Minggu, 24 April 2011

Mewujudkan Siantar Mantap Maju Dan Jaya… Apa Mungkin ? ( Tulisan )


Renungan Di Hari Jadi Kota Siantar Ke 140

Mewujudkan Siantar Mantap Maju Dan Jaya… Apa Mungkin ?

Oleh : M Alinapiah Simbolon SH


Menyambut Hari Jadi Kota Siantar ke 140 yang jatuh pada tanggal 24 April, selain dimeriahkan berbagai rangkaian kegiatan. Juga diwarnai deretan spanduk ucapan selamat baik dari instansi pemerintah maupun swasta. Ada hal yang menarik yang tertera menambahi ucapan tersebut, yaitu ajakan untuk mewujudkan Kota Siantar Mantap, Maju dan Jaya

Mewujudkan Siantar Mantap, Maju dan Jaya, merupakan lead visi dan misi pasangan Hulman Sitorus SE dan Drs Koni Ismail Siregas, selaku Walikota dan Wakil Walikota Pematangsiantar. Arti harfiah dari maksud dan tujuan judul visi dan misi adalah menjadikan kota Siantar menjadi kota yang Mantap, kota yang Maju dan kota yang Jaya.

Harus diakui dan diapresiasi kalau visi dan misi yang kini tergiring menjadi slogan pemerintahan Hulman–Koni tersebut, dinilai memiliki tujuan yang cukup mulia, dan mengandung makna hirarkis untuk perubahan buat kota Siantar. Kendati kenyataannya kemenangan mereka raih sehingga berhasil menduduki tahta kepemimpinan pemerintahan di kota Siantar, bukanlah karena pertimbangan dan penilaian secara jujur dan fair atas visi dan misi yang mereka tawarkan. tapi karena perimbangan dan penilaian iming-iming dalam bentuk voucher yang dijanjikan bisa ditukar uang ratusan ribu rupiah, meski ujkuang-ujungnya tak pernah cair.

Lebih kurang setengah tahun berjalannya roda pemerintahan dibawah kepemimpinan Hulman dan Koni, tampaknya potensi terwujudnya maksud dan tujuan visi misi tersebut jauh dari harapan. Proses menuju arah itu pun tak terlihat sama sekali. Jangankan untuk menjadikan Siantar Maju dan Jaya, untuk menuju Siantar Mantap (dalam arti mantap fondasi pemerintahan disemua aspek), yang merupakan fondasi dan kekuatan mewujudkan Siantar Maju dan Jaya, ternyata jauh panggang dari api. Lihat saja fondasi pemerintahan dibawah kepemimpinan Hulman-Koni, ternyata, terlihat sangat rapuh. Harmonisasi diantara keduanya tak lagi erat. Kalaupun keduanya terlihat kompak hanya sekedar kulit luarnya, namun disebalik itu sudah tak ada sinkronisasi.

Dalam mengelola pemerintahan dan berbagai kepentingan, Hulman lebih percaya dan sangat mempercayai orang luar pemerintahan yang bernama Eliakim Simanjuntak, yang dinobatkannnya sebagai staf khusus (meskipun tak ada aturannya), dari pada pasangan resminya Koni Ismail Siregar. Fakta dan sudah menjadi rahasia umum, kalau sang staf khususnya itu jauh lebih berpengaruh dan punya kewenangan lebih dari deputi nya yang resmi Koni Ismail Siregar yang punya jabatan resmi sebagai Wakil Walikota. Sementara dalam kondisi ditumpulkan kewenangannya oleh Hulman, ternyata Koni tampak tak bisa berbuat apapun dengan jabatan Wakil Walikotanya, selain hanya menandatangani urusan administrasi rutin, dus tampil sana tampil sini dalam berbagai acara resmi, termasuk mewakili dan membacakan sambutan atas nama Walikota Hulman Sitorus, jika berhalangan hadir.

Itu masih masalah disharmonisasi antara pasangan penguasa, berbagai persoalan lain tampaknya juga tidak mendukung untuk membuat kota Siantar jadi Kota yang Mantap, Maju dan Jaya. Hal itu dapat terlihat dari model dan gaya kepemimpinan Hulman Sitorus yang cenderung arogan dan anti kritik. Tentunya sangat disayangkan pemimpin seperti Hulman justru mengeyampingkan kekuatan demokrasi dengan cara menjauhi kekuatan media dan kalangan masyarakat yang kritis, dalam menjalankan dan membanguan pemerintahannya. Secara blak-blakan Hulman memproklamirkan diri anti media, karena tak berkenan di kririk dan disoroti melalui pemberitaan Dan itu dibuktikannya dengan membuat kebijakan satu pintu bagi media untuk mendapat informasi tentang pemerintahannya . Tak hanya itu Hulman juga dengan tegas menyatakan sebagai figur yang anti demo, bahkan Hulman pernah membuktikannya dengan cara dengan melontarkan kata kotor kepada para massa yang sedang unjuk rasa.

Hal lain yang tak mendukung terwujudnya Siantar Mantap, Maju dan Jaya, adalah sikap Hulman yang lebih banyak cuap-cuap ketimbang berbuat nyata. Dalam menghadapi persoalan Hulman lebih kerap ngomong takabur dan kebablasan, disamping itu dia juga kerap mengumbar berjanji, tapi kerap tak terealisasi, sehingga kondisi itu membuat sirnanya rasa percaya masyarakat terhadap Hulman Sitorus selaku Walikota. Apalagi sebelumnya Hulman sudah punya track record yang buruk dalam hal memenuhi janji, terkait janji paslunya soal voucher saat pemilihan Walikota.

Selain itu, berbagai kebijakan Hulman Sitorus selaku Walikota, juga lebih banyak yang tak berpihak kepada masyarakat, dan bahkan atas kebijakannya acap mengorbankan kepentingan masyarakat, sehingga kebijakannya itu tak mendukung terwujudnya Siantar menjadi Kota yang Mantap, Maju dan Jaya.

Hulman Sitorus seharusnya bertanya pada diri sendiri Apa Mungkin dia bisa mewujudkan impiannya menjadikan Kota Siantar menjadi Kota Mantap, Maju dan Jaya ? Selaku pemimpin pemerintahan seharusnya juga Hulman menyadari kalau impiannya itu merupakan hal yang utopis, mengingat selama sekitar enam bulan kepemimpinannya tak ada yang bisa dibanggakan oleh masyarakat. Malah, meskipun tak resmi, cap seorang pembohong besar telah menyelimuti sosok Walikota Hulman Sitorus, ditambah lagi belakangan isu ijazah dan urine palsu pun kembali menderanya. Mungkin saja semua itu buah dari tak adanya perubahan yang bisa diperbuatnya.

Siantar Mantap Maju dan Jaya sampai kini atau sampai puncak peringatan Ulang Tahun Kota Siantar ke 140, hanya masih menjadi slogan kosong belaka. faktanya untuk hanya sekedar hiasan yang terpampang pada spanduk ucapan selamat Hari jadi Kota Siantar dan di sejumlah plank bergambar Hulman dan Koni sedang nelakukan salam komando ataupun sekedar jadi hiasan dalam bentuk running teks (teks berjalan) dibawah baliho iklan produk.

Mungkin juga Hulman dan Koni sebagai empunya slogan, justru tak tertantang untuk mewujudkan maksud dan tujuan slogan yang mereka usung itu. Atau mungkin bisa saja Hulman dan Koni memang tak menganggap penting slogan tersebut, karena mereka menilai slogan yang mereka usung itu, mereka ciptakan hanya sebatas gabungan beberapa kata jadi kalimat indah, lalu dijadikan judul visi misi, dengan tujuan untuk memenuhi syarat saat pencalonan. Sehingga setelah mereka berkuasa slogan itu tak perlu lagi menjadi tuntutan yang harus direalisasikan. Atau bisa juga kemungkinannya mereka tak mengerti slogan yang mereka ciptakan, sehingga tak menyadari kalau slogan itu seharusnya mereka pertanggungjawabkan.

Yang pasti sementara status slogan itu, masih merupakan pengharapan yang entah kapan menjadi kenyataan. Mungkin ini menjadi kado pahit dan renungan buat Hari Jadi Kota Siantar. Namun perlu Walikota Hulman Sitorus menyadari, bahwa tanpa slogan itu pun, masyarakat Siantar sangat mengharapkan pemimpin yang bisa membawa kemajuan dan perubahan buat kota Siantar. Bravo Siantar…. Happy Birthday To My Lovely City…… (***)



Running Teks ANTARA


Berita Terkini dari ANTARA