman seorang Walikota yang tak piawai dan tak berbobot dalam berbicara, serta belum punya nilai ketokohan dan kharisma, soal ilmu dan wawasan juga dari memadai,

Konklusinya, dalam hal berbicara khususnya saat berpidato sebagai seorang pemimpin pemerintah, level Hulman hanya masih sebatas “Cakap-Cakap” yang akhirnya terkesan “ Banyak Cakap” tanpa dibarengi modal ilmu dan wawasan yang mantap, Terbukti memang, sangkin banyak cakap, akhirnya bersalahan, lari dari konteks dan meimbulkan persoalan.

Pak Walikota Siantar, dalam hal apapun selalu lah belajar dari kesalahan…..Keledai saja tak mau masuk kedalam lubang yang sama untuk kedua kalinya…. Sebagai seorang pemimpin, lebih banyak lah berbuat untuk perubahan dan kemajuan dari pada banyak cakap-cakap… Bagaimana anda membuat Siantar Mantap, Maju dam Jaya, hanya dengan cakap-cakap ? Ingatlah Pak Wali…..Anda pemimpin rakyat dan bukan pimpinan perusahaan….!!!


Penulis adalah Direktur Eksekutif Government Monitoring (GoMo)


Running Teks ANTARA


Berita Terkini dari ANTARA